ShareThis

22 May 2013

KEBUTUHAN vs PEMENUHAN EGO

Seorang berkata bahwa dengan hanya membeli mobil colt, seorang dapat membawa keluarganya atau barang belanjaannya untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi dengan membeli Ferrari, seorang bukan lagi memenuhi kebutuhannya, tetapi cenderung mendisplay kekayaannya dan memuaskan hasrat kesenangannya.

Kita akan belajar bahwa hal ini sangat erat hubungannya dengan krisis identitas seseorang; jika ego seseorang harus dipenuhi (yang seringkali tidak disadari bahwa ada suatu kehendak lain yang lebih daripada dirinya), maka ia akan mengusahakan sesuatu yang di luar kebutuhannya, bahkan sampai di luar kemampuannya dengan berhutang sana-sini.Yang tidak disadarinya adalah bahwa ia sedang memimpin kehidupan lain di luar dirinya, dan justru pemenuhan kebutuhan hakiki dirinya malah diabaikan.

Contoh: Seorang anak kecil waktu ayahnya datang di gelanggang basket tiba-tiba bermain dengan lebih semangat daripada sebelumnya, karena ia ingin dipuji ayahnya, atau takut tidak dipuji, atau takut mengecewakan. Demikian juga jika pacarnya datang dan duduk di sana, ini menambah daya semangatnya, ia akan mengusahakan bermain dengan sekuat tenaga, entah kaki lecet entah tangan sudah pegal, ia harus lebih dari yang lainnya.

Contoh lain, seorang isteri yang berdandan bagi suaminya biasanya hanya sekedar berdandan. Tetapi tiba-tiba ia berdandan lebih dari sebelumnya, karena dokter langganannya memujinya dan hatinya bergejolak lalu ia ingin tampil lebih mempesona untuk si dokter itu. Bisa sadar bisa tidak, tapi kebanyakan hal-hal seperti ini dilakukan tanpa berpikir panjang.

Jika seseorang suka menyembah Tuhan, ia dengan khusuk akan menyembah dalam roh dan kebenaran; tetapi sebaliknya orang yang mau memuaskan egonya akan menyanyi dengan suara lantang atau suara yang dibuat-buat agar orang bisa memuji suaranya. Perlakuan seperti ini kebanyakan tidak disadari oleh si pembuat/pelaku, karena ia sudah terbiasa melakukannya sehingga seolah sudah menyatu menjadi dirinya.

Seorang pekerja yang hanya bekerja karena dorongan mendapatkan uang lembur, atau berdasar komisi. Ini akan merugikan mentalitasnya, karena dorongan semangatnya hanya disetir oleh upah, sedang jika ia harus berjuang untuk dirinya sendiri, kemajuan dirinya, dan tidak ada seorang pun yang memberinya upah, maka ia tidak akan terlalu mendorong diri.

Hal-hal seperti ini berarah ke dampak yang negatif, sebab jika semangat itu hanya berlangsung jika ada sesuatu yang men-drive dia, maka celakalah orang tersebut karena ia tidak punya dorongan dari diri sendiri dan hanya dari luar saja. Ia tidak punya fighting spirit untuk mensupport dirinya, dan yang dibutuhkannya hanyalah orang dari luar untuk membuatnya lebih baik. Dan tidak selamanya orang di luar sana akan menolongnya memperlakukan dia dengan cara demikian, karena kebanyakan mereka di sana tidak sengaja.

Manusia harus berpikir bahwa hidup ini bukanlah pemenuhan ego, kita harus berbuat semaksimal mungkin untuk menambah poin diri untuk suatu tujuan, bukan agar dilihat orang, agar dipuji, tetapi ia sendiri sesungguhnya tidak memiliki apa pun yang bisa dibanggakan di ‘dalam sana’.

Berapa banyak orang hutang sana-sini untuk mendandani etalase diri, rumah, keluarga, beberapa kendaraan, tetapi tiap bulannya dipenuhi ketakutan akan datangnya tagihan-tagihan. Banyak bos-bos yang tiap harinya kewalahan dan ketakutan karena dikejar debt collector dan dikejar tagihan bank dan sebagainya, sementara kelihatannya dia sedang mendirikanempire megah, tapi dalamnya (manusia rohnya) keropos, hanya untuk memenuhi egonya. Sesungguhnya ini suatu kehidupan yang melarat, karena ia hanya dipicu oleh kenampakan luar saja, dan bukan pemenuhan batin untuk suatu kepuasan tujuan. Ini suatu kesalahan besar yang jika tidak disadari akan berentet ke poin sisi kehidupan lainnya sehingga moralnya sangatlah hancur lebam.

Ia bisa berbohong hanya untuk kepuasan egonya, ia akan berbohong agar nampak baik, nampak pandai, nampak apik di luaran, nampak kaya, nampak sopan, nampak bermoral, nampak suci, tetapi dalamnya zero.

Andai seorang dapat puas dengan apa yang ia miliki dan berlari mengejar ketertinggalan dengan apa yang ia miliki tanpa harus berkompetisi dengan orang lain, maka ia akan menjadi orang yang whole (penuh, sehat) secara jiwani dulu. Jika ia hanya berpusat kepada Tuhannya dan tidak peduli dengan pandangan manusia (bukan berarti tidak mengejar, nrimo keadaan, pasif) – maka ia adalah orang yang ber’arti’ dan puas. Dan percayalah, memimpin kehidupan yang demikian berujung pada bonus terhadap hal-hal yang tadinya hanya dipikirkan oleh orang-orang yang mengingini pemenuhan ego itu tadi; ia justru akan mendapatkan pujian, mendapat bonus-bonus, kemurahan dan kemudahan-kemudahan, favor, mendapatkan pencapaian yang baik. Tetapi kesudahannya adalah tanpa embel-embel pemenuhan ego, sebab ia tidak mengingini itu, tetapi bertujuan untuk mencapai tujuan dari panggilan hidupnya saja.

Saya kasihan jika melihat seorang harus mengejar sesuatu hanya untuk ego, berdandan dan membenahi diri hanya untuk dipuji orang, membangun sesuatu hanya agar dipercaya bahwa ia dapat meraih sesuatu… ini semuanya kosong, jiwa yang hampa. Setelah pencapaian itu apa? Pasti ada yang harus ia pamerkan lagi! Kualitas yang tidak tahan uji! Pada saat ada kesalahan yang dibuatnya dan orang mulai mengecamnya, ia akan terpuruk, karena hidupnya hanyalah untuk mendapatkan pujian – pemenuhan ego.

Sebaliknya seorang yang tidak peduli dengan pujian dan tuntutan orang lain, ia juga akan tahan dalam cemoohan, ia akan tenang saat tidak seorang pun memujinya, karena ia tahu ia mengerjakan hal itu bukan untuk mendapatkan pujian, bukan untuk dilihat orang, tetapi untuk suatu tujuan yang tidak dapat dilihat orang lain (untuk sementara). Ia tidak pusing dengan tudingan, tidak pusing dengan fitnahan, tidak sakit dengan pengkhianatan atau kompetisi dan pembunuhan nama.



Apakah Anda memimpin beberapa sisi kehidupan untuk pemenuhan ego? Apa itu? Apakah dalam hal:
1. membeli rumah mewah,
2. mobil,
3. hutang sana-sini untuk pengeluaran yang bukan dalam koridor “kebutuhan”,
4. mengingini titel untuk suatu gengsi,
5. berbicara muluk-muluk agar kelihatan pandai,
6. melucu keterlaluan (buat-buat cerita supaya kedengaran lucu) supaya disenangi,
7. berlagak (pintar) dalam mengajar,
8. berbicara/pidato/khotbah,
9. dalam hal menyetir, menyanyi, main musik, mentraktir, olah raga, dll.


Bagaimana jika Anda mencoba untuk memenuhi tujuan yang sesungguhnya dan bukan hanya melampiaskan ego dan menyenangkan orang lain yang nilainya hanya sesaat dan dasarnya tidak akan tahan? Cobalah, berdoalah, penuhilah kebutuhan yang hakiki sekalipun harus menimba cemooh, perendahan, tudingan, kesalahpahaman. Puaskanlah dirimu dengan pencapaian dirimu yang dari dalam dan bukan emosi belaka atau tuntutan manusia. Be content dengan apa yang hanya tertulis dalam Buku Kehidupan, dan bukan history dunia.

BELAJAR KEHIDUPAN


Malam berlalu, hampir semua orang mendapatkan the gift of sleep (yang banyak tidak disadari dan lupa mengucap syukur atasnya), lalu ia terbangun. Melakukan rutinitas seperti tahun-tahun yang sudah dilaluinya, siap-siap berangkat kerja, dan herannya seolah tidak pernah siap menghadapi roda kehidupan yang sama dan terkejut akan pengendara dan pengguna lalu lintas lain, bahwa mereka serampangan… maka ia mulai lagi menyumpah, bersungut dan emosi.
Apakah manusia tidak belajar kehidupan? Mengapa hal ini bisa terjadi tiap hari sampai tua tanpa menyadari dan mengubah pikiran bagaimana mengatasi kehidupan aktual yang memang bergulir dengan keadaan yang hampir sama dan ia mengeluarkan sungutan dan makian yang sama, lalu berpenyakit sama dan bersendau gurau kasar dengan cara yang sama?
Menghadapi anak-anak dan pasangan yang sama tetapi tidak pernah berpikir untuk mengubah pola untuk mengaplikasikan penemuan baru untuk mewujudkan keadaan yang berbeda. Mengapa tidak ponder sebentar hari ini, malam ini untuk merenungkan bagaimana menghadapi kehidupan dengan cara yang berbeda?
Pemenang medali Olimpiade tidak pernah mau hidup dengan cara yang sama untuk dapat mengalahkan lawan-lawan dari seluruh dunia. Dulunya ia hanya pelari kampung, tetapi ia mulai harus bangun pagi untuk jadi bugar dan dapat berlari untuk lomba marathon. Seorang yang bermimpi jadi presiden tidak pernah melakukan rutinitas yang membosankan tetapi memulai aktivitasnya di atas rata-rata untuk bisa mencapai karir tertinggi dalam suatu negara. Miss Universe tidak pernah malas untuk merawat tubuhnya dan cara bicaranya untuk mencapai peringkat tertinggi di antara seluruh wanita muda di dunia. Restoran dan hotel termahal di dunia tidak mau tinggal dalam zona umum untuk bisa mendapatkan pelanggan dunia dengan harga di atas rata-rata.
Hidup ini tidak murah, jika yang ingin Anda dapatkan adalah sebuah kualitas. Tetapi jika seorang ingin biasa-biasa saja dan tidak pernah berubah, tidak perlu ngoyo untuk menjalani kehidupan. Bangun dan melewati hidup tanpa memikirkan bagaimana mengubah keadaan. Saya menemukan tulisan di bawah ini, entah dari mana saya lupa, tetapi bukan kalimat saya sendiri. Pernyataan ini menjelaskan lebih lagi, bukan hanya sampai di kehidupan di dunia saja, tetapi perhitungan sampai nanti.
Men who do nothing in the world will do nothing in religion
Men who don't responsible with their job seldom responsible with their God
“Seorang yang tidak melakukan apa pun di dunia juga tidak akan melakukan apa pun dalam keagamaan (dalam kehidupan bertuhan). Orang yang tidak bertanggung jawab dengan pekerjaannya jarang punya tanggung jawab dengan tuhannya.” Sangat jelas bahwa orang yang tidak memperlengkapi dirinya dengan perubahan tidak menyayangi dirinya sendiri! Tetapi orang yang justru ‘keras’ (melatih, disiplin, tidak malas, mengejar) terhadap dirinya, malah yang menyayangi dirinya. Ia menghadiahi dirinya dengan masa depan dan kebaikan. Tentu saja Tuhanlah yang memberkati semua usahanya, sebab di luar Tuhan keberhasilan manusia hanyalah kesia-siaan, walaupun mereka berhasil tetapi tidak penuh, sebab semuanya hanya untuk dirinya sendiri. Sebab dalam diri semua manusia ada satu tempat yang hanya bisa diisi oleh Sang Pencipta.
Pandanglah keberhasilan Yusuf, ia memang disertai Tuhan, tetapi ia juga punya nilai plus yang membuatnya diangkat menjadi kepala dimana pun dia ditempatkan: baik di perbudakan, di penjara, di negeri asing! Ia manis sikapnya dan elok parasnya. Apakah sikap manis datang dari sononya? Terutama waktu dikhianati saudara-saudaranya dan dijual ke perantauan? Itu harus diusahakan, bos! Kalau sikap manis, paras pasti jadi elok. Tapi kalau pun parasnya waktu kecil elok, jika tidak didampingi dengan manis sikap hatinya, maka setampan dan secantik siapa pun, orang pasti jadi elek puol!

