Ayat : Hosea 1:2-9
Pemuda itu sedih akibat perlakuan teman-teman di gereja. Mereka menjauhinya karena tahu ayahnya berselingkuh. Ibunya mengajukan cerai. Semua orang memperbincangkan isu itu. Lalu mempersoalkan keaktifannya di kepengurusan pemuda. Ia menemui pendeta, menyampaikan kesedihan sekaligus kebimbangannya. Ia bertanya, "Apakah saya tidak layak lagi melayani karena keluarga saya berantakan?" Pemuda ini tidak sendirian. Banyak orang tidak yakin pada dirinya akibat bayang-bayang gelap keluarganya.
Alkitab menyingkapkan dengan jujur kehidupan Hosea. Gomer, perempuan yang dinikahinya, tidak setia. Dari tiga anak yang dilahirkannya, hanya si sulung yang membawa benih Hosea. Dari nama-nama mereka, tercermin bahwa kedua anak berikutnya bukan keturunan nabi itu (ayat 6 dan 9). Hosea harus menelan kenyataan pahit memiliki anak-anak dari buah perzinahan istrinya. Namun, dengan cara-Nya, Tuhan memakai situasi kelam itu sebagai gambaran ketidaksetiaan Israel kepada-Nya. Sekaligus, kesetiaan Hosea melukiskan kasih dan kesetiaan Tuhan sendiri. Artinya, dalam segala keburukan kondisi keluarganya, Tuhan tetap memakai Hosea.
Dalam kenyataan, banyak keluarga berantakan karena ada anggota keluarga yang "tidak berjalan di relnya". Suami yang masuk penjara. Istri yang berselingkuh. Ayah yang pemabuk. Anak yang terjerat narkoba. Akibatnya, anggota keluarganya harus menelan kenyataan pahit. Namun, apa mereka tidak layak diberi peran karenanya? Apakah adil jika mereka ikut "dihukum"? Syukurlah, Tuhan tidak terhalang memakai hamba-Nya walau ada latar belakang keluarga yang hitam. Kalau Tuhan saja tidak, mestinya kita juga tidak --PAD
God Bless ^^