ShareThis

10 July 2012

IMAN IMPLISIT


John Calvin pernah mengkritik iman orang kristiani pada zamannya dengan sebutan "iman implisit". Dengan kata lain, kita langsung saja percaya apa yang disampaikan orang tentang firman Tuhan, tanpa mengecek kebenarannya langsung dari Alkitab. Tampaknya baik, namun, bagaimana jika yang disampaikan itu ternyata keliru? Bukankah yang diimani itu jadi ikut keliru? Tampaknya, "iman implisit" juga menjangkiti orang kristiani masa kini. Bukankah kita kerap mendengar orang kristiani yang mengaku mengenal Tuhan, tetapi dengan alasan bahwa pendetanya yang mengajarkan demikian. Alih-alih mempelajari firman Tuhan dengan saksama, orang ini hanya mengekor orang lain.

Tidak demikian dengan jemaat di Berea. Di satu sisi, mereka menerima pengajaran Paulus dan Silas dengan penuh semangat (frasa "kerelaan hati" dalam ayat 11 berasal dari kata Yunani prothymias, yang lebih tepat jika diterjemahkan dengan frasa "kesungguhan hati"). Namun, di sisi lain, mereka menyelidiki pengajaran tersebut di bawah terang firman Tuhan. Mereka tidak mempraktikkan ketaatan buta yang menelan mentah-mentah apapun yang dikatakan oleh otoritas manusia. Mereka menguji sebuah pengajaran sebelum memercayainya.

Apakah kita memiliki "iman implisit"? Apakah kita malas meneliti firman Tuhan secara serius demi iman kita dan hanya manut dengan pendapat orang lain? Milikilah sikap jemaat Berea yang selalu antusias belajar dari orang lain, tetapi juga berupaya untuk mendalami firman Tuhan secara mandiri.

God Bless ^^

KETETAPAN ALLAH


Pernahkah Anda berjumpa dengan orang yang plin plan? Pada saat tertentu, ia berkata dengan penuh keyakinan bahwa ia hendak melakukan sesuatu. Kesempatan lainnya, ia mengurungkan niatnya sendiri. Pepatah "bagai air di daun talas" tepat untuk menggambarkan orang plin plan. Butir air di daun talas bisa bergerak kemana-mana karena tidak bisa menempel di permukaan daun yang licin itu. Demikianlah orang plin plan yang terus berubah-ubah dalam pendirian dan perkataannya.

Allah kita bukanlah Pribadi yang plin plan. Firman Tuhan hari ini mengajarkan doktrin tentang ketetapan Allah (God's decree). Ketetapan Allah tidak berubah sepanjang waktu. Allah tidak pernah membetulkan atau membatalkan ketetapan-Nya. Ketetapan Allah pasti terlaksana sesuai dengan kedaulatan-Nya (ayat 10- 11). Ketetapan Allah juga termasuk hal-hal tidak menyenangkan yang ditujukan untuk mendisiplin umat-Nya (ayat 11). Akhirnya, keselamatan umat-Nya adalah bagian dari ketetapan-Nya (ayat 13). Kebenaran yang terakhir ini sangat menguatkan karena artinya keselamatan kita bersifat pasti. Tidak ada yang dapat menghilangkan anugerah keselamatan dari Allah bagi kita.

Apakah saat ini Anda sedang dirundung keraguan atas rencana- Nya dalam hidup Anda? Apakah Anda sedang mengalami kehilangan keyakinan atas keselamatan Anda? Firman Tuhan hari ini kiranya meneguhkan Anda lagi. Allah yang mengasihi kita bukanlah Allah yang plin plan. Ketetapan Allah sesungguhnya mencerminkan karakter Allah sendiri. Ketetapan Allah sepasti karakter Allah! Dalam keteguhan itu, kita pun beroleh keberanian untuk terus menaati firman-Nya dalam situasi yang paling tidak pasti.

God Bless ^^

BERHALA HATI


Setiap kali mendengar kata berhala, mungkin kita membayangkan sebuah patung sesembahan, semua jimat yang disimpan di balik pakaian, atau benda-benda antik yang mempunyai kekuatan tertentu. Sebagai orang kristiani, kita tahu bahwa berhala adalah suatu kekejian di mata Tuhan. Oleh karenaitu, saya yakin bahwa sebagian besar kita tidak menyimpan apalagi menyembah kepada benda-benda seperti itu.

Akan tetapi, berdasarkan kitab Yehezkiel pasal 14 yang kita baca hari ini, berhala bukan hanya sesuatu yang bersifat kasat mata, tetapi juga hal-hal yang tidak kelihatan. Dalam bacaan kita disebut: orang-orang ini menjunjung berhala-berhala di dalam hatinya. Segala sesuatu yang mengambil tempat Tuhan di hati kita merupakan berhala. Berhala-berhala yang ada dalam hati tersebut merupakan batu sandungan yang membuat kita mudah terjerumus ke dalam berbagai dosa.

Adakah sesuatu yang sedang begitu memikat hati kita melebihi Tuhan Yesus? Apakah itu ambisi kita dalam berkarier, keinginan untuk dianggap penting, atau pengejaran harta benda, atau mungkin keterikatan pada seseorang, atau juga soal popularitas dan asmara. Segala sesuatu harus diuji dan ditempatkan sesuai porsinya. Jangan sampai ia menggantikan posisi Tuhan di dalam hati kita. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang cemburu. Tuhan yang menghendaki kita menjadi umat-Nya yang setia, dan Tuhan mau Dia saja yang menjadi Allah kita.

God Bless ^^

HIDUP BARU


Selama 16 tahun, John Kovancs tinggal di terowongan kereta api bawah tanah nan gelap. Saat ada perbaikan terowongan, ia terpaksa mencari tempat tinggal baru. Suatu saat, ia terpilih menjadi orang pertama yang memenangkan program "mengubah tunawisma menjadi penghuni rumah tetap" yang diadakan The New York Times. John meninggalkan tempat tinggal lamanya dan menjadi petani organik di New York. Katanya, "Udara di luar sini terasa lebih baik. Saya tak akan merindukan kehidupan lama saya. Saya tak akan kembali ke sana lagi."

Pernyataan John semestinya juga mewakili sikap hati kita dalam menjalani kehidupan manusia baru di dalam Kristus. Paulus menyebutnya "menanggalkan manusia lama" dan "mengenakan manusia baru" (ayat 22-23). Mengapa mesti menanggalkan manusia lama? Manusia lama itu jauh dari hidup yang berasal dari Allah (ayat 18). Oh, adakah yang lebih buruk daripada hidup yang jauh dari Allah? Hidup yang diliputi kebodohan dan kekerasan hati; membuat perasaan menjadi tumpul sehingga hawa nafsu, serakah, dan perbuatan cemarlah yang dilakukan setiap kali (ayat 19). Sementara itu, mengenakan manusia baru berarti dibarui dalam roh dan pikiran (ayat 23); diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (ayat 24). Jadi, ada perubahan selera dan orientasi hidup; meneladan Kristus (ayat 20); ramah, penuh kasih mesra, saling mengampuni (ayat 32).

Masihkah kita menginginkan manusia lama? Dalam hal apa kita cenderung berbalik kepada manusia lama? Mari mohon pengampunan Tuhan. Diiringi pertolongan Roh Kudus, serukanlah komitmen John Kovancs: "Saya tak akan kembali ke sana lagi!"

God Bless ^^

INSYA ALLAH


Dulu saya agak jengah dengan istilah "insya Allah". Bukan saja terasa asing di telinga, istilah itu rasanya menggambarkan iman yang ragu-ragu, kurang yakin dalam mengklaim janji dan pemeliharaan Allah bagi kehidupan kita. Benarkah demikian?

"Insya Allah" secara sederhana berarti "jika Tuhan menghendakinya", seperti yang digunakan tim penerjemah Alkitab Terjemahan Baru. Akan tetapi, dalam Alkitab Terjemahan Lama, para penerjemah memilih untuk meminjam ungkapan dari bahasa Arab itu. Selain dalam nas hari ini, istilah itu juga muncul dalam janji Paulus kepada jemaat Efesus (Kisah Para Rasul 18:21) dan jemaat Korintus (1 Korintus 4:19). Saya jadi berpikir ulang. Oh, ternyata yang teguh dan pasti itu adalah janji Allah; adapun janji dan rencana manusia itu sudah sepantasnya, seperti ditegaskan Yakobus, dibungkus dengan "insya Allah". Kita dapat memberikan janji dan menyusun rencana serta berusaha sebaik mungkin untuk memenuhinya, tetapi kita tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi pada masa depan.

"Insya Allah", dengan demikian, adalah sebuah ungkapan kerendahan hati: kesadaran bahwa bukan kita yang memiliki dan menentukan masa depan; bahwa rencana terbaik kita tidak senantiasa selaras dengan rencana terbaik Tuhan; bahwa kita serba terbatas di hadapan kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya. Dengan itu, kita memberi ruang bagi-Nya untuk mengubah dan meluruskan langkah kita. Sekaligus kita mengakui bahwa masa depan terbaik kita ada di dalam tangan-Nya.

God Bless ^^

MANDIRI ATAU BERGANTUNG?

Ayat : 2 Samuel 22

Hari itu tak seperti biasanya. Sam kecil berlari dengan air mata berderai saat kami muncul di kelompok bermainnya. Ia mendekap erat ayahnya. Rupanya, seorang teman telah merebut pisangnya. Ia meminta sang ayah mengambilnya kembali. Ia tahu kepada siapa ia mendapatkan rasa aman dan pertolongan.

Daud mengalami Tuhan yang melepaskannya dari musuhserta dari tangan Saul. Bagian firman Tuhan yang kita baca ialah gelora syukur yang memenuhi hati Daud, yang kemudian digubah dalam Mazmur 18. Pengalamannya dengan Tuhan memperdalam pengenalannya akan Dia, tempat berlindung yang dapat diandalkan (ayat 2-3). Saat dalam kesesakan dan sepertinya tak ada jalan keluar, Daud berseru kepada Tuhan (ayat 6-7). Sebagaimana Daud, tokoh-tokoh Alkitab seperti Abraham, Musa, Yosua, Daniel, Nehemia, Maria, dan Paulus dicirikan dengan kebergantungan mereka yang radikal kepada Tuhan.

Sebagaimana seorang balita bergantung pada ayah dan ibunya dalam segala hal, kita juga bergantung pada Tuhan dalam segala sesuatu. Beberapa orang berpikir bahwa kita seharusnya bertumbuh dari "masa balita" dalam hal kebergantungan pada Tuhan ini, menjadi lebih mandiri. Kebenarannya adalah bahwa kita selalu memerlukan Tuhan. Kita mengawali kehidupan kristiani dengan kebergantungan pada kasih karunia yang tidak layak kita terima. Kita juga melanjutkan kehidupan kristiani dengan kebergantungan pada Tuhan yang terus berkarya memulihkan, memimpin, mengasihi, menyediakan, memuaskan, dan memindahkan gunung. Ketika kita bergantung pada Tuhan, kita akan mendapati Dia dapat diandalkan dan bersuka memuliakan-Nya.

God Bless ^^

TERLALU SIBUK? BERDOALAH!


Saat libur sekolah tiba, kakak saya memberi tugas kepada anaknya yang masih kelas 2 SD untuk membantunya menerima telepon. Saat telepon berdering dan kakak sibuk menjawab telepon lain, keponakan saya mengangkatnya dan berkata: "te to te tooott ... telepon yang Anda tuju sedang sibuk, silakan coba beberapa saat lagi."

Meski geli, tingkahnya membuat saya jadi merenungkan dan mensyukuri, Tuhan yang kita sembah bukanlah Tuhan yang terlalu sibuk mendengar doa. Justru padatnya jadwal sering membuat kita merasa tak ada waktu sekadar berkomunikasi dengan-Nya. Ayat pilihan hari ini mengingatkan kita, bahwa di tengah pelayanan yang padat (Markus 1:1-34), Yesus menggunakan kesempatan untuk berdoa sebelum memulai pekerjaaan-Nya (ayat 35). Mengapa Yesus harus berdoa? Melalui doa, Yesus menyatakan dua hal. Pertama, relasi-Nya dengan Allah sangat intim. Sepenat apa pun, kebersamaan dengan sang Bapa tidak hendak Dia lewatkan. Kedua, Yesus menyatakan relasi-Nya dengan Bapa adalah hal yang mendasari semua pelayanan-Nya di bumi. Sebagai manusia, Dia bergantung penuh pada Allah. Kehadiran dan kuasa Allah itulah yang Dia nyatakan ketika menyelesaikan berbagai masalah, memenuhi kebutuhan pelayanan, dan mengubah keadaan sekitar.

Bagaimana kehidupan doa kita? Apakah kesibukan dan padatnya jadwal kegiatan kerap menjadi alasan untuk tak berdoa sungguh-sungguh? Sebagaimana lampu memerlukan kabel sebagai sarana penghubung dengan sumber listrik agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, demikian pula manusia memerlukan doa sebagai sarana penghubung dengan Sang Sumber hidup, sehingga kita bisa hidup selaras dengan kehendak-Nya.

God Bless ^^

SISIHKAN, BUKAN SISAKAN

Ayat : Daniel 6

Kegiatan menabung yang kami fasilitasi untuk ibu-ibu pemulung dan buruh harian sudah berjalan lebih dari empat tahun. Awalnya terasa sulit bagi mereka. Berapa pun uang yang terkumpul tak bisa disisakan untuk tabungan. Untuk kebutuhan harian pun selalu kurang. Pendekatannya lalu diganti. Ibu-ibu disarankan untuk menyisihkan lebih dulu sedikit uang yang mereka dapat untuk ditabung, sisanya baru diatur untuk kebutuhan harian. Metode mengatur skala prioritas ini cukup membantu melepaskan mereka dari jerat rentenir.

Rumusan "sisihkan, bukan sisakan" seharusnya juga menjadi rumusan untuk waktu khusus bersama Tuhan. Seperti Daniel. Daniel adalah pembesar negara yang tentu sangat sibuk (ayat 3-4), tetapi yang mengagumkan, ia sudah punya tempat, waktu, bahkan metode yang tetap untuk bersekutu dengan Allahnya (ayat 11). Dalam konteks ini, Daniel memang sedang terancam akan dilemparkan ke gua singa. Namun, berdoa tiga kali sehari bukan dilakukannya karena panik dengan ancaman itu. Hal ini dicatat sudah menjadi pola kebiasaannya. Ia benar-benar menyisihkan yang terbaik untuk Allah, bukan memberi sisa.

Mungkin selama ini kita hanya memberi sisa-sisa waktu, sisa-sisa tenaga, serta kemauan sehingga waktu bersama Tuhan tidak berisi. Mari ubah pendekatan kita dengan menyisihkan (menyediakan) --bukan menyisakan-- waktu untuk berdoa dan membaca firman- Nya. Seperti ibu-ibu dampingan kami, kita pun perlu belajar mengatur skala prioritas. Mungkin awalnya terasa berat, tetapi mintalah pertolongan Roh Kudus agar kita bijak menempatkan prioritas hidup dan diperkenankan menikmati persekutuan yang indah dengan Allah tiap hari. Persekutuan dengan Allah menolong kita menghadapi situasi hidup apa pun.

God Bless ^^

PELAKU FIRMAN


Sebagai seorang pengajar atau pemberita Firman, saya sering merasa puas dan senang ketika menemukan orang-orang yang antusias di dalam belajar Firman Tuhan. Ketika khotbah berakhir atau kelompok kecil yang saya pimpin ditutup dengan doa, rasanya selesailah tugas yang berkenaan dengan Firman. Para jemaat atau anggota kelompokpun tak jarang merasa telah menyelesaikan bagian terpenting hari itu, yaitu menjadi pendengar atau pembelajar Firman yang sangat baik.

Namun, pemaknaan perumpamaan Yesus mengejutkan. Ternyata mendengarkan Firman, meski mungkin sangat antusias bukanlah perkara yang paling menentukan. Berkegiatan di seputar Firman tidak otomatis membuat hidup seseorang menjadi teguh. Orang sebaik ini masih pantas disebut bodoh karena pasti hidupnya akan porak poranda menghadapi badai kehidupan. Apa pasalnya? Fondasi yang laksana batu nan kokoh itu dibangun tidak hanya dengan mendengarkan, tetapi juga melakukan firman Tuhan. Perbedaan fondasi ini akhirnya terlihat ketika kedua rumah dalam perumpanaan itu diperhadapkan dengan tantangan berat. Yang satu roboh dan yang lainnya tetap kokoh. Jelaslah, menjadi pendengar dan pelaku Firman adalah dua hal yang sangat berbeda dan akan menimbulkan perbedaan besar.

Kita perlu waspada sebab kita mungkin merasa cukup bangga dan aman dengan bangunan hidup kita. Kita merasa punya fondasi kokoh karena mungkin kita masih bisa bersentuhan dengan firman secara rutin. Namun, apa yang kita pelajari perlu kita jadikan perilaku sesehari. Setiap kebenaran seharusnya kita ubah menjadi kelakuan yang tampak. Berapa banyak yang sudah kita lakukan?

God Bless ^^

BAHAGIA MENCINTAI FIRMAN

Ayat : Mazmur 119:97-105

Tahun 2012 Kelompok Pelayanan Gloria melakukan gerakan membaca Alkitab bersama di seluruh jajarannya. Dengan dibantu buku Warren Wiersbe, Hidup Bersama Firman: Pasal demi Pasal Seluruh Alkitab (terbitan Renungan Harian, Yayasan Gloria), setiap karyawan dan sukarelawan diajak membaca dua pasal Alkitab setiap hari, yang dipantau melalui pertemuan akuntabilitas kelompok setiap minggu. Jika konsisten, seluruh Alkitab dapat selesai dibaca dalam dua tahun. Dan jika konsekuen, setiap orang akan memiliki gambaran dan pemahaman yang lebih utuh tentang keseluruhan isi Alkitab.

Mazmur 119, pasal terpanjang di Alkitab, berbicara tentang bahagianya orang yang hidup bersama Firman. Pemazmur sendiri mengaku mendapat banyak manfaat dari merenungkan perkataan-perkataan Tuhan. Di antaranya: membuat lebih bijaksana (ayat 98), berakal budi (ayat 99), mengerti (ayat 100), dan masih banyak lagi. Namun, rahasia kebahagiaannya tersingkap di ayat 97, yaitu dalam hatinya yang penuh cinta: cinta akan Taurat Tuhan, yang merupakan ungkapan cintanya yang dalam kepada "Tuhan Taurat" itu sendiri. Jika John Stott menulis, "Melalaikan Alkitab berarti mengabaikan Tuhan", pemazmur menghidupi kebenaran itu dengan cara "Mencintai Tuhan berarti memperhatikan Firman-Nya."

Memasuki semester kedua bergulirnya gerakan membaca Alkitab ini, bagaimana dengan pembacaan Alkitab Anda? Apakah Anda sudah dan masih melakukan pembacaan Alkitab secara rutin dan menyeluruh, selain merenungkan kedalaman makna dan penerapannya melalui waktu teduh? Dan, apakah Anda melakukannya dengan rasa cinta yang besar kepada Sang Firman Hidup, yang terlebih dahulu dan selalu mencintai Anda?

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC