Setelah sekian waktu tinggal di Amerika, hampir empat tahun saya terhambat untuk pulang ke tanah air. Tak ayal, ketika akhirnya Tuhan beri saya kesempatan untuk pulang kampung, maka betapa padatnya hari-hari saya. Tiada hari tanpa rapat. Jam demi jam dilalui begitu cepat; bertemu donatur, relasi, anak buah, jemaat, sahabat, keluarga besar, dan teman-teman lama. Tak salah jika ibu saya berkomentar: "Wah, pulang cuma sebentar, tapi nggak bisa dipegang ’ekornya’."
Setelah satu bulan, dua hari menjelang kembali ke Atlanta, saya terkesiap membaca email anak saya: "Papa kapan pulang, Thea kangen." Tiba-tiba hati ini ingin cepat terbang kembali ke tengah keluarga yang saya tinggalkan nun jauh di sana. Betapa campur aduknya perasaan di hati: haru, bangga, kangen, karena rasa cinta saya yang besar kepada anak istri saya. Dua hari yang masih tersisa sebelum pulang jadi terasa begitu lambat, sebab rasa rindu itu seakan-akan tidak tertahankan.
Saudara, seperti itukah kerinduan kita menanti kedatangan Yesus yang kedua kali? Dia pasti datang kembali menjemput kita dari dunia, di mana Dia menempatkan kita untuk hidup sebagai saksi-Nya. Adakah kita rindu bertemu muka dengan muka, dan tidak tahan menantikan saat indah itu, sebab sekarang kita hanya mengenal Dia secara samar-samar? Atau, kita sedang terlena dengan kesibukan bekerja, menumpuk kekayaan di dunia, dan membangun kenikmatan sesaat yang pasti kita tinggalkan kelak? Mari berkarya sementara hidup di dunia, tetapi dengan mata hati tertuju ke surga, di mana Yesus kekasih hati kita berada. Dia juga sangat rindu bertemu dengan kita segera.
God Bless ^^