Jadi, jika Saudara keluar rumah dan masih juga kaget melihat pengguna jalan lain yang menyerobot jalan Saudara, berarti Saudara belum lama tinggal di dunia! Jika Saudara marah mendengar teriakan pasangan dan kelakuannya yang tetap sama selama bertahun-tahun, maka Saudara rupanya tidak pernah belajar selama ini. Belajarlah, supaya jangan dianggap bodoh dan bebal. Pikirkanlah cara berbeda yang harus diambil, bermeditasilah, berdoalah, mintalah hikmat dari Tuhan untuk mengatasi keadaan yang sama dengan cara yang berbeda. Jangan kaget yaa….
Hal ini jika hanya dibaca dan disingkirkan, maka tidak akan bernilai dan tidak mengubah Saudara. Tetapi jika Saudara pro-aktif dan mau mulai menulis daftar kenegatifan/kemarahan/keegoisan/dendam/sebal/orang-orang itu/perlakuan kasar, dll lalu berusaha untuk mengubah kelakuan dan kata-kata Saudara, maka Saudara akan membawa dampak bagi orang-orang di sekitar Saudara. Sebab jika orang Kristen yang ke gereja dan melayani bertahun-tahun tetapi sikap dan kata-katanya sama dan tidak jadi terang di kegelapan dan tidak diikuti keteladanannya, maka sia-sialah kegiatannya selama ini, selain jika ia mencoba untuk mengubah. Berubah itu tidak mudah, tapi sangatlah mungkin – apalagi jika sudah ada Firmannya, sudah tahu cara-caranya, hanya haruslah disertai dengan tindakan yang nyata.
Banyak indikasinya, tapi saya tulis 2 saja indikasi ketidakadanya perubahan dalam diri Saudara, yang saya yakin  cukup menjadi barometer yang ampuh untuk melihat kedalaman manusia roh Saudara, siapa dirimu, sejauh manakah perubahanmu:
-Masih kaget dan berreaksi dengan sikap dan suara yang sama terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar.
-Masih suka menyalahkan orang lain, menuding mereka, membeberkan (sharing) kesalahan/kejelekan orang lain, melampiaskan isi hati.
Kalau Saudara merasa cukup percaya diri dan berkata sudah berubah (banyak orang menganggap benar di pemandangannya sendiri), barometernya adalah:
-tanyakan kepada pasangan Saudara, anak Saudara, orang-orang dekat Saudara.
-apakah sudah sedemikian diikuti keteladanan hidup Saudara, dicontoh, didengar, dicari, dibutuhkan banyak orang.
Itu saja, jika dilakukan dan diupayakan perubahannya, maka Saudara akan belajar kehidupan dan ‘memberi hidup’ kepada banyak orang. Be a blessing today!

PERENUNGAN YANG MENGUBAHKAN


Bagaimana seseorang mengakhiri suatu hari dan merenungkannya, itu akan sangat berefek untuk bagaimana ia mengatasi persoalan berikutnya keesokan harinya. Untuk membuat perubahan dan kesadaran akan kelemahan diri, emosional yang harus dikendalikan, sikap buruk yang nongol tanpa direm dengan kendali. Perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi membutuhkan perenungan. Banyak orang sudah “ketabrak” masalah masih tetap juga tidak menyadari dan tetap menjalani kehidupannya dengan sifat seperti itu. Hal ini sangat merugikannya sendiri.
Seringkali kekagetan seperti “tabrakan” masalah tadi itu justru akan menolong untuk mengubah seseorang jika ia sadar dan membuat perenungan by the end of the day. Tetapi again, jika ia masih berkeras dan tidak mau merenungkan, hasilnya adalah: besok akan menghadapi permasalahan dengan cara yang sama seperti kemarin dan 20 tahun lalu. Tetapi tidak sedikit orang juga yang ditabrak kekagetan malah tambah hari tambah sangar, karena tidak pernah belajar perenungan yang dalam mengenai kehidupan. Kita lanjut pelajaran minggu lalu dengan lebih dalam.
Seharusnya jika mau merenungkan dan merenungkan hati saja, seorang bisa belajar kehidupan, karena jika manusia sadar, sebenarnya hidup ini mengajari tiap orang untuk bertambah dewasa tiap-tiap hari. Tapi saya sering dibuat heran memperhatikan orang-orang yang tidak pernah mau belajar dari kehidupan, mereka yang cara bicaranya sama, suka gosipnya tidak berubah, teriakannya tambah melengking, jurus-jurus emosi dan kejengkelannya sangat liat dan air wajahnya tambah keras. Kenapa, kenapa, kenapa??? Kenapa orang bisa begitu bodoh dan tertutup oleh hawa nafsu dan dosa-dosa yang begitu kuat menutupi hatinya?

Kenapa manusia begitu mudah menyerah terhadap hal-hal demikian jika ada Firman yang mengatakan kasihilah, ampunilah, berdirilah teguh, janganlah berbohong, ucapkanlah syukur, lawanlah iblis, dll? Banyak Firman dan ayat-ayat lain yang seharusnya sangat mampu menolong, tetapi Firman itu hanya tetap berupa huruf-huruf mati jika manusia hanya mendengarkan dan membacanya tanpa mengadakan perenungan dan pertobatan.
Saya tidak hanya bicara kepada Kristen awam, sebab tidak sedikit pendeta dan pemimpin umat yang justru parah keadaan rohaninya dalam hal sikap buruk dan ketidakmampuan mengendalikan emosi dan nafsu apa pun juga (makan, uang, birahi, kekuasaan). Mengapa hal-hal tersebut mudah terjadi? Karena tidak memberikan waktu untuk perenungan. Pendeta atau pemimpin jikalau pun membaca ayat hanya sebagai persiapan untuk khotbah dan mengkhotbahi orang, bukannya untuk diaplikasikan bagi diri sendiri.
Supaya ini tidak terjadi lagi dan kita tidak disebut sebagai orang bebal, bagaimana jika pembaca yang belum mempraktekkan perenungan mencoba kiat di bawah ini:
-- Malam sebelum tidur cobalah mengambil catatan dan merenung kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan hati yang terjadi dengan orang-orang yang SENGAJA TUHAN PERTEMUKAN seharian tadi. Believe me, kalau Saudara mau merenung dan menyadari bahwa engkau adalah kekasih Tuhan, semua orang menjengkelkan yang diperhadapkan kepadamu juga adalah orang-orang ‘pilihan’ yang Tuhan seleksi untuk membentuk karakter kekasih-Nya, that’s you!
-- Upaya ini tidak mudah, sebab untuk mengambil bolpen dan menulis serta memikirkan peristiwa menjengkelkan tadi, pertama itu membutuhkan “tenaga” untuk melakukannya dan kebanyakan orang akan malas untuk berbuat satu hal penting ini. Percayalah, kemalasan ini akan menolong Anda untuk menjadi pribadi yang tidak mau berubah sampai 10-20 tahun mendatang dan bahkan memperburuk keadaan.
-- Ketidakmudahan berikutnya yang sangat mampu menghambat tidak-akan-adanya-perubahan itu ditambah dengan faktor jika Saudara tidak mau menyadari bahwa kejadian menjengkelkan itu adalah KESALAHAN SAUDARA! Sebab sangat mudah sekali untuk menyalahkan orang lain dan mempertahankan kebenaran diri sendiri. Percayalah, semua argumen yang Saudara kemukakan selalu akan menolongmu untuk bertahan dalam kebodohan dan ketidakperubahan. Yang sering terjadi dalam argumentasi adalah, Saudara akan merasa benar dan bertahan dalam pembenaran itu dengan membubuhi kata “saya bukannya mau membenarkan diri”.
-- Perubahan terjadi saat hati Saudara melembut dan menerima masukan orang lain walaupun itu sangat menyakitkan. Juga saat Saudara berani merenungkan dan berkata, “ya sesungguhnya saya (yang) salah”. Lalu mematikan ego dan membuat suatu langkah untuk bertemu dengan orang tersebut lalu meminta maaf dan berkata “I was wrong”. Kenapa tidak minta maaf kepada Tuhan saja dan selesai? Karena Saudara akan cenderung melakukan kesalahan serupa jika tidak ada pengakuan terbuka. Kedua, karena Saudara tidak akan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Saudara bersalah dan tetap bertahan dalam ego, walaupun dalam hati sudah merasa bersalah. Ego ini adalah musuh paling besar dalam diri tiap manusia yang jika tidak ditekuk oleh yang empunya sendiri, maka ia semakin mengeraskan hati dan kuat diri. Ini adalah musuh terbesar roh manusia dan musuh bebuyutan kerendahan hati dan awal dari perendahan seseorang.
Saya tidak berkata bahwa SEMUA persoalan kesalahannya selalu ada di Saudara. Tetapi saya sedang menitikberatkan orang yang tidak pernah merenung by the end of the day dan yang kecenderungannya selalu menyalahkan orang lain dan yang tidak pernah berubah sifat dan sikapnya dalam kehidupan. Yang suka menyerang, menyalahkan orang lain, tidak pernah meminta maaf, dan yang menyembunyikan kesalahannya serta tidak peduli dengan perintah Firman yang mengubah hidup.
-- Terakhir, seperti ahli kitab itu “membenarkan dirinya” dengan mengajukan pertanyaan kepada Yesus dan minta dukungan pembenarannya (“siapakah sesamaku manusia?”), kebanyakan jika Saudara “tersinggung”/tersentil hati nuraninya yang harusnya bisa langsung nyadar dan bertobat, tetapi malah keliling dunia untuk menanyakan perbuatan itu hanya untuk mendapatkan pembenaran. Percayalah, Saudara akan mendapatkannya tetapi persoalan Saudara/dirimu sendiri tidak akan selesai dan Saudara tidak akan berubah.
Dengan tulisan ini, kiranya Pembaca berani merenung dan mengambil arah yang berbeda dari sebelumnya jika mau menjadi orang yang disukai dan berdampak luas.
The way we end today can effect the way we handle tomorrow.”

KAYA, UANG & LIBERTY


Kaya itu baik, sejauh mana didapatkan dari hasil yang bersih dan pekerjaan yang baik. Diberkati, sukses, berlimpah itu tidak ada salahnya. Karena contoh-contoh di Alkitab ada beberapa orang kaya yang dipakai Tuhan dan ada juga orang-orang kaya yang menduduki tempat tinggi dalam Kerajaan Sorga. Baik Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Raja Daud, Raja Salomo, Boaz, Barnabas, Ratu Ester, Mordekhai.

Hanya saja, ingin kaya, memburu uang dan cinta uang itu tidak benar. Jadi, masalahnya, tiliklah dalam hati Saudara, apakah Saudara suka duit? Apakah ngejar keuntungan supaya memperkaya diri? Hal seperti ini mendapatkan peringatan keras dalam Firman Tuhan. Berhati-hatilah, sebab bedanya sangat tipis, apakah Saudara benar-benar mengabdi kepada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam bekerja, ataukah hanya menggunakan nama Tuhan dalam bekerja tetapi sesungguhnya menggunakan cara-cara licik dan tidak sah dalam mengumpulkan uang. Saudaralah yang bertanggungjawab atas pekerjaan dan hatimu.

I Timothy 6:9: Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
I Timothy 6:10: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Rasul Paulus memberitahukan kepada Timotius agar memberi peringatan kepada jemaat-jemaat supaya mereka tidak memburu uang, tidak ingin kaya, tidak cinta uang. Karena dengan melakukan hal-hal demikian mereka telah menyimpang dari IMAN dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Mengapa? Karena jika uang itu diburu, ia ada harganya. Ia akan menuntut si pemburunya untuk menggunakan trik-trik ilegal untuk memperkaya diri. Uang yang menjadi ‘tuan’ dari si pemburunya akan mengancam nyawanya – itu sebabnya orang yang melakukan hal-hal demikian hatinya dirundung ketakutan dan berdebar-debar. Tetapi orang yang memperalat uang itu sebagai budaknya, ia tidak takut, sebab ia tidak diancam oleh uang itu. Uang itu ada dalam kuasanya, uang tidak menjeratnya.

Bagaimana caranya? Orang beriman akan bekerja dengan IMAN; orang benar akan bekerja dengan BENAR. Jadi, yang perlu diselidiki dari masing-masing hati nurani adalah:
1. apakah kita bekerja dengan IMAN dan dalam KEBENARAN?
2. atau melenceng dari itu, yangmana kita akan tertimpa berbagai-bagai duka dan ketakutan, yang akhirnya tidak akan pernah bahagia walaupun memiliki banyak uang dan deposito serta rumah besar.

Dengan melakukan hal-hal seperti suap, tidak membayar pajak, melenceng dari ketetapan hukum, mendapatkan uang hanyalah mengumpulkan dosa. “Berkat”nya hanyalah aibnya. Ia menjadi musuh kebenaran. Apa pun yang di luar IMAN adalah dosa, sehingga bekerja tanpa iman (tapi dengan menggunakan cara-cara untuk membenarkan dirinya) adalah dosa. Boleh saja orang Kristen menggunakan semua debat untuk membenarkan dirinya dan mensahkan cara kerjanya, tetapi ia tidak bisa memandang mata Tuhan dan memberi alasan.

Rasul Paulus berkata dengan tegas agar Timotius berani menyatakan kepada para jemaat agar mereka beribadah dalam kecukupan. Ibadah yang artinya hidup bertuhan; asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
I Timothy 6:6: Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
I Timothy 6:7: Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
I Timothy 6:8: Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
I Timothy 6:11: Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.

Hal ini tidak menutup kebenaran lain mengenai diberkati dan menjadi kaya. Pengajaran ini timpang jika tidak diimbangi dengan pengetahuan bagaimana diberkati. Tetapi jika kita menilik orang-orang kaya dalam Alkitab, kita juga perlu mempelajari bagaimana mereka bisa menjadi kaya dan diberkati dengan limpah. Poinnya adalah mereka hidup dalam IMAN, mereka mengandalkan Tuhan dan takut akan Tuhan. Mungkin banyak yang berkatamengandalkan Tuhan, tetapi prakteknya justru kebanyakan orang yang berkata demikian malah mengandalkan cara-cara sendiri untuk mendapatkan uang – inilah yang tidak sama dengan contoh orang kaya dalam Alkitab.

I Timothy 6:12: Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

Jauhilah semua keinginan itu, kata sang rasul. Sebaliknya, bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Ini menandakan bahwa bagi para pengusaha yang sedang dalam proses untuk memenuhi tujuan Tuhan, yang penting dan dibutuhkan adalah “pertandingan iman yang benar” dengan memandang kepada hidup yang kekal dalam memperjuangkannya.

Jadi, jika Saudara dipanggil sebagai hamba Tuhan dalam bidang usaha (bukankah semua yang terpanggil adalah hamba-hamba Tuhan?), justru berbisnislah dengan iman; dengan roh takut akan Tuhan dan dengan memandang kepada hidup kekal.

Barometernya adalah kekekalan: apakah dengan cara-cara yang Saudara lakukan Saudara bisa mencapai hidup yang kekal? Jika tidak, tinggalkan cara-cara itu, sekalipun RUGI! Lebih baik rugi uang daripada rugi hidup kekal. Uang tidak ada artinya sama sekali jika dibanding dengan kekekalan. Beware, sangatlah berhati-hati dalam menjalani hidup, mengusahakan uang, berdagang, memenuhi hukum Tuhan.

I Timothy 6:13: Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu:
I Timothy 6:14: Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,

Apakah Paulus menasihati anak rohaninya Timotius hanya berbekal “kasih karunia” tanpa perintah? Apakah perintah seperti ini berarti “taurat”? Tidak, sang rasul justru menyatakan bahwa dalam mengemban kasih karunia, kita harus tunduk kepada hukum Kristus supaya tidak bercatat dan bercela. Sebab jika lewat penyelamatan anugerah itu kita sudah otomatis sempurna tak bercacat cela, sang rasul tidak akan berjuang dalam kehidupan dan tidak akan memberikan peringatan-peringatan seperti ini kepada jemaat. Sebab ternyata banyak jemaat yang walaupun sudah diselamatkan tapi masih saja hidup dengan cara tidak menghargai anugerah itu. Itulah sebabnya ada tuntunan dalam menjalani hidup dalam kasih karunia.

Sekalipun Amerika disebut negara super freedom dengan patung Liberty yang sangat menonjolkan icon citra Amerika, tetapi hukum-hukumnya sangat ketat dan keras. Pelanggar hukum segera diciduk, beda dengan beberapa negara lain yang tidak menegakkan hukum, walaupun tidak mempunyai icon LIBERTY (yang artinya kebebasan). Apakah aparat akan dituduh bahwa mereka tidak menjalankan simbol “liberty”nya jika menangkap para pelanggar? Tidak! Sebab ada hukum-hukum America di luar “liberty/kebebasan” tersebut. Liberty dapat diartikan tidak perlu berdoa, tidak perlu kawin dengan sesama jenis, tidak harus memanggil orang tuanya dengan sebutan ayah atau ibu, hanya memanggil nama saja, tidak perlu menikah dengan sesama jenis, bisa memilih parpol, bisa berkata “I love pizza” walaupun penggunaan katanya tidak tepat – itu namanya liberty. Tetapi dalam kebebasannya mereka toh tetap terbatasi dengan hukum lain seperti: tidak bisa melanggar lalin, tidak bisa ngebut di atas batas kecepatan, tidak bisa ngebom pusat pemerintahan, tidak bisa membunuh presiden tanpa dipenjara, tidak bisa meniru pekerjaan orang lain tanpa dikenakan denda atau penjara, tidak bisa menyetir dengan didapati minum minuman keras, dll. Mereka ada di dalam negara bebas, tapi tidak bebas hukum. Justru hukum-hukum itulah yang menolong warga Amerika agar tetap bermoral, bukan menjadikan mereka dikekang “taurat” dan lepas dari icon liberty-nya.

Sama halnya dengan kita, bukannya saat kita mendengar/melakukan/mengajarkan pengajaran seperti yang disampaikan rasul Paulus lalu kita lepas dari hukum kasih karunia. Justru ia menolong kita agar kita hidup bermoral, baik di hadapan manusia, pemerintah, dan di hadapan Tuhan untuk menjamin kita dalam kekekalan. Tak bercacat dan bernoda di hadapan Dia yang memanggil kita di bidang masing-masing.

1 Petrus 1:15-16 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu , sebab Aku kudus
(Ini merupakan "hukum" Sorga, "hukum Bapa", dan lebih dari semua "hukum kasih". bebas tapi mengikat kita agar kita tetap pada jalur kebenaran). Be blessed throughout the week.

KETIDAKADILAN ALLAH?


Genesis 3:11Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"
Genesis 3:12Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
Genesis 3:13Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."
Genesis 3:14Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
Genesis 3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."
Genesis 3:16 Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu."
Genesis 3:17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
Genesis 3:18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
Genesis 3:19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."
Genesis 3:20 Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.
Genesis 3:21 Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
Genesis 3:22 Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya."
Genesis 3:23 Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.
Genesis 3:24 Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Waktu Tuhan mengetahui bahwa manusia telah gagal menaati perintah-Nya, maka Ia pertama mengutuk ular yang memperdaya, kemudian Hawa yang diperdaya, lalu terakhir Adam yang terperdaya. Apakah selama ini kita pernah mempertanyakan kenapa Tuhan begitu kejam atau tidak adil? Sepertinya saya tidak pernah membaca kritik dari para theologian atau jemaat awam yang menyalahkan Tuhan karena menghukum mereka atas pelanggaran mereka.
Lebih lagi, di ayat-ayat terakhir dikatakan: lalu Tuhan Allah MENGUSIR Adam dari taman Eden, bahkan MENGHALAU manusia itu dan menempatkan SATPAM Kerub dengan senjata yang wadoh, mengerikannya! Apakah kita pernah mempertanyakan hal itu? Kebijakan, ketidakadilan, konsekwensi seperti itu? Sepertinya biasa-biasa saja tuh.
Lalu kalau anak-anak kita sekolah dan mereka tidak mengerjakan PR atau datang terlambat, atau suka diajak bolos orang tuanya, apakah kita pernah marah dan mempertanyakan hukuman dari guru wali anak kita dan datang melabrak kepala sekolah karena anak kita yang salah itu tidak mau dihukum? Saudara bahkan rela membayar sekolah yang mahal dan bergengsi demi kedisiplinan anak-anak Saudara. Sekolah-sekolah yang mahal bahkan terkenal dengan kedisiplinan dan peraturan yang ketat. Saya melihat bagaimana anak-anak orang kaya yang tadinya bandel dan susah diatur, waktu masuk ke sekolah dengan peraturan ketat malah menjadi baik. Bahkan orang tua berbondong-bondong memasukkan anak-anak ke sekolah yang disiplinnya ketat sekali.
Sekarang gantian saya tanya jemaat di gereja. Apakah jemaat banyak diajari disiplin? Apakah mereka mendapatkan konsekwensi atas ketidak-ingatannya membawa buku wajib, membuat PR, dan tugas-tugas lainnya minggu-minggu sebelumnya? Apakah jemaat pernah didisplin dengan peraturan gereja? Apakah karena alasan kasih karunia dan anugerah maka kita membiarkan jemaat hidup seenaknya, beribadah seenaknya dan akhirnya menganggap enteng anugerah? Apakah dengan kita mengajarkan kedisiplinan demi hidup dan value mereka sendiri lalu disebut tidak ada kasih dan hidup dengan hukum taurat?
Saya ketawa jika mengingat bahwa orang Kristen kalau di luar gereja sangat pandai dan berlogika, tapi jika sudah masuk di dalam gerbang gereja jadi hidup dengan pikiran yang tidak berlogika, sampai-sampai disiplin saja tidak tahu, kasih yang mendidik saja tidak tahu dan dianggap tidak punya kasih.
Ayat di atas baru satu perikop saja tentang pendisiplinan dan konsekwensi yang manusia harus tanggung. Hal semacam itu bukan saja terjadi di masa Perjanjian Lama saja, tetapi bahkan Rasul Paulus yang terkenal sebagai rasul yang mengajarkan anugerah dan tidak hidup di bawah hukum Taurat, bahkan mengajarkan banyak kedisiplinan di jemaat dan gereja-gereja yang ia layani dan kunjungi. Ia bahkan menyuruh mengusir, menjauhi, tidak memberi salam, menyerahkan orang tertentu kepada iblis untuk setiap kasus-kasus yang berbeda. Apakah kita pernah mempertanyakan pendisiplinan Paulus? Rasanya, bahkan penganut doktrin anugerah saja tidak mau menyentuh fakta kebenaran dari tulisan sang rasul selain hanya mencari dan mencocokkan ayat-ayat yang mendukung semua non-disiplin saja. Mari kita lihat ayat-ayat yang kebanyakan dianggap sebagai pengajaran “non-anugerah” atau “non-kasih” ini.
Titus 3:10: Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.
Titus 3:11: Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.
Apakah gereja berani melakukan hal semacam ini sekarang ini? Jarang sekali! Yang melakukan bahkan gereja-gereja Katholik pada jaman dulu, walaupun ada beberapa kasus pendisiplinan yang keliru (tidak diselidiki dengan tuntas), tetapi mereka toh minta ampun saat mengetahui kebenaran dari kesalahan mereka. Kekhilafan atau kesalahan tidak menghapuskan pendisiplinan gereja, tetapi menjadikan suatu pelajaran berharga bahwa mendisiplin harus disertai dengan cross check ulang dari berbagai pihak dan pihak yang bersangkutan di bawah hukum. Apa yang terjadi bila gereja tidak ada pