Ayat : Markus 1:35-39
Sugeng sedang merintis karier sebagai penerjemah. Ia menerima tawaran untuk menerjemahkan buku spiritualisme populer dari sebuah penerbit besar. Ketika menerjemahkan sampelnya, ia sudah merasa kurang nyaman. Namun, ia merasa tawaran itu bisa menjadi batu loncatan bagi kariernya. Ia menerimanya. Akibatnya, selama menerjemahkan ia merasa tersiksa. Dari segi bahasa, buku itu relatif mudah dialihbahasakan. Masalahnya, dari segi isi, buku itu memaparkan pandangan berdasarkan berbagai filsafat dan kepercayaan yang tidak selalu selaras dengan Kitab Suci. Setelah menyelesaikan-nya, ia memetik pelajaran berharga: Seharusnya ia berani untuk berkata tidak.
Bukan hanya tawaran yang meresahkan, tawaran yang baik pun tidak mesti selalu kita iyakan. Perhatikan saja jejak pelayanan Yesus. Saat itu pelayanan-Nya sudah menjadi buah bibir masyarakat; orang banyak mencari-Nya; permintaan pelayanan meningkat tajam. Hari itu, misalnya, pagi-pagi para murid sudah kebingungan mencari Dia yang sedang berwaktu teduh di tempat yang sunyi. "Semua orang mencari Engkau, " kata mereka. Apakah Yesus memenuhi permintaan itu? Kali ini Dia menggelengkan kepala. Dia memilih pergi ke kota-kota di dekat situ. Mengapa? "Karena untuk itu Aku datang." Yesus berkata tidak, agar Dia dapat mengerjakan perkara yang Dia prioritaskan.
Tubuh kita hanya satu. Waktu kita terbatas. Tidak mungkin kita meluluskan setiap permintaan. Berarti, kita perlu menimbang dan memilih secara bijaksana. Menolak tawaran negatif sudah pasti. Namun, tak jarang kita juga mesti menyisihkan yang baik, agar dapat mengejar yang terbaik.
God Bless ^^