ShareThis

22 May 2013

PERENUNGAN YANG MENGUBAHKAN


Bagaimana seseorang mengakhiri suatu hari dan merenungkannya, itu akan sangat berefek untuk bagaimana ia mengatasi persoalan berikutnya keesokan harinya. Untuk membuat perubahan dan kesadaran akan kelemahan diri, emosional yang harus dikendalikan, sikap buruk yang nongol tanpa direm dengan kendali. Perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi membutuhkan perenungan. Banyak orang sudah “ketabrak” masalah masih tetap juga tidak menyadari dan tetap menjalani kehidupannya dengan sifat seperti itu. Hal ini sangat merugikannya sendiri.
Seringkali kekagetan seperti “tabrakan” masalah tadi itu justru akan menolong untuk mengubah seseorang jika ia sadar dan membuat perenungan by the end of the day. Tetapi again, jika ia masih berkeras dan tidak mau merenungkan, hasilnya adalah: besok akan menghadapi permasalahan dengan cara yang sama seperti kemarin dan 20 tahun lalu. Tetapi tidak sedikit orang juga yang ditabrak kekagetan malah tambah hari tambah sangar, karena tidak pernah belajar perenungan yang dalam mengenai kehidupan. Kita lanjut pelajaran minggu lalu dengan lebih dalam.
Seharusnya jika mau merenungkan dan merenungkan hati saja, seorang bisa belajar kehidupan, karena jika manusia sadar, sebenarnya hidup ini mengajari tiap orang untuk bertambah dewasa tiap-tiap hari. Tapi saya sering dibuat heran memperhatikan orang-orang yang tidak pernah mau belajar dari kehidupan, mereka yang cara bicaranya sama, suka gosipnya tidak berubah, teriakannya tambah melengking, jurus-jurus emosi dan kejengkelannya sangat liat dan air wajahnya tambah keras. Kenapa, kenapa, kenapa??? Kenapa orang bisa begitu bodoh dan tertutup oleh hawa nafsu dan dosa-dosa yang begitu kuat menutupi hatinya?

Kenapa manusia begitu mudah menyerah terhadap hal-hal demikian jika ada Firman yang mengatakan kasihilah, ampunilah, berdirilah teguh, janganlah berbohong, ucapkanlah syukur, lawanlah iblis, dll? Banyak Firman dan ayat-ayat lain yang seharusnya sangat mampu menolong, tetapi Firman itu hanya tetap berupa huruf-huruf mati jika manusia hanya mendengarkan dan membacanya tanpa mengadakan perenungan dan pertobatan.
Saya tidak hanya bicara kepada Kristen awam, sebab tidak sedikit pendeta dan pemimpin umat yang justru parah keadaan rohaninya dalam hal sikap buruk dan ketidakmampuan mengendalikan emosi dan nafsu apa pun juga (makan, uang, birahi, kekuasaan). Mengapa hal-hal tersebut mudah terjadi? Karena tidak memberikan waktu untuk perenungan. Pendeta atau pemimpin jikalau pun membaca ayat hanya sebagai persiapan untuk khotbah dan mengkhotbahi orang, bukannya untuk diaplikasikan bagi diri sendiri.
Supaya ini tidak terjadi lagi dan kita tidak disebut sebagai orang bebal, bagaimana jika pembaca yang belum mempraktekkan perenungan mencoba kiat di bawah ini:
-- Malam sebelum tidur cobalah mengambil catatan dan merenung kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan hati yang terjadi dengan orang-orang yang SENGAJA TUHAN PERTEMUKAN seharian tadi. Believe me, kalau Saudara mau merenung dan menyadari bahwa engkau adalah kekasih Tuhan, semua orang menjengkelkan yang diperhadapkan kepadamu juga adalah orang-orang ‘pilihan’ yang Tuhan seleksi untuk membentuk karakter kekasih-Nya, that’s you!
-- Upaya ini tidak mudah, sebab untuk mengambil bolpen dan menulis serta memikirkan peristiwa menjengkelkan tadi, pertama itu membutuhkan “tenaga” untuk melakukannya dan kebanyakan orang akan malas untuk berbuat satu hal penting ini. Percayalah, kemalasan ini akan menolong Anda untuk menjadi pribadi yang tidak mau berubah sampai 10-20 tahun mendatang dan bahkan memperburuk keadaan.
-- Ketidakmudahan berikutnya yang sangat mampu menghambat tidak-akan-adanya-perubahan itu ditambah dengan faktor jika Saudara tidak mau menyadari bahwa kejadian menjengkelkan itu adalah KESALAHAN SAUDARA! Sebab sangat mudah sekali untuk menyalahkan orang lain dan mempertahankan kebenaran diri sendiri. Percayalah, semua argumen yang Saudara kemukakan selalu akan menolongmu untuk bertahan dalam kebodohan dan ketidakperubahan. Yang sering terjadi dalam argumentasi adalah, Saudara akan merasa benar dan bertahan dalam pembenaran itu dengan membubuhi kata “saya bukannya mau membenarkan diri”.
-- Perubahan terjadi saat hati Saudara melembut dan menerima masukan orang lain walaupun itu sangat menyakitkan. Juga saat Saudara berani merenungkan dan berkata, “ya sesungguhnya saya (yang) salah”. Lalu mematikan ego dan membuat suatu langkah untuk bertemu dengan orang tersebut lalu meminta maaf dan berkata “I was wrong”. Kenapa tidak minta maaf kepada Tuhan saja dan selesai? Karena Saudara akan cenderung melakukan kesalahan serupa jika tidak ada pengakuan terbuka. Kedua, karena Saudara tidak akan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Saudara bersalah dan tetap bertahan dalam ego, walaupun dalam hati sudah merasa bersalah. Ego ini adalah musuh paling besar dalam diri tiap manusia yang jika tidak ditekuk oleh yang empunya sendiri, maka ia semakin mengeraskan hati dan kuat diri. Ini adalah musuh terbesar roh manusia dan musuh bebuyutan kerendahan hati dan awal dari perendahan seseorang.
Saya tidak berkata bahwa SEMUA persoalan kesalahannya selalu ada di Saudara. Tetapi saya sedang menitikberatkan orang yang tidak pernah merenung by the end of the day dan yang kecenderungannya selalu menyalahkan orang lain dan yang tidak pernah berubah sifat dan sikapnya dalam kehidupan. Yang suka menyerang, menyalahkan orang lain, tidak pernah meminta maaf, dan yang menyembunyikan kesalahannya serta tidak peduli dengan perintah Firman yang mengubah hidup.
-- Terakhir, seperti ahli kitab itu “membenarkan dirinya” dengan mengajukan pertanyaan kepada Yesus dan minta dukungan pembenarannya (“siapakah sesamaku manusia?”), kebanyakan jika Saudara “tersinggung”/tersentil hati nuraninya yang harusnya bisa langsung nyadar dan bertobat, tetapi malah keliling dunia untuk menanyakan perbuatan itu hanya untuk mendapatkan pembenaran. Percayalah, Saudara akan mendapatkannya tetapi persoalan Saudara/dirimu sendiri tidak akan selesai dan Saudara tidak akan berubah.
Dengan tulisan ini, kiranya Pembaca berani merenung dan mengambil arah yang berbeda dari sebelumnya jika mau menjadi orang yang disukai dan berdampak luas.
The way we end today can effect the way we handle tomorrow.”

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC