ShareThis

15 December 2011

INVESTASI WAKTU

Ayat : Amsal 4:1-6

Seorang tokoh politik serta diplomat Amerika abad ke-19, Charles Francis Adams, punya buku harian. Suatu saat, di buku itu ia menulis: "Hari ini saya memancing dengan anak laki-laki saya satu hari terbuang percuma." Ternyata, putranya, Brook Adams, juga memiliki buku harian. Dan, pada hari yang sama tersebut, Brook Adams menulis: "Pergi memancing dengan Ayah ini sungguh hari paling menyenangkan di hidupku!" Perbedaan pandangan terhadap satu pengalaman yang sama. Yang satu merasa membuang waktu, yang lain merasa sang ayah memberi investasi waktu yang berharga baginya.

Beda cara pandang seperti ini mungkin kerap terjadi. Kita merasa membuang waktu saat "hanya" bermain berbincang dengan anak-anak. Padahal bagi mereka, itulah tabungan emosi dan kepercayaan yang mereka dapat dari kebersamaan dengan orangtua. Dan, inilah keadilan Tuhan; kasih itu dapat dinyatakan dengan sesuatu yang dapat dilakukan tiap orangtua: investasi waktu yang tak menuntut kita untuk selalu keluar uang. Anak-anak hanya perlu kita ada bersama mereka, punya waktu mendengar mereka, punya kesempatan menyentuh mereka dengan kasih nan menenteramkan.

Salomo adalah salah satu tokoh Alkitab yang tercatat karena kebijaksanaan, kemasyhuran, kesuksesannya. Namun, siapakah pribadi di balik keberhasilannya itu? Betulkah ia menyebut-nyebut ayahnya yang berperan mendidik dan menasihatinya? Bacaan hari ini menunjukkan hal itu. Daud, ayah Salomo, memberi waktu yang ia punya untuk mengarahkan putranya agar hidup di jalan Tuhan. Dan, kita telah melihat hasilnya. Maka, sesibuk-sibuknya kita sebagai orangtua, mari prioritaskan selalu waktu untuk anak.

God Bless ^^

BALAS MELUKAI

Ayat : 1 Petrus 2:16-25

Adi yang berusia tujuh tahun menangis di ruang tamu. Ketika ditengok ibunya, ternyata ia menangis karena rambutnya ditarik-tarik oleh Bram, adiknya. "Sudahlah, Adi, jangan marah, " kata si ibu. "Adikmu baru tiga tahun. Ia belum tahu bahwa rambut itu sakit kalau ditarik." Setelah tangisnya reda, si ibu kembali ke dapur. Namun, sesaat kemudian terdengar Bram yang menangis! "Ada apa lagi ini?" tanya si ibu kesal. Seketika Adi menjawab dari ruang tamu: "Bu, sekarang Bram sudah tahu rasanya!"

Orang yang terluka biasanya terdorong untuk membalas. Terkadang tanpa disadari. Rasa dendam yang menyelinap di hati membuat kita tak lagi bebas mengasihi semua orang. Bagaimana mengatasinya? Petrus menasihati agar kita "hidup sebagai orang merdeka". Seseorang disebut merdeka jika jiwanya bebas dari dendam. Bebas dari niat membalas kejahatan dengan balik berbuat jahat. Dengan jiwa yang merdeka, kita bisa menghormati semua orang, termasuk majikan yang bengis terhadap kita (ayat 18-19). Petrus menjadikan Yesus sebagai contoh. Ketika dicaci maki hati-Nya terluka, tetapi Dia tidak balas melukai orang. Apa rahasianya? Dia menyerahkan urusan pembalasan itu kepada Bapa!

Adakah dendam dalam hati Anda? Niat balas dendam membuat hati tidak bisa lagi bening. Pikiran menjadi ruwet. Bahkan, bisa membuat kita nekat berbuat jahat. Kadang kala orang yang tidak melukai kita pun bisa kena getahnya. Pembalasan itu melumpuhkan dan membahayakan! Lebih baik serahkan sakit hati kita kepada Allah. Mintalah kepada Dia untuk mengambil alih perkara itu dan membebaskan jiwa Anda.

