Ayat : Ratapan 5
Dengan tertangkapnya Raja Zedekia yang digambarkan di Rat. 4:20, rakyat Yehuda harus menghadapi fakta bahwa mereka hidup sebagai rakyat jajahan. Ratapan 5 memaparkan pengalaman rakyat di pembuangan: penderitaan fisik, tekanan sosial, juga penistaan identitas sebagai bangsa. Kematian (3), kelangkaan kebutuhan primer (4), dan ketiadaan jaminan keamanan (5, 9) adalah kenyataan hidup yang harus dihadapi. Perempuan-perempuan diperkosa dan anak-anak harus bekerja keras. Bahkan para pemimpin mereka dibunuh lalu dipermalukan dengan cara mayatnya digantung untuk jadi tontonan umum (ay. 12; bnd. Ul. 21:22-23). Ratu yang agung di antara bangsa-bangsa (Rat. 1:1) kini hidup di bawah kekuasaan pelayan (8), tanpa harapan akan pembebasan.
Pasal 5 ini juga berisi penyesalan dan pengakuan dosa (7, 16 dst.). Walau terlambat, tetapi setidaknya ada tanda-tanda pertobatan dan harapan bahwa hubungan yang tercabik antara umat dan Tuhan bisa kembali dipulihkan, walau tidak segera. Jatuhnya Yerusalem dengan bait Allah di dalamnya tampaknya turut memberikan pukulan hebat bagi rakyat Yehuda. Tempat yang dulu dipandang kudus dan mulia telah menjadi tempat najis, "di mana anjing-anjing hutan berkeliaran." Rakyat Yehuda pada akhirnya harus berhadapan dengan fakta bahwa ketika mereka melanggar perjanjian dengan Allah maka Allah tetap setia dengan perjanjian itu, walau ada konsekuensi yang harus mereka terima.
Yeremia menutup Kitab Ratapan dengan serangkaian pernyataan iman bahwa Tuhan tetaplah Allah yang bertakhta selama-lamanya (19) dan kalau pemulihan itu datang, tentulah datang dari Allah sendiri (21). Ia mencurahkan perasaan dan kegalauan hatinya di hadapan Allah dalam serangkaian pertanyaan retoris (20-22) yang membuat setiap pembaca kitab ini bertanya kepada diri masing-masing, "Apa yang terjadi telah terjadi dan tak bisa diputar balik. Namun Allah juga tetaplah Allah dan saya umat-Nya. Dengan apa yang telah terjadi, bagaimana seharusnya saya hidup?"
God Bless ^^