Ayat : Lukas 18:15-17
Buku Philip Yancey yang berjudul Keajaiban Kasih Karunia, menceritakan sebuah ilustrasi tentang perjamuan yang dilakukan oleh Babette. Babette adalah seorang yang telah bekerja lama di sebuah keluarga. Suatu kali ia memenangkan undian yang berhadiah uang. Lalu ia menyiapkan pesta dengan jamuan yang amat megah. Para undangan tidak perlu bekerja. Mereka hanya perlu datang dan menyantap apa yang ada. Ibarat menghadiri sebuah pesta, demikianlah, Yancey menyebut tentang kasih karunia. Yang datang tidak datang dengan beban untuk mempersiapkan pesta, tetapi cukup satu saja: bersedia menghadiri jamuan itu.
Kerajaan Allah adalah sebuah anugerah. Allah telah menganugerahkannya secara cuma-cuma. Tidak ada syarat apapun untuk dapat menerimanya. Hanya sikap hati seperti seorang anak kecil yang diperlukan untuk menerimanya. Artinya, hanya kemurnian dan ketulusan hati yang dibutuhkan. Bukan yang lain.
Tuhan menyatakan bahwa menyambut Kerajaan Allah membutuhkan sikap hati seperti demikian. Hanya hati yang bersedia menerima apa saja yang diberikan oleh Tuhan, yang disebut oleh Tuhan sebagai pemilik Kerajaan Allah (16). Sebagaimana anak kecil yang mencukupkan diri pada apa yang diberikan kepadanya, demikian juga hati orang percaya, mencukupkan diri pada anugerah yang diberikan Tuhan kepadanya. Ciri khas seperti itulah yang memperlihatkan status seseorang sebagai pemilik Kerajaan Allah tadi.
Mereka yang datang dengan pretensi, hanya akan kecewa karena mereka melihat Kerajaan Allah dengan menggunakan penilaian mereka sendiri. Jika kita tidak datang sebagai anak kecil, Kerajaan Allah akan terlihat aneh, karena tidak bisa dicerna dengan akal sehat. Akan tetapi Tuhan menegaskan bahwa sikap anak kecil justru menjadi kunci untuk memasuki Kerajaan Allah itu (17). Mengerti saja serta menikmati apa yang ada, seperti sikap seorang anak kecil. Itulah tuntutan yang juga harus terus menerus kita jadikan pedoman dalam kita menjalani keselamatan kita yang sesungguhnya merupakan anugerah semata.
God Bless ^^