God Bless ^^

ORANG FASIK, ORANG BENAR

Ayat : Mazmur 1:1-6

Kitab Mazmur mengisahkan hubungan antara orang beriman dan Tuhan. Maka, tak salah jika pengumpul kitab Mazmur meletakkan Mazmur 1 ini menjadi bagian pertama dari kumpulan mazmur. Dengan tegas, pemazmur menasihati agar orang beriman jangan hidup sembrono. Sekalipun "cuma" duduk di lingkungan pencemooh dan berdiri di lingkungan orang berdosa, itu bisa membuatnya terjerumus. Sebab, dosa akan melahirkan dosa. Maka, kita dinasihati supaya mengenali siapa orang fasik, siapa orang benar, dan menjaga hati kita saat bergaul dengan banyak orang.

Orang fasik ialah orang yang mengetahui kebenaran, tetapi mengabaikannya. Malah, hidupnya begitu banyak diisi dengan keinginan guna menyenangkan orang lain. Ia tak memiliki prinsip, hidupnya menjadi seperti sekam yang diterbangkan kian kemari oleh badai hidup. Walau bisa tampak hebat, tetapi dengan mudah ia bisa lenyap hingga tak berbekas.

Orang benar ialah orang yang bergaul dekat dengan Tuhan lewat firman-Nya. Hidupnya terus "bertumbuh seperti pohon yang ditanam di tepi sungai". Maka, sekalipun badai mengguncang dan panas terik melanda, ia tetap kokoh, bahkan terus berbuah. Inilah tandanya orang yang bergaul dengan Tuhan: hidupnya banyak memberkati orang lain dengan kebaikan dan kebenaran. Selain itu, secara pribadi ia diberkati dengan kebahagiaan dan kepuasan, sebab hidupnya melekat kepada Sang Sumber hidup.

Jaga hati kita dalam pergaulan dengan penuh kewaspadaan. Jadilah orang benar yang mengalami kepuasan dan kebahagiaan, serta menjadi berkat bagi orang lain. Yakni, dengan bergaul karib dengan Tuhan, melalui firman-Nya.

God Bless ^^

KURBAN PENGGANTI

Ayat : Ibrani 10:1-18

Dalam Perjanjian Lama, apabila seseorang ingin beribadah kepada Tuhan, ia harus membawa korban persembahan sebagai pengganti dosanya. Orang itu dianggap tidak layak menghadap Tuhan tanpa ada korban yang dibawa untuk dipersembahkan. Korban yang digunakan harus berupa ternak, seperti lembu, sapi, kambing, domba, burung tekukur atau merpati (Imamat 1:2, 14).

Alkitab berkata bahwa tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22). Untuk itulah perlu korban pengganti dosa. Korban yang digunakan harus sempurna, tak bercacat. Imam tidak akan memeriksa orang yang membawa persembahan, tetapi ia akan melihat dan memeriksa korban yang dipersembahkan. Jadi, orang itu dilayakkan menghadap Tuhan bukan karena dirinya, melainkan karena korban penggantinya!

Segala korban itu sudah disempurnakan Yesus di kayu salib. Dia tidak hanya bertindak sebagai Imam Besar untuk menjadi perantara Allah dan manusia, tetapi juga menjadi kurban pengganti. Saat kita menghampiri Allah, Dia tidak melihat diri kita yang berdosa. Dia melihat Yesus yang menjadi kurban penebus dosa. Jika kita bisa layak memiliki hubungan dengan Allah, itu semata karena kurban Yesus bagi kita. Itu sebabnya keselamatan yang kita dapat bukan hasil usaha sendiri, melainkan kasih karunia Allah.

Milikilah kesadaran bahwa kita berkenan di hadapan Tuhan semata-mata oleh karena darah Yesus, bukan karena siapa kita atau segala hal yang kita kerjakan. Dengan demikian, setiap pelayanan kita akan dilandasi oleh motivasi yang benar: kita adalah orang-orang yang dibenarkan oleh darah Kristus.

