Ayat : Roma 12:17-21
Toni jengkel. Sejak berdiri, pabriknya sering ditimpuki anak jalanan. Puluhan kali alarm pencuri berbunyi. Suatu hari dipergokinya 3 anak mencuri mangga di halaman. Mereka terpojok ketakutan. Toni naik darah, tetapi tiba-tiba teringat firman Tuhan: "Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan." Diberinya tiap anak satu mangga sambil dinasihati: "Lain kali minta saja, jangan mencuri." Dua hari kemudian, 5 anak datang minta mangga! Toni sabar melayani. Rela diganggu. Lama-lama, mereka datang tiap sore. Bukan lagi untuk minta mangga, melainkan untuk berteman. Mereka diajari baca tulis. Pabriknya jadi aman. Lebih lagi, anak-anak jalanan bisa belajar mengenal kasih Tuhan.
Saat orang berbuat jahat, biasanya kita ingin membalas. Mengapa? Sebab kita merasa terganggu. Terluka. Jika membalas, ada rasa puas. Namun, pembalasan membuahkan pembalasan;melahirkan lingkaran dendam tak berkesudahan. Rasul Paulus memberi saran radikal: berbuat baiklah pada musuhmu! (ayat 17, 20). Tindakan kasih tanpa pamrih berkuasa menghancurkan hati lawan, mengubah dendam menjadi pengampunan (ayat 21). Kita bertanya, "Lantas bagaimana dengan kejahatan mereka? Tidakkah mereka harus menerima hukuman setimpal?" Soal pembalasan, kata Paulus, serahkan saja pada Tuhan (ayat 19). Bagian kita adalah menunjukkan kebaikan.
Untuk bisa berbuat baik saat disakiti, kita harus bersabar menghadapi orang-orang yang sulit dan berhati bengkok. Untuk itu dibutuhkan penyangkalan diri. Ingat janji firman Tuhan. Memang tak mudah, namun hasilnya indah. Cobalah!
God Bless ^^