Ayat : Matius 6:19-34
Orang dunia mengukur keberhasilan hidup sehari-hari berdasarkan pencapaiannya. Ukuran pencapaian itu selalu berhubungan dengan harta atau uang yang dimiliki. Pencapaian dimulai dari hati (21) dan sejauh mana tubuh seseorang digerakkan oleh keinginan mata (22-23). Ironisnya, orang dunia tidak menyadari bahwa semua hartanya suatu hari kelak akan lenyap (19) sementara dirinya terus mencari untuk menimbunnya, walaupun harus melakukan berbagai kejahatan.
Orang Kristen, sebaliknya. Matius melanjutkan pengajaran Yesus dengan frasa "karena itu". Tujuannya untuk mengontraskan sikap Kristen seharusnya dengan kenyataan dunia. Pengajaran Yesus ini justru menunjukkan betapa banyak orang Kristen yang terjebak dalam menerapkan standar duniawi, yaitu mengukur hidup dari harta yang dimiliki. Justru hal tersebut mendatangkan kekhawatiran (25, 31-32). Seharusnya orang Kristen memakai standar pencapaian yang diukur oleh iman. Hidup itu tidak bergantung pada apa yang akan kita makan, minum atau pakai, tetapi pada Tuhan. Iman berarti mengenal dan memercayai Allah sebagai Bapa yang mengetahui kebutuhan hidup kita dan akan mencukupkan kita. Malahan, seharusnya ukuran pencapaian dalam kerajaan Allah adalah "carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya" (33). Keberhasilan kita diukur dari ketundukan kita pada Allah sebagai Raja, dan bagaimana kita memberlakukan kebenaran di dalam kerajaan-Nya. Hal ini konsisten dengan karakteristik kebahagiaan yang dialami oleh orang yang lapar dan haus akan kebenaran (bdk. Mat 5:6).
Sebagai anak-anak Tuhan yang sudah menerima anugerah keselamatan dan sedang mengembangkan karakter surgawi, kita perlu belajar terus apa artinya beriman. Beriman berarti percaya penuh kepada Tuhan dan memercayakan diri sepenuhnya pada cara Tuhan mengelola hidup kita. Jangan kacaukan cara Tuhan dengan cara dunia. Cara dunia, sekali lagi mencadangkan dan menginvestasikan harta dunia. Cara Tuhan, tunduk penuh pada kedaulatan-Nya dan menginvestasikan harta surgawi (20)!
God Bless ^^