God Bless ^^

14 December 2011

TIDAK MEMPERMALUKAN

Ayat : Matius 1:18-25

Pernikahan Anda dengan tunangan Anda sudah dekat. Anda berdua saling mencintai dan menjaga diri sampai pernikahan terjalin secara sah. Namun, tiba-tiba tunangan Anda mengaku hamil ... dan bukan karena Anda. Itulah tamparan yang dialami Yusuf. Berdasar apa yang diketahuinya, ia berhak mempersoalkan ketidaksetiaan itu sampai masyarakat mengetahuinya. Namun, ia memilih tidak mempermalukan Maria. Ia mengambil jalan sulit: hendak menceraikannya diam-diam agar gadis itu tak menanggung aib. Sikap itu juga memperlihatkan bahwa ia rela dianggap turut bersalah dalam perkara itu.

Kita tak tahu persis apa yang bergejolak di hati Yusuf. Kita maklum jika darahnya mendidih mendengar pengakuan Maria. Namun, setelah amarahnya surut, mungkin ia tercenung, sadar bahwa tak seorang pun bebas dari kesalahan. Mungkin ia terkenang riwayat leluhurnya yang tak luput dari berbagai peristiwa memalukan (Matius 1:1-17). Atau, mungkin terlintas dalam hatinya, perkataan yang kelak diucapkan Anak dalam kandungan itu: "Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu" (Yohanes 8:7).

Matius mencatat Yusuf sebagai orang yang tulus hati. Dalam terjemahan lain: orang mursyid; orang benar; orang saleh. Ia benar, justru karena tidak membenarkan diri dan mempertahankan haknya. Ia benar, dan karenanya menunjukkan belas kasihan. Alih-alih mempermalukan, ia mengejar pemulihan. Dalam kasus Maria, "pelanggaran" yang terjadi bukanlah kesalahannya. Namun, andaikata kita diperhadapkan pada orang lain yang melakukan pelanggaran, siapakah di antara kita yang bersedia mengikuti jejak Yusuf?

God Bless ^^

HABIS GELAP TERBITLAH TERANG

Ayat : Yesaya 8:23-9:6 

Masa depan yang suram kerap digambarkan seperti sebuah lorong gelap yang terasa tak berujung. Tanpa keyakinan bahwa di ujung lorong itu ada titik terang, sedikit sekali orang yang sanggup bertahan menjalani masa "lorong gelap" ini. Hanya pengharapan bahwa masa depan akan lebih baik dari masa kini yang dapat membangkitkan semangat hidup.

Nubuat Yesaya ini juga hadir dan menjadi harapan: "habis gelap terbitlah terang". Secara ekonomis, bangsa Israel bersukacita karena terlepas dari hukuman Tuhan dan merasakan kegembiraan karena panen yang melimpah. Secara politik, mereka tidak lagi terancam oleh bangsa adikuasa. Namun, sejatinya nubuat ini lebih menunjuk pada masa depan yang lebih gemilang, yaitu ketika Mesias, keturunan Daud, hadir dalam panggung sejarah Israel dan dunia. Dialah yang akan membawa pemulihan. Dan, tidak sekadar pemulihan ekonomi dan politik. Lihat saja gelar-gelar-Nya: Penasihat Ajaib, Allah Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai (ayat 5). Dengan kebesaran-Nya itu, Dia akan menegakkan Kerajaan Allah di bumi ini! Dan, kerajaan-Nya yang kekal akan menghasilkan keadilan, kebenaran, dan kedamaian bagi setiap penduduknya.

Dulu, ketika kita terbelenggu dalam dosa, hidup kita tak punya pengharapan karena ada di bawah bayang-bayang penghukuman Allah yang adil. Namun kini dan kemudian, kelahiran, kematian, dan kebangkitan-Nya mematahkan belenggu dosa itu sehingga kita benar-benar dimerdekakan oleh Kristus. Jadi, marilah kita, sebagai orang yang menang, hidup di dalam kebenaran dan membagikan harapan damai sejahtera kepada setiap orang.

God Bless ^^

JERAT KEMISKINAN

Ayat : Imamat 25:35-43

Gokal ialah nama seorang petani miskin di India. Begitu miskinnya, sampai-sampai ia dan keluarganya tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan gizi minimal mereka sehari-hari. Akibatnya, tubuh mereka makin lama makin melemah dan malah tidak sanggup mengurus ladang mereka lagi. Kehidupan mereka pun tidak membaik, tetapi malah makin miskin. Gokal hanyalah satu dari jutaan orang di dunia ini, yang terjebak dalam jerat kemiskinan. Mereka sungguh-sungguh tidak mampu keluar dari situ, bahkan terjerat makin dalam tanpa harapan untuk bisa keluar dari sana.

Tuhan tahu beratnya jerat kemiskinan. Itu sebabnya Dia memberikan peraturan khusus mengenai hal ini kepada bangsa Israel. Bagian Alkitab yang kita baca hari ini adalah penggalan peraturan tersebut: Tuhan memerintahkan bangsa Israel merawat orang-orang miskin yang ada di antara mereka. Tidak hanya itu, Tuhan juga mengadakan tahun Yobel bagi Israel, untuk membuka peluang agar orang-orang miskin yang bekerja sebagai upahan, kelak dapat bebas dari jerat kemiskinan (ayat 40-41).

Saat ini, kita juga mengemban perintah untuk menolong orang-orang miskin di sekitar kita agar mereka keluar dari jerat kemiskinan. Kita dapat meneruskan pertolongan jangka pendek, yaitu mencukupkan kebutuhan sehari-hari mereka. Namun, kita juga perlu menyediakan pertolongan jangka panjang, yaitu menyelenggarakan pendidikan, pelatihan kerja, pendampingan usaha, dan sebagainya. Kita dapat melakukannya sendiri atau menyalurkannya melalui lembaga-lembaga yang dapat dipercaya. Lakukanlah dengan kasih kepada Allah, yang senang melihat kita peduli.

God BLess ^^

TAHU BERTERIMA KASIH

Ayat : Lukas 17:11-19

Kapankah kebanyakan orang mencari Tuhan dan berteriak minta tolong kepada-Nya? Bukankah saat orang sudah merasa tak berdaya; saat semua usaha sudah dilakukan dan tak berhasil; atau saat sakit keras dan dokter sudah angkat tangan, baru ia berpaling mencari Tuhan? Ketika pertolongan Tuhan datang, barulah orang itu bersyukur dan menganggapnya mukjizat dari Tuhan. Di luar itu, orang kerap kali beranggapan bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini apalagi hal-hal yang baik dan menyenangkan adalah hal biasa sehingga lupa menaikkan syukur kepada Tuhan.

Hal ini kerap terjadi karena orang menganggap semua hal baik yang dialaminya adalah hasil kerja kerasnya. Orang menjadi lupa bahwa di balik semuanya itu, Allah turut bekerja, menolong, dan memampukan agar ia berhasil. Tuhan yang memberi manusia akal budi, kekuatan, kesehatan, kesempatan, dan kemampuan untuk mengerjakan semua itu. Tangan-Nya yang tak tampak itu terus berkarya dalam segala peristiwa "biasa", tak biasa, atau bahkan tak terencana dalam kehidupan anak-anak Tuhan.

Yesus menyembuhkan kesepuluh penyandang kusta yang memanggil-Nya. Akan tetapi, hanya si Samaria yang tahu berterima kasih dan kembali tersungkur dalam syukur di hadapan Yesus. Ia tahu jamahan tangan kasih Tuhan tidak hanya menyembuhkan sakit fisiknya, tetapi juga mengubah hati dan menyelamatkan hidupnya (ayat 19). Mari teladani cara pandangnya ini. Ketika Tuhan menjamah hati dan mengubah hidup kita menjadi baru, seharusnya itu membuat kita melihat karya Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Syukurilah selalu!

God Bless ^^

DISELAMATKAN DALAM API

Ayat : Daniel 3:13-30

Setiap orang pasti punya masalah kehidupan. Punya anak yang terlibat narkoba; kesulitan uang kuliah; penghasilan yang pas-pasan; pernikahan yang tidak rukun; kecelakaan dan penyakit yang tidak terduga. Daftar ini mewakili persoalan sehari-hari yang dialami orang kristiani. Dalam situasi seperti ini, bisa muncul keinginan untuk mencari solusi cepat. Kalau bisa Tuhan turun dari surga dan melakukan mukjizat. Supaya serta merta semua masalah sirna. Beban berat selesai dalam sekejap.

Akan tetapi, Tuhan tidak bekerja seperti itu. Dalam kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, Tuhan tidak mencegah terjadinya peristiwa pembakaran itu, memadamkan api yang menyala-nyala, atau membinasakan Nebukadnezar sebelum pembakaran. Namun, Tuhan mengizinkan api menyala-nyala dan mereka dilemparkan ke dalamnya. Justru di situlah Tuhan menunjukkan kehebatan-Nya. Mereka tidak diselamatkan dari api, tetapi justru dalam api yang membara itu. Karena di situ Tuhan nyata menyertai dan meluputkan mereka dari kematian. Dan, inilah kesaksian yang membukakan mata Nebukadnezar (ayat 28).

Kerap kali demikianlah Tuhan menolong kita dalam hidup ini. "Api yang membakar" bisa berupa berbagai persoalan yang mengancam keselamatan atau kebahagiaan kita. Tuhan menolong kita bukan dengan mengangkat atau menghapus masalah itu. Kita tidak dilepaskan dari masalah, tetapi ditolong dalam masalah itu. Sebab, Tuhan dapat menyatakan kebesaran-Nya di situ. Agar melalui masalah kita, orang bisa melihat kemuliaan Tuhan dan mengenal Tuhan yang hidup.

God Bless ^^

BUKAN TANDA JASA

Ayat : Keluaran 20:1-17

Perikop kali ini adalah tentang Sepuluh Perintah Allah yang menjadi kunci hukum Taurat. Ada banyak peringatan (delapan perintah diawali kata "Jangan"), satu pengingat (hukum tentang hari Sabat), dan satu lagi perintah (untuk menghormati ayah ibu). Dalam perkembangannya, kelompok Farisi membuatnya amat detail hingga mencapai 631 hukum. Sebaliknya, Yesus meringkaskannya menjadi padat dalam dua perintah saja: mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Tentu para penerima hukum tersebut (orang Israel dulu dan kita pada masa sekarang) diharapkan untuk memperhatikan dan melakukan perintah-perintah ini. Hasil yang diharapkan adalah kehidupan moral yang terjaga, serta kehidupan rohani yang murni dalam ketaatan kepada Allah. Ini tentu sangat positif. Namun, kita perlu menjaga diri agar tidak terjatuh pada kecenderungan hati yang merasa telah hidup dengan baik sehingga merasa layak mendapat "tanda jasa" dari-Nya.

Sejak awal, ketika hukum Taurat diberikan, Musa telah memberi peringatan kepada umat supaya waspada terhadap mentalitas batin yang merasa telah "berjasa" karena mematuhi perintah Tuhan. Sebaliknya, motivasi benar yang seharusnya kita miliki adalah bahwa kita mematuhi perintah-Nya karena menanggapi karya Allah: "Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan" (ayat 2). Karena itu, marilah kita membuka hati agar dapat melihat bahwa Allah lebih dulu berkarya luar biasa bagi diri kita. Serta, teruslah meyakini bahwa apa yang kita berikan kepada Allah adalah wujud ungkapan syukur atas kasih-Nya yang tiada terukur.

God Bless ^^

BERNYANYILAH!

