Ayat : Yesaya 49:14-23
Semasa saya kecil, keluarga kami ada di ambang kemiskinan. Apabila kami makan, Ibu kerap mengambil lagi lauk di piringnya, untuk dibagi ke anak-anaknya. Hingga ia tinggal berlauk garam. Jika ditegur, ia berkata, "Mama sudah cukup. Kita mesti hemat supaya bisa mendukung kakak-kakakmu yang sekolah di luar kota." Pada kali lain, saya sakit sampai berguling-guling. Dengan gemetar, Mama memeluk dan menguatkan saya. Lalu, sambil menangis ia berlutut dan berdoa, "Bapa, jika boleh biar saya saja yang menanggung derita anak ini, tolong jamah dia." Berbagai pengalaman tentang kasih, pengorbanan, dan perlindungan Ibu, sangat menolong saya memahami kasih Allah yang nyata. Bahkan, membawa saya untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Israel pernah kehilangan jati diri dan hidup tercela dalam pembuangan karena mengandalkan kekuatan sendiri serta bersandar kepada Mesir, sekutunya. Dalam kesusahannya, Israel kemudian menganggap Tuhan tak peduli pada penderitaan umat. Bahkan, menuduh-Nya bagai seorang ibu yang tega meninggalkan bayinya. Namun, Tuhan menuntut Isreal membuktikan hal itu. Sebab, sekalipun ada ibu yang melupakan bayinya, Tuhan sekali-kali tidak akan melupakan umat-Nya. Apabila kasih ibu sudah dianggap paling besar di bumi ini, betapa lebih besar dan kuatnya lagi kasih Allah yang tak pernah putus asa mendampingi dan menguatkan umat-Nya.
Para ibu yang terkasih, hidup Anda meninggalkan jejak yang dalam di kehidupan anak-anak. Teladanilah kasih Allah yang tak pernah melupakan anak-anak-Nya. Dan, jagalah hidup Anda agar menjadi jembatan bagi anak-anak untuk mengenal Allah.
God Bless ^^