2 Tawarikh 27:1-9
"Orang yang bijak adalah orang yang berhati-hati dan menjauhi kejahatan..." demikian kata penulis Amsal (Ams. 14:16). Maka dapat dikatakan bahwa Yotam termasuk orang bijak, sebab ia tahu membedakan mana yang benar dan mana yang tidak. Yang tidak benar harus dijauhi.
Uzia, ayah Yotam, adalah raja yang dapat disebut berhasil dalam kepemimpinannya. Ketika memerintah saat berusia dua puluh lima tahun, Yotam meneruskan apa yang telah dilakukan ayahnya, yang menurut catatan Alkitab, benar di mata Tuhan (2). Sama seperti ayahnya telah meniru teladan dari kakek Yotam, yaitu Amazia (2Taw. 26:4). Banyak hal yang Yotam lakukan dalam masa pemerintahannya (3-5). Alkitab mencatat bahwa semua itu terjadi karena Yotam setia dan taat kepada Allahnya (6). Meski demikian, Yotam cukup kritis sehingga tidak menelan bulat-bulat apa yang dia lihat dalam hidup ayahnya. Dari bacaan kemarin, kita tahu bahwa Uzia, ayah Yotam, telah melakukan hal yang tidak disukai Tuhan. Setelah berhasil sebagai raja, Uzia merasa berhak masuk ke Bait Allah dan melakukan tugas imam. Padahal Tuhan mengkhususkan tugas itu hanya bagi para imam keturunan Harun (2Taw. 26:16). Maka dalam hal ini, Yotam menunjukkan perubahan dan kemajuan. Kita memang perlu bersikap kritis dalam mempelajari hidup seseorang, karena tak seorang pun yang sempurna. Yang patut menjadi cerminan kita hanyalah Kristus, Tuhan kita. Dialah yang sempurna dan mulia.
Namun sayang, dalam gambaran yang nyaris sempurna sebagai seorang raja, Yotam belum berhasil memengaruhi rakyatnya untuk hidup takut akan Tuhan sama seperti dirinya (2). Mereka tidak meniru teladan Yotam, raja mereka. Kita memang tidak bisa menyalahkan Yotam, sebab mungkin saja ia pernah berusaha melakukan pembaruan, tetapi rakyat berkeras hati dan tak mau bertobat. Ini menjadi catatan bagi kita, bahwa bisa saja orang yang kita bimbing tidak mengikuti teladan kita. Namun jangan sampai kita tawar hati, apa lagi mundur. Kita harus setia mendoakan mereka.
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2010/11/28/