Ayat : Mazmur 147:1-11

Bernyanyi itu baik untuk kesehatan. Bernyanyi melatih jantung dan paru-paru, serta melepaskan endorfin yang membuat kita merasa senang. Bernyanyi juga meningkatkan kapasitas paru-paru, memperbaiki postur tubuh, dan membersihkan saluran pernapasan dan sinus. Apabila Anda bernyanyi dengan benar, hal itu dapat menjaga kesehatan perut dan otot-otot punggung. Menurut sebuah penelitian, bernyanyi juga dapat meningkatkan jumlah protein dalam sistem kekebalan tubuh.

Pemazmur tentu sepakat dengan hal itu. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan tubuh, ia menggarisbawahi bahwa bernyanyi juga baik bagi kehidupan rohani kita. Dalam bahasa aslinya, pemazmur menggambarkan bernyanyi sebagai baik, menyenangkan, dan indah. Baik karena merupakan salah satu bentuk pujian kepada Tuhan, suatu ibadah. Tuhan sendirilah tujuan dan pusat seluruh pujian kita (ayat 1, 7). Menyenangkan karena mendatangkan sukacita; memuji dan mengagungkan Tuhan akan mendatangkan kesenangan surgawi bagi orang kudus. Indah atau layak karena sudah selayaknya kita menghormati Sang Pencipta. Sebagai umat yang diciptakan menurut rupa dan gambar-Nya, ketika kita menghormati Tuhan, sesungguhnya kita juga sedang menghargai dan mensyukuri kehidupan yang dikaruniakan-Nya.

Nyanyian pujian tak ayal selalu hadir dalam ibadah bersama umat Tuhan. Namun, apakah kita secara pribadi juga mengembangkan kebiasaan untuk menyanyikan pujian bagi Dia? Bagaimana kalau mulai hari ini kita berkomitmen untuk menyanyikan paling tidak satu lagu pujian setiap hari?

God Bless ^^

SETENGAH KETAATAN

Ayat : 1 Samuel 15:1-28

Apa akibatnya jika kita tidak melakukan perintah Tuhan dengan segenap hati? Tentu, apa yang kita lakukan menjadi tidak berkenan di hadapan-Nya. Suatu ketika, Saul menerima perintah Tuhan untuk menyerang Amalek dan membinasakan mereka tanpa terkecuali. Saul pun membunuh semua orang Amalek. Hanya, ia menyisakan satu orang, yaitu raja Agag (ayat 8). Pula, ia membiarkan rakyat "menyelamatkan" kambing domba serta lembu yang terbaik dengan alasan hendak dipersembahkan kepada Tuhan. Apa akibat dari ketaatan Saul yang setengah-setengah ini? Tuhan menolak Saul menjadi raja dan memberikan jabatan itu kepada orang lain. Tidak adilkah Tuhan? Bukankah satu orang saja yang dibiarkan hidup? Apakah artinya satu orang dibandingkan ribuan orang Amalek yang sudah dibunuh Saul? Apakah artinya sebuah "dosa kecil" dibandingkan hal spektakuler yang sudah Saul lakukan untuk membinasakan bangsa Amalek?

Justru di sinilah masalahnya! Ketaatan yang setengah-setengah takkan pernah berkenan di hadapan Tuhan-sebab itu sama dengan ketidaktaatan. Jangan berpikir Tuhan terpesona pada keperkasaan Saul yang telah membinasakan ribuan orang Amalek. Tuhan tidak kenal istilah kompromi. Tuhan menginginkan ketaatan yang total.

Apakah Tuhan berkenan dengan persembahan kita yang sangat banyak, pelayanan kita yang spektakuler dan penuh mukjizat, sementara kita masih menyimpan dosa di hati? Keliru besar kalau kita berpikir bahwa Tuhan akan mengangguk-angguk senang atas jerih lelah kita dalam pelayanan. Taatlah secara total dan tinggalkan dosa sekarang juga.

God Bless ^^

TAKKAN MENYERAH

Ayat : Markus 2:1-12 

Iman dan usaha untuk berbuat sesuatu adalah ibarat dua sisi dari sekeping mata uang yang tak terpisahkan. Tanpa ada perbuatan yang dilakukan, diragukan bahwa di situ ada iman (Yakobus 2:14-18). Bukankah perbuatan kita merupakan penampakan dari apa yang kita imani?

Sekumpulan orang yang beriman kepada Yesus menyaksikan bagaimana Yesus mengajar dengan kuasa dan mukjizat, serta menyembuhkan orang sakit (Markus 1:21-28). Dari situ, hati mereka tergerak untuk menolong teman sekampung mereka yang sejak kecil lumpuh dan tersisih hidupnya. Mereka beriman Yesus mampu menyembuhkan maka mereka tidak diam saja. Meski banyak rintangan: mungkin rumah si lumpuh jauh, mungkin tubuhnya berat. Ditambah lagi, ketika sampai di tempat Yesus, ternyata rumah itu penuh sesak dan orang-orang tak mau memberi jalan. Namun, sekali lagi iman itu mereka wujudkan dengan usaha yang pantang menyerah. Mereka membuka atap rumah, dengan risiko si empunya rumah marah. Iman yang besar kepada Yesus memampukan mereka mengatasi segala hambatan. Ketika si lumpuh diturunkan, Yesus melihat iman mereka yang mau berusaha itu dan memberi kesembuhan. Iman itu menjadi kenyataan karena anugerah Allah di dalam Kristus, bukan karena kemampuan mereka sendiri.

Apabila kita sedang menghadapi sebuah tugas atau tantangan hidup yang butuh iman dan perjuangan keras, ingatlah kisah ini. Teguhkan iman dengan memandang kebesaran Allah yang sanggup menolong sehingga menguatkan kita untuk berjuang pantang menyerah. Serahkan ketidakberdayaan kita ke alamat yang tepat, yakni Yesus yang mampu membuat iman kita menjadi kenyataan.

God Bless ^^

MENGEJAR EKOR

Ayat : 1 Raja-raja 3:4-14 

Seekor kucing keasyikan mengejar ekornya sendiri. Berputar-putar, dan berputar-putar lagi, berharap segera mendapati ekornya tertangkap. Ia pikir, ketika ia sudah mendapatkan ekornya, ia akan bahagia. Ia tidak akan khawatir kehilangan ekor, karena ia telah memegang ekornya. Padahal itu salah sama sekali! Berputar sampai pingsan pun ia takkan dapat menangkap ekornya. Ia hanya akan kelelahan. Dan sesungguhnya, bukankah tanpa dikejar pun, ekor itu selalu setia mengikutinya?

Sadar atau tidak, kerap kali orang memakai waktu hidupnya untuk banyak mengejar kesuksesan, kekayaan, pengakuan, dan sebagainya, agar hidupnya bahagia. Segala upaya, waktu, dan energi, dicurahkannya untuk mengejar hal-hal itu. Padahal, itu sebenarnya adalah target hidup yang salah! Segala target yang tidak bernilai kekal, tidak layak kita kejar sedemikian rupa. Kita malah kehilangan target yang utama, yang Tuhan ingin agar kita raih dan miliki, supaya hidup kita berarti.

Mari simak lagi, bagaimana Tuhan berkenan pada permintaan Salomo (ayat 10). Yakni, ketika Salomo meminta hikmat sebagai hal terpenting yang ia rindukan, bukan yang lain-lain (ayat 9). Dan, ketika target utama itu telah ia sasar, Tuhan ternyata menambahkan hal-hal lain yang Salomo perlukan, meski Salomo tidak memintanya (ayat 13). Tanpa perlu dikejar, Tuhan memberinya kekayaan, kemuliaan, umur panjang. Itu semua bonus! Sebab itu, kita diajar untuk tidak mengejar bonus, tetapi target utama: hikmat. Yakni, hati yang berpadanan dengan hati Tuhan. Mata yang melihat seperti mata Tuhan. Hidup yang berjalan sebagaimana Tuhan berjalan. Mari kenali pribadi Tuhan lebih intim. Dan, milikilah hikmat dari-Nya.

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC