Ayat : Kejadian 21:22-34
Perikop hari ini mengontraskan Kejadian 20:11, ketika Abraham meragukan integritas dan moralitas orang-orang Gerar di wilayah Filistin. Karena Abraham mengira orang-orang Gerar tidak takut akan Allah, maka ia bertindak sesuai prasangkanya itu, yaitu dengan menurunkan standar moralitasnya. Namun dengan cara yang memalukan, ia terbukti salah dan Raja Abimelekh pun menuntut penjelasan Abraham atas moralitasnya (Kej. 20:10).
Setelah melalui proses pembentukan lebih jauh dan telah melihat penyertaan Tuhan dalam hidupnya, Abraham memberi kesaksian yang baik bagi orang-orang Filistin. Raja Abimelekh dan Panglima Pikhol menghampiri Abraham dan mengakui bahwa Abraham disertai Tuhan (22). Lebih dari sekadar perjanjian, kita bisa melihat awal pemenuhan janji Tuhan bahwa Abraham akan menjadi bangsa yang besar (Kej. 12:2) dengan kedatangan sebuah negara untuk mengikat perjanjian dengan dia.
Selanjutnya di ayat 27-30 kita melihat ujian atas karakter Abraham. Janji Tuhan bahwa ia akan memiliki tanah itu tidak membuat Abraham bertindak semena-mena dalam pertikaian yang terjadi. Ia tetap rendah hati dan mencari jalan damai, bahkan menyerahkan hewan-hewan yang berharga layaknya seorang penduduk membayar upeti kepada penguasanya (bdk. Rm. 12:18). Padahal ia punya kekuatan untuk berkonfrontasi terhadap negara yang mulai takut padanya itu (bdk.Kej. 14:1-16).
Dalam perikop ini kita melihat "akhir" perjalanan-iman Abraham. Ia telah memiliki anak dan telah tiba di negeri yang dijanjikan Tuhan akan dimiliki keturunannya (bdk. Kej.15:13-16). Pengembaraannya telah berakhir dan ia menetap di Filistin seraya menanam pohon tamariska yang besar dan mendirikan mezbah untuk Tuhan. Ini ekspresi imannya bahwa ke tanah itulah Tuhan sudah memanggil dia dan di tanah ini Tuhan akan memenuhi janji-Nya kepada keturunannya.
Berkaca dari kelak-kelok dan naik-turun perjalanan iman Abraham, beranikah kita mengambil langkah-iman yang Tuhan tuntut dari kita, ketika Ia memanggil kita?
God Bless ^^