ShareThis

29 March 2011

Milik Allah atau milik Kaisar?

Ayat : Lukas 20:20-26

Bangsa Yahudi kala itu sedang berada dalam penjajahan Romawi. Namun bangsa ini tidak pernah tunduk atau mengakui pemerintahan Romawi atas mereka. Satu-satunya pemerintahan yang mereka akui adalah Teokrasi, yaitu Allah Yahweh yang berdaulat penuh atas kehidupan mereka. Hanya kepada-Nyalah sembah dan ibadah mereka ditujukan.

Akan tetapi Romawi memiliki kewenangan khusus atas bangsa ini dengan adanya wali negeri, yaitu Pontius Pilatus. Situasi sulit ini dimanfaatkan dengan baik oleh imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dengan mengajukan pertanyaan jebakan kepada Yesus. Jika Yesus menjawab "ya", maka Yesus akan dianggap berpihak kepada pemerintahan Romawi. Itu berarti Ia berkhianat terhadap bangsanya sendiri. Jika Yesus menjawab "tidak", maka Yesus akan dianggap sebagai pemberontak oleh pemerintahan Romawi karena menolak membayar pajak negara. Pilihan yang sulit, bukan? 

Namun Yesus tahu kelicikan hati mereka. Ia menjawab dengan mengambil suatu koin yang memiliki gambar dan tulisan Kaisar. Lalu Yesus berkata, "Berilah apa yang wajib diberikan kepada Kaisar dan berikanlah apa yang wajib diberikan kepada Allah." Yesus jelas membedakan apa yang menjadi milik Allah dan apa yang menjadi milik Kaisar. Koin yang memiliki gambar dan tulisan Kaisar harus dikembalikan kepada Kaisar sebagai pajak. Yesus tidak terjebak dengan pertanyaan yang diajukan. Sekali lagi ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala dibuat heran atas jawaban Yesus. Maka mereka pun terdiam.

Sepantasnyalah kita mengetahui dengan benar apa yang menjadi milik Allah yang harus dikembalikan kepada Allah, dan apa yang merupakan milik pemerintah (Kaisar), yang wajib dikembalikan kepada pemerintah. Itulah tanggung jawab kita sebagai warga negara surga dan warga negara dunia. Tuhan Yesus tidak memberikan penekanan yang berbeda atas kedua hal ini. Oleh sebab itu keduanya wajib kita lakukan sebagai warga negara dunia dan warga negara surgawi yang masih hidup di dunia ini.

God Bless ^^

Jangan sia-siakan anugerah

Ayat : Lukas 20:9-19

Walau seringkali mendapat teguran dari Yesus, ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala tetap bersikukuh pada kebenaran diri mereka masing-masing. Memang orang berdosa tidak mungkin bisa berubah dan bertobat dari dosa-dosanya kalau bukan karena anugerah Tuhan yang lebih dahulu dicurahkan kepada mereka.

Hari ini, melalui perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus, kita melihat lagi betapa jahat perbuatan ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala. Yesus mengumpamakan mereka sebagai penggarap-penggarap yang menyewa kebun anggur dari pemilik kebun anggur yang melambangkan Allah sendiri. Ketika suatu kali, si pemilik mengutus hambanya untuk meminta hasil kebun anggurnya, para penggarap kebun malah memukul dan menyuruh dia pulang tanpa hasil. Demikianlah kejadian ini berulang sampai hamba yang ketiga diutus. (Bdk. Luk. 11 : 49). Terakhir, si pemilik kebun anggur mengutus anaknya sendiri untuk melakukan tugas yang sama, seperti yang telah dilakukan hamba-hamba ayahnya sebelumnya. Namun apa yang terjadi? Mereka melempar si anak keluar dan membunuh dia karena dialah ahli waris dari pemilik kebun anggur itu. Para penggarap ternyata tidak melaksanakan tugas dengan benar. Malah mereka melakukan kejahatan yang luar biasa besar. Maka Tuhan menegur dengan keras, bahwa barangsiapa yang masih bermain-main dengan Tuhan, akibatnya ia akan hancur dan remuk (ayat 18).

Ini adalah gambaran bangsa Israel yang berulang kali menolak Kerajaan Allah. Berkali-kali Allah mengutus nabi-nabi-Nya kepada mereka, hingga pada puncak-Nya, Dia mengirimkan Yesus, Anak-Nya untuk berbicara kepada mereka. Namun tetap saja, mereka menolak. Mereka justru kemudian menyalibkan Yesus sebagai puncak pemberontakan mereka. Sungguh ironis!
Sebagai orang percaya di zaman sekarang ini, kita tentu tidak meragukan Yesus sebagai Anak Allah, Juruselamat yang telah diberikan Bapa kepada kita. Maka jangan sia-siakan anugerah yang luar biasa itu. Marilah kita selalu membuka hati dan menerima kedatangan-Nya.

God Bless ^^

Jadilah pengikut sejati

Ayat : Lukas 20:1-8

Betapa panjang perjalanan para pemimpin agama Yahudi mengikuti pelayanan Tuhan Yesus. Sejak awal pelayanan-Nya di Galilea, saat Ia mulai mengajar dan memberitakan Injil Kerajaan Allah (Luk. 5:17), sampai saat ini. Mereka tidak pernah absen. Mengapa mereka mengikuti Yesus?

Sejak awal sebenarnya mereka telah bertemu dengan kebenaran sejati. Kebenaran sejati itu telah membongkar banyak hal yang salah dalam hidup mereka, tetapi sayang mereka tidak menerimanya (lihat Luk. 7:30). Sebaliknya mereka mencoba meredam pengajaran Yesus dan ketertarikan orang banyak terhadap otoritas Yesus. Itulah yang terjadi sepanjang perjalanan panjang mereka mengikuti Yesus sampai saat ini. Itulah yang tidak pernah berhasil mereka lakukan. Justru semakin hari, orang banyak semakin tertarik dan mau mendengar Yesus (Luk. 19:47-48).

Perikop ini memperlihatkan motivasi mereka mengikuti Yesus, yaitu untuk menjatuhkan Dia. Jelas-jelas otoritas Yesus berasal dari Allah Bapa, tetapi mereka masih juga mempertanyakannya (2). Maka Yesus mengajukan pertanyaan balik yang sebenarnya membongkar kepalsuan dan kemunafikan mereka (3-4). Mereka pasti tahu bahwa baptisan Yohanes berasal dari sorga! Ternyata mereka tidak berani menjawab pertanyaan Yesus, bukan karena mereka tidak tahu, tetapi karena mereka tidak mau mengakui kebenaran yang sesungguhnya! Akibatnya, mereka pun tidak mendapatkan kebenaran! Mereka mau mengikuti Yesus, tetapi tidak mau mengambil keputusan menjadi pengikut Dia. Sungguh sebuah perjalanan yang sia-sia!

Namun bagaimana dengan kita sendiri? Apa motivasi kita mengikut Tuhan Yesus? Apa yang kita cari? Kebenaran atau semata-mata kebutuhan dan kepuasan kita? Jangan hanya menyebut diri sebagai orang Kristen. Melainkan jadilah pengikut Kristus yang sejati. Mengikut Tuhan Yesus berarti bersedia membuka diri untuk menerima jamahan-Nya, agar kita diubahkan menjadi baru: baru di dalam batin kita, baru di dalam pikiran kita, serta baru dalam cakapan dan perbuatan kita. Mengikut Yesus pastilah bukan perjalanan yang sia-sia!

God Bless ^^

Menjaga kekudusan

Ayat : Lukas 19:41-48

Apa yang akan kita lakukan, ketika mengetahui bahwa sesuatu akan terjadi pada diri seseorang yang kita kasihi? Pasti kita akan melindungi dia semampu kita. Kita mungkin akan memberikan nasihat dan teguran kepada dia. Bila orang tersebut bersikukuh pada pendiriannya, maka yang dapat kita lakukan hanyalah berdoa dan berharap agar secepatnya dia sadar dari kekeliruannya.

Tuhan Yesus telah masuk ke Yerusalem. Dia tahu persis kejahatan dan kebebalan yang tengah berlangsung di kota tersebut. Yesus menangisi kota tersebut dengan tangisan Ilahi. Betapa tidak. Telah ribuan tahun, Tuhan mengutus para nabi untuk memperingatkan mereka, tetapi tidak sedikit pun peringatan itu diindahkan. Sampai pada kedatangan Yesus, Yerusalem tetap bergeming. Mereka justru menganiaya dan menyalibkan Yesus, Sang Mesias yang sesungguhnya amat mereka nantikan. Sungguh ironis. Yesus melihat apa yang akan terjadi dan menimpa kota tersebut pada masa yang akan datang (43-44).

Ketika Yesus melanjutkan perjalanan-Nya memasuki kota Yerusalem, Ia mendatangi Bait Allah sebagaimana kebiasaan yang Dia lakukan di setiap perjalanan-Nya. Kejahatan Yerusalem sungguh tercermin di dalam Bait Allah tersebut. Tempat yang seharusnya kudus telah tercemar oleh praktek keserakahan dan tipu muslihat para pemimpin agama yang ada pada saat itu. Tuhan Yesus murka. Ia memorak-porandakan lapak-lapak tempat berlangsungnya praktek jual beli yang ada di pelataran Bait Allah. Yesus ingin menunjukkan bahwa kekudusan Allah merupakan prioritas dibandingkan keuntungan duniawi yang berkedok religiositas. Meskipun dengan tindakan ini, Tuhan Yesus telah membawa diri-Nya dalam bahaya maut karena para pemimpin agama Yahudi memantapkan niat mereka untuk melenyapkan Dia.

Apa yang dilakukan oleh Yesus kiranya mengoreksi kita yang selama ini menyepelekan kekudusan Tuhan dalam kehidupan kita. Tuhan adalah prioritas utama, sebab itu kita harus memelihara kekudusan-Nya dalam hidup kita senantiasa. Jangan coba-coba mencemari kekudusan-Nya. Akibatnya bisa sangat fatal!

God Bless ^^

Sukacita menyambut Raja

Ayat : Lukas 19:28-40

Ketika seorang pembesar berkunjung ke suatu daerah di wilayah pemerintahannya, maka biasanya warga setempat akan melakukan persiapan untuk menyambut kedatangannya. Setidaknya akan diadakan upacara penyambutan dengan berbagai kegiatan di dalamnya untuk menunjukkan bahwa warga setempat bergembira atas kunjungan yang dilakukan oleh sang pembesar tersebut.

Tuhan Yesus tiba pada puncak perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ia menyuruh para murid mempersiapkan apa-apa yang Dia perlukan untuk memasuki kota suci tersebut (30-35). Para murid pun melakukan tepat seperti yang diperintahkan Yesus kepada mereka. Setelah persiapan tuntas, Yesus memasuki kota Yerusalem. Para murid bersuka cita. Mereka menghamparkan pakaian di sepanjang jalan yang dilalui oleh Yesus. Mereka sadar bahwa apa yang telah dinubuatkan para nabi tentang kedatangan sang Raja Kemuliaan yang memasuki kota suci dengan mengendarai seekor keledai, telah digenapi (38, bdk. Mzm. 118:26). Sukacita ini berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh beberapa orang Farisi yang juga ada dalam kerumunan orang banyak tersebut. Mereka merasa terganggu oleh sorak-sorai murid-murid Yesus sehingga menyuruh Tuhan Yesus untuk menegur mereka. Yesus memberikan jawaban yang akhirnya membungkam persungutan mereka (39-40).

Ketika Raja Kemuliaan itu datang dan hadir dalam kehidupan kita, apakah kita menyambutnya dengan sukacita yang sama besar seperti yang dirasakan oleh para murid pada waktu itu? Apakah yang kita lakukan untuk mengekspresikan rasa sukacita kita tersebut? Murid-murid mengelu-elukan Yesus dan menggelar pakaian mereka di jalan yang dilalui oleh Yesus. Apakah kita juga bersorak-sorai dan memberikan persembahan kita sebagai wujud rasa syukur kita atas kedatangan-Nya dalam kehidupan kita? Apabila kita melakukan pesta untuk menyambut seorang pembesar yang datang ke kota kita, betapa lagi kita akan bersukacita untuk menyambut Dia, Raja di atas segala raja, Tuhan dan Juruselamat kehidupan kita!

God Bless ^^

Menanti Kerajaan Allah

Ayat : Lukas 19:11-27

Hidup orang percaya haruslah menjadi teladan bagi orang lain yang berada di sekitarnya. Dalam segala aspek tanpa kecuali, mereka harus bisa membawa terang Kristus yang akan membimbing orang-orang tersebut kepada Sang Terang itu sendiri. Orang percaya tidak boleh egois, yaitu hanya memikirkan diri sendiri. 

Panggilan untuk menjadi berkat semestinya menjadi panggilan yang harus ditaati oleh setiap orang percaya.
Tuhan Yesus mengerti apa yang diinginkan oleh orang-orang yang sedang mengikuti Dia pada saat itu. Mereka ingin melihat Kerajaan Allah, karena Yesus akan menjadi Raja yang diurapi di sana (11). Meskipun sebelumnya Tuhan Yesus telah memberitahukan apa yang akan terjadi pada diri-Nya ketika memasuki Yerusalem, para murid tetap tidak dapat mengerti perkara tersebut (Luk. 18:34). Mengetahui hal ini Yesus kemudian memberikan kepada mereka perumpamaan seperti yang kita baca dalam perikop ini. Yesus ingin orang-orang yang sedang mendengarkan-Nya tersebut, memahami "konsekuensi" dari harapan dan keinginan mereka.

Paling tidak ada 2 hal yang ditekankan Yesus mengenai Kerajaan Allah melalui perumpamaan ini. Pertama, Kerajaan Allah menuntut ketaatan dan kesetiaan (23). Orang-orang yang menantikan Kerajaan Allah harus mengetahui siapa Raja mereka dan apa yang harus mereka lakukan. Hal ini diwakili oleh sikap dua orang hamba yang menjalankan uang mina titipan sang tuan kepada mereka (16-19). Kedua, kedatangan Kerajaan Allah yang sempurna akan membawa kehancuran bagi mereka yang berseteru dengan Sang Raja. Hal ini diwakili oleh sikap sang tuan yang murka terhadap hambanya yang ketiga serta yang menyuruh untuk membawa orang-orang yang berseteru dengan dia dan membunuh mereka di depan matanya (27).
Kita adalah warga Kerajaan Allah. Yesus adalah Raja kita. Sebagai warga Kerajaan Allah kita harus taat dan setia terhadap Raja kita. Tuhan menginginkan kita jadi berkat bagi sesama. Maka jangan diam dan berpangku tangan. Mari bekerja bagi Tuhan.

God Bless ^^

Merespons anugerah

Ayat : Lukas 19:1-10

Dua orang tuna wisma di sebuah kota di negara Jerman begitu terperanjat ketika seorang petugas pengadilan mencari keduanya untuk memberitahukan bahwa mereka berhak atas sejumlah besar harta kekayaan. Rupa-rupanya ada yang telah mewariskan harta kekayaannya kepada mereka. Setelah ditelusuri orang itu ternyata adalah nenek mereka sendiri. Sungguh sebuah keberuntungan yang tidak terduga bagi keduanya.

Zakheus, pada bacaan kita hari ini mengalami hal yang sama, bahkan mungkin lebih dari apa yang dialami oleh kedua tunawisma di atas. Pada hari di mana Yesus datang dan hendak melewati kota tempat tinggalnya, Zakheus mendapatkan anugerah yang tidak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya. Betapa tidak. Ia adalah seorang yang dianggap berdosa oleh masyarakat yang ada pada saat itu (7). Tadinya ia sekadar ingin melihat Yesus. Namun yang terjadi justru di luar perkiraannya semula, Yesus ingin bertemu dengan dia! Bahkan lebih dari itu, Yesus juga ingin bertamu ke rumahnya, dan menginap di sana (5)! Betapa bersukacita Zakheus pada saat itu. Yesus datang bukan saja sebagai tamu, tetapi sebagai Juruselamat yang memberikan keselamatan baginya dan seisi rumahnya (9).

Ketika kita mendapatkan hadiah yang besar, pastilah kita sangat senang dan bahagia. Tidak ada orang yang menerima hadiah akan merespons dengan wajah sedih. Namun ada anugerah yang jauh lebih besar lagi, yang telah diberikan kepada kita. Itulah anugerah keselamatan yang telah diberikan Allah kepada kita. 

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana respons kita selama ini terhadap anugerah tersebut? Sudahkah kita seperti Zakheus, yang merespons anugerah yang diterimanya dengan penuh sukacita dan pertobatan hidup yang nyata (8)? Sudahkah kita mewujudkan rasa sukacita kita dalam sebuah tindakan nyata yang konkret? Apakah kita telah mengalami perubahan hidup yang nyata dan merubah sikap kita terhadap orang-orang yang pernah kita perlakukan dengan tidak baik? Jika belum, tidak ada kata terlambat untuk melakukannya. Tuhan akan menolong kita.

God Bless ^^

Mengalirkan kasih

Ayat : Lukas 18:35-43

Dunia yang hiruk pikuk seperti sekarang ini, bisa membuat kita tidak lagi memiliki kepekaan mengenai apa yang terjadi di sekitar kita. Persaingan yang keras dan ambisi yang kita miliki, sering melumpuhkan kesadaran dan naluri kita sebagai seorang pengikut Kristus. Bahkan kerap kita abai akan keberadaan orang lain dan gagal mengenali apa yang harus kita lakukan di sana sebagai duta-duta Kristus.

Tuhan Yesus memperlihatkan kepeduliannya kepada seorang pengemis buta, yang berteriak di tengah-tengah kerumunan orang banyak. Karena kepedulian-Nya, Tuhan Yesus menghentikan langkah-Nya. Ia mau mendengar permintaan pengemis buta itu. Maka Ia menyuruh orang-orang untuk membawa dia ke hadapan-Nya (40). Dan ketika si pengemis buta telah berhadapan muka dengan Dia, Tuhan Yesus bertanya, "Apa yang kau kehendaki Aku perbuat bagimu?" (41a). Pertanyaan itu pastilah terdengar begitu menarik di telinga si pengemis buta, karena dapat dipastikan selama ini belum pernah ada orang yang menanyakan hal itu kepada dia. Keyakinannya akan siapa Tuhan Yesus yang selama ini hanya bisa dia dengar, mendorong dia untuk menjawab "Tuhan, supaya aku dapat melihat" (41b). Tuhan Yesus melihat iman yang ada dalam diri si pengemis buta ini. Maka Tuhan Yesus bukan saja memberikan kesembuhan, Dia juga berkata "imanmu telah menyelamatkan engkau" (42).

Tuhan Yesus sekali lagi memberikan demonstrasi kasih dan kepedulian yang besar kepada kita. Di tengah hiruk pikuk dan kerumunan yang demikian bising, telinga-Nya sanggup mendengar jeritan umat-Nya yang membutuhkan kehadiran-Nya.
Sebagai pengikut Kristus, seharusnyalah kita melakukan hal yang sama. Milikilah hati seperti Tuhan Yesus, yang berbelas kasih terhadap sesama. Jangan hanya berfokus pada diri dan kepentingan sendiri semata. Kasih Tuhan Yesus yang telah mengalir deras di dalam kehidupan kita, kiranya kita alirkan juga kepada orang lain, yang membutuhkan kasih, perhatian, dan pertolongan kita. Janganlah telinga kita ditulikan ketika mendengar jeritan saudara-saudara kita. Mari ulurkan tangan!

God Bless ^^

Jangan hanya memahami

Ayat : Lukas 18:31-34

John C. Maxwell pernah berkata demikian "A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way." Artinya, pemimpin adalah seorang yang mengerti jalan, berjalan melalui jalan tersebut, dan memperlihatkannya kepada orang lain. Dengan kata lain, seorang pemimpin bertanggung jawab untuk memahami dengan benar apa yang harus dia lakukan, bagaimana melakukannya, serta menunjukkannya kepada orang lain.

Maxwell pasti terinspirasi oleh kepemimpinan Tuhan Yesus. Sebagai seorang pemimpin, Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya hal apa saja yang akan terjadi, termasuk apa yang akan menimpa diri-Nya (32-33), sebagaimana ditulis para nabi sebelumnya, bahwa semua itu merupakan kebenaran yang sebentar lagi akan digenapi melalui diri-Nya (31b). Sayang, para murid yang mendengarkan semua yang dikatakan oleh Sang Pemimpin tersebut, sama sekali tidak mengerti maksud-Nya (34). Namun demikian, hal itu tidak menghalangi Yesus memberitahukan kepada mereka kebenaran tersebut. Yesus tahu, pada waktunya kelak para murid akan mengerti semua perkataan yang Dia ucapkan, yakni pada saat Roh Kudus akan dicurahkan atas mereka. Oleh sebab itu, Dia terus mengajar, memberitahukan serta memperlihatkan kepada murid-murid tersebut teladan hidup seorang pemimpin yang benar. Juga tentang bagaimana Ia harus menanggung penderitaan sebagai penyempurnaan atas misi-Nya di dunia ini.

Mungkin saja kita tidak menduduki jabatan sebagai pemimpin dalam sebuah bidang pelayanan, di gereja atau dimana pun, tetapi apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus wajib kita teladani. Kita harus yakin pada setiap kebenaran firman Tuhan, melakukannya dengan setia, serta bersedia mengajarkannya juga kepada orang lain. Jangan hanya gampang mengajar, tetapi abai dalam melakukan. Seorang Kristen sejati bukan hanya pandai berteori saja. Kita harus melakukan apa yang kita percayai agar orang lain bukan hanya mendengar, melainkan melihat juga bagaimana kebenaran itu nyata dan hidup di dalam diri kita.

God Bless ^^

Kekayaan sejati

Ayat : Lukas 18:18-30

Mengapa Yesus berkata bahwa orang kaya sulit untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah? Padahal orang kaya (23) yang datang kepada Yesus ini telah melakukan segala tuntutan Taurat tanpa bercacat (21). Keyakinan si pemimpin kaya ini bisa dibandingkan dengan keyakinan Paulus tentang dirinya sebelum bertobat (Flp. 3:6).
Sayangnya, pemimpin kaya ini hanya melakukan tuntutan Taurat secara luar, tanpa memahami esensinya. 

Terbukti, ia tidak sanggup memenuhi permintaan Yesus untuk berpisah dari hartanya. Tepat yang dikatakan Yesus sebelum ini, di mana hartamu berada di situ pula hatimu berada (Luk. 12:34). Si pemimpin kaya ini ternyata melakukan Taurat bukan dalam esensi yang benar, karena esensi Taurat adalah kehendak Allah. Ia menjadikan Taurat sebagai sarana untuk beroleh hidup kekal. Ia sendiri merasa bahwa kekayaannya sanggup untuk membeli sarana apa pun yang dibutuhkan untuk memperoleh yang ia inginkan.

Esensi Taurat adalah kehendak Allah. Melakukan Taurat berarti melakukan kehendak Allah. Melakukan Taurat berarti mengandalkan Allah sepenuhnya dalam hidup. Berarti bukan mengandalkan apapun yang manusia miliki. Pemimpin kaya ini gagal karena ia hanya mengandalkan kekayaannya.

Maka ketika Petrus mewakili para murid lain menyatakan bahwa mereka sudah mengikut Yesus dengan meninggalkan segala "kekayaan" mereka, Yesus menegaskan bahwa itulah yang membuktikan ketidakterikatan mereka pada apapun yang mereka miliki di dunia ini. Mereka telah bergantung sepenuhnya pada belas kasih Allah. Maka sesuai kasih Allah, mereka akan memiliki segala sesuatu yang mereka butuhkan. Kesukacitaan mereka akan melampaui segala kekayaan yang telah mereka tanggalkan. Ketika Yesus bicara bahwa mereka akan menerima berlipat ganda dari yang mereka tanggalkan, itu sangat mungkin berarti perasaan puas dan kecukupan sejati di dalam Tuhan. Di masa akan datang, mereka akan menikmati kepuasan dan kecukupan itu secara kekal, yaitu pada saat mereka sepenuhnya menikmati hadirat-Nya.

God Bless ^^

Pesimis? Pasti tidak!

Ayat : Mazmur 11

Orang yang dekat dengan kita dapat menjadi sumber inspirasi dan kekuatan. Dorongan dan keyakinan mereka dapat membangkitkan semangat kita. Namun kadang-kadang mereka juga bisa melemahkan kita. Kepesimisan dan pertimbangan mereka bisa membuat kita ragu, apakah kita harus maju atau menyerah.

Tampaknya pemazmur menghadapi sahabat-sahabat yang melemahkan daya juangnya. Mereka seolah berkata, "Lihat musuh terlalu kuat. Tidak mungkin kamu sanggup menghadapi mereka. Lebih baik menghindar daripada dihancurkan" (1-3). Apa jawaban pemazmur saat teman-temannya berkomentar negatif seperti itu? Pemazmur menguatkan hati dan berkata "Pada Tuhan aku berlindung." Pemazmur percaya bahwa Tuhan akan bertindak membela dirinya.

Di takhta-Nya yang tinggi, Tuhan melihat semua kejadian di muka bumi ini. Tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Dia bertindak adil. Dua kali kata "menguji" (5, 6) dipakai untuk menunjukkan bahwa Tuhan secara serius menilai manusia. Kata "menguji" ini biasa dipakai untuk menunjukkan proses pemurnian logam oleh api. Berarti Tuhan tidak sembarangan menuduh orang bersalah. Dia melihat sampai ke kedalaman hati. Mulut manusia bisa menipu, tetapi hatinya telanjang di hadapan mata Allah yang tajam. Maka orang yang jahat pasti akan dihukum berat, sebaliknya mereka yang tulus akan diselamatkan!

Kalau melihat ke sekeliling, nasihat teman-teman pemazmur yang pesimis itu sepertinya benar. Apa mungkin kita bertahan di tengah ketidakadilan dan amoralitas yang ada di sekeliling kita. Namun seperti pemazmur, kita bisa menguatkan hati dan tetap percaya Tuhan. Dia adalah Tuhan yang berkuasa dan adil. Dengan kuasa-Nya, Dia dapat menghancurkan rencana orang-orang jahat. Pada saat yang tepat dan oleh keadilan-Nya, Dia akan memelihara kita yang hidup bersandar penuh kepada-Nya.

God Bless ^^

Bersikap bagai anak kecil

Ayat : Lukas 18:15-17

Buku Philip Yancey yang berjudul Keajaiban Kasih Karunia, menceritakan sebuah ilustrasi tentang perjamuan yang dilakukan oleh Babette. Babette adalah seorang yang telah bekerja lama di sebuah keluarga. Suatu kali ia memenangkan undian yang berhadiah uang. Lalu ia menyiapkan pesta dengan jamuan yang amat megah. Para undangan tidak perlu bekerja. Mereka hanya perlu datang dan menyantap apa yang ada. Ibarat menghadiri sebuah pesta, demikianlah, Yancey menyebut tentang kasih karunia. Yang datang tidak datang dengan beban untuk mempersiapkan pesta, tetapi cukup satu saja: bersedia menghadiri jamuan itu. 

Kerajaan Allah adalah sebuah anugerah. Allah telah menganugerahkannya secara cuma-cuma. Tidak ada syarat apapun untuk dapat menerimanya. Hanya sikap hati seperti seorang anak kecil yang diperlukan untuk menerimanya. Artinya, hanya kemurnian dan ketulusan hati yang dibutuhkan. Bukan yang lain. 

Tuhan menyatakan bahwa menyambut Kerajaan Allah membutuhkan sikap hati seperti demikian. Hanya hati yang bersedia menerima apa saja yang diberikan oleh Tuhan, yang disebut oleh Tuhan sebagai pemilik Kerajaan Allah (16). Sebagaimana anak kecil yang mencukupkan diri pada apa yang diberikan kepadanya, demikian juga hati orang percaya, mencukupkan diri pada anugerah yang diberikan Tuhan kepadanya. Ciri khas seperti itulah yang memperlihatkan status seseorang sebagai pemilik Kerajaan Allah tadi. 

Mereka yang datang dengan pretensi, hanya akan kecewa karena mereka melihat Kerajaan Allah dengan menggunakan penilaian mereka sendiri. Jika kita tidak datang sebagai anak kecil, Kerajaan Allah akan terlihat aneh, karena tidak bisa dicerna dengan akal sehat. Akan tetapi Tuhan menegaskan bahwa sikap anak kecil justru menjadi kunci untuk memasuki Kerajaan Allah itu (17). Mengerti saja serta menikmati apa yang ada, seperti sikap seorang anak kecil. Itulah tuntutan yang juga harus terus menerus kita jadikan pedoman dalam kita menjalani keselamatan kita yang sesungguhnya merupakan anugerah semata.

God Bless ^^

Yang berkenan di mata Allah

Ayat : Lukas 18:9-14

Orang Farisi begitu luar biasa dalam memandang dirinya sendiri. Mereka bukan hanya menganggap dirinya sendiri sebagai orang yang paling "bernilai" di hadapan Tuhan, tetapi juga mampu memberikan penilaian terhadap orang lain. Dalam doanya, teks ini mengisahkan seorang Farisi yang merasa pantas melakukan penilaian seperti itu di hadapan Tuhan (11). 

Ini sangat kontras dengan pemungut cukai, sosok yang dalam komunitas kala itu dituding berperilaku buruk dan jahat. Si pemungut cukai justru memiliki kerendahan hati dan takut akan Tuhan. Pemungut cukai itu bahkan tidak berani "memandang" Tuhan, karena menyadari betapa dirinya benar-benar tidak layak (13).
Tuhan Yesus memaparkan kedua tokoh ini untuk menegur kebiasaan orang Farisi yang suka menilai diri sendiri lebih berharga dari orang lain. Padahal menurut Tuhan, mereka yang meninggikan diri justru akan direndahkan, dan sebaliknya yang merendahkan diri akan ditinggikan (14). 

Melalui perumpamaan ini, Tuhan mengajarkan bahwa orang yang sungguh-sungguh bertobat, tidak datang kepada Allah dengan kebanggaan diri seolah dia memang layak menerima pembenaran dari Allah. Padahal Allah melihat hati dan memandang kejujuran lebih berharga daripada pembenaran diri. Inilah cara pandang baru, yang ketika Tuhan Yesus datang, menjadi salah satu hal yang tidak mudah dimengerti oleh masyarakat, termasuk para petinggi agama Yahudi dan Farisi. Mereka beranggapan bahwa dengan membawa daftar berbagai tindakan yang membanggakan, pembenaran bisa mereka peroleh.

Dewasa ini, masih banyak gereja Tuhan dan juga orang Kristen, yang memiliki pola pikir Farisi, yang lebih mementingkan hal-hal lahiriah daripada hati dan motivasi. Betapa berbeda dari cara pandang Allah dalam melihat umat-Nya. Maka kita perlu memiliki cara pandang yang sama dengan Allah. Bukan daftar penuh dengan berbagai tindakan yang membanggakan diri yang akan membuat kita berkenan di mata Allah, melainkan hati yang menyadari ketidaklayakan diri dan membutuhkan perkenan Allah.

God Bless ^^

Doa yang didengar Tuhan

Ayat : Lukas 18:1-8

Doa seperti apa yang didengar Tuhan? Doa yang meminta keadilan Tuhan ditegakkan dan doa yang dipanjatkan dengan iman. Doa sedemikian adalah doa yang sesuai dengan karakter Allah.

Yesus memakai perumpamaan hakim yang lalim, yang akhirnya mengabulkan permohonan keadilan seorang janda. Sungguh menarik karena tokoh hakim yang antagonis ini dipakai Yesus untuk menjadi figur pembanding Allah yang adil. Di kesempatan lain, Yesus pernah membandingkan Allah dengan bapak di dunia ini dari sisi positif. Kalau bapak di dunia tahu memberi yang baik kepada anak-anaknya, apalagi Bapa di surga, pasti memberikan yang terbaik!

Dalam perumpamaan ini, sang hakim lalim mengabulkan permohonan si janda bukan karena hakim ini memang adil dan membela hak-hak orang tertindas. Hakim ini bertindak karena ia tidak mau disusahkan oleh si janda yang "rewel". Sebenarnya yang si janda minta adalah haknya. Menjadi janda pada masa itu memang merupakan hal terburuk yang dialami seorang wanita. Ia tidak memiliki hak apa pun dalam masyarakat patrilineal. Tak ada keluarga yang melindungi dia. Baik keluarganya sendiri, karena sejak ia menikah ia bukan lagi anggota keluarga orang tuanya; maupun keluarga almarhum suaminya, yang menganggap bahwa dengan kematian sang suami, sang janda bukan lagi bagian, apalagi kewajiban mereka. Hanya kepada satu orang saja si janda itu bisa berpaling, yaitu pada hakim yang berkewajiban membela hak-hak janda.

Kalau hakim yang lalim akhirnya terpaksa mengabulkan permohonan si janda, maka terlebih lagi Allah Bapa yang memang mengasihi orang tertindas. Pasti Ia akan membela umat-Nya yang dizalimi.
Tuhan mendengar doa yang benar. Saat kita berdoa demi kebenaran Tuhan ditegakkan, Ia pasti menegakkannya demi nama-Nya dan demi kebaikan kita. Saat kita berdoa dengan percaya bahwa Dia adil dan penuh kasih, maka akan terjadilah kenyataan itu dalam hidup kita. Maka jangan pernah meragukan Allah kita, berdoalah dengan tekun dan untuk alasan yang tepat senantiasa!

God Bless ^^

Nantikan kedatangan Tuhan

Ayat : Lukas 17:20-37

Kerajaan Allah selalu menjadi perdebatan banyak orang, dahulu sampai sekarang. Apakah Kerajaan itu bersifat fisik atau bersifat rohani? Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa Kerajaan Allah bersifat fisik, yaitu kerajaan Israel yang akan dipimpin Mesias yang telah mengalahkan kekuatan politik dan militer Romawi. Benarkah demikian?

Yesus menjawab pertanyaan orang Farisi di ayat 20 bahwa Kerajaan Allah sudah ada di antara mereka. Artinya, walaupun Kerajaan Allah berpuncak pada kedatangan Anak Manusia pada akhir zaman, tetapi sudah dimulai dengan kehadiran-Nya melalui inkarnasi. Kedatangan Tuhan Yesus adalah permulaan dari akhir zaman. Maka, janganlah mencari tanda-tanda lahiriah, tetapi percaya kepada Dia yang merupakan tanda kehadiran kerajaan Allah di muka bumi ini. 

Yesus lalu mengajar murid-murid-Nya mengenai kedatangan Kerajaan Allah. Memang kehadiran Yesus yang pertama kali tidak terlihat spektakuler dibandingkan kedatangan-Nya yang kedua kali kelak. Bahkan dalam kedatangan-Nya yang pertama, Yesus akan mengalami penolakan dan penderitaan. Namun lewat penderitaan-Nya, Yesus memastikan bahwa dalam kedatangan-Nya yang kedua, Ia akan tampil sebagai Raja. 

Yang lebih penting untuk digumulkan adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Yesus yang kedua kali. Yesus memakai dua contoh di Perjanjian Lama, yaitu masa Nuh dan Lot. Pada kedua masa tersebut, orang-orang di sekeliling Nuh dan Lot tidak mempedulikan peringatan Allah agar mereka bertobat. Akibatnya ketika waktu Tuhan tiba, mereka ditinggal dan dibinasakan.
Kedatangan Tuhan kedua kali kalau direspons dengan sikap masa bodoh akan berakibat pada penyesalan yang terlambat. Siapa yang menyepelekan Anak Manusia, tak akan bisa menyelamatkan diri pada saat kedatangan-Nya kelak (33)! Semoga kita termasuk orang-orang yang antusias menantikan dan menyambut kedatangan Kerajaan Allah dengan menjalani hidup yang senantiasa menyenangkan hati-Nya.

God Bless ^^

Jangan hanya meminta

Ayat : Lukas 17:11-19

Jika kita mengalami masalah dan penderitaan, seberapa sering kita mencari dan berteriak pada Tuhan? Pasti tidak terkira. Tetapi jika kita mengalami kesembuhan dan sukacita, apalagi yang menurut kita tidak seberapa, apakah kita masih bersyukur pada Tuhan? Kemungkinan besar, banyak orang akan lupa untuk mengucap syukur. 

Bacaan ini menceritakan sebuah kontras. Dari sepuluh orang yang berteriak agar Tuhan Yesus mengasihani mereka (13), hanya ada satu yang kemudian kembali untuk bersyukur kepada Tuhan (16). Dan "kebetulan", yang kembali itu adalah orang Samaria, sosok yang di zaman Tuhan dianggap asing dan tidak disukai oleh orang Yahudi. Nyatanya, orang Samaria itu mempertontonkan perilaku hidup penuh bersyukur: ia merebahkan dirinya di depan kaki Yesus. 

Bersyukur pada Tuhan banyak diabaikan oleh kita yang mungkin merasa bahwa semua kejadian dalam hidup kita adalah hal biasa. Namun orang Samaria itu memberikan pelajaran bahwa bersyukur adalah respons yang sepatutnya ada ketika melihat tangan Tuhan bekerja memulihkan, menyelesaikan, mendamaikan, membawa jalan keluar, dan juga menyembuhkan. Kadang tangan Tuhan itu tidak terlihat. Ia bisa bekerja melalui situasi tertentu, bahkan orang lain. Ia juga bisa bekerja menggunakan kejadian tak terencana, bahkan sesuatu yang mungkin di luar akal kita. Semua kejadian dari Tuhan itu, baik dalam keluarga, karier, dan pergumulan pribadi, adalah anugerah yang berasal dari kerelaan hati-Nya. Semua itu hanya dapat dilihat dengan jelas bila menggunakan mata rohani sebagaimana yang dilakukan oleh orang Samaria itu. Itu sebabnya Tuhan memuji si orang Samaria dengan menyatakan bahwa imannya telah menyelamatkan dia. Orang Samaria tersebut benar-benar menyadari bahwa hanya karena anugerah dan belas kasihan Tuhanlah, hidupnya berubah.

Dalam setiap pergumulan, tangan Tuhan yang baik itu bekerja dengan sempurna. Maka arahkanlah hati kita untuk melihat hal tersebut. Jika ada seribu teriakan tertuju meminta Tuhan bekerja, seharusnya seribu ucapan syukur pula terlontar dari lubuk hati kita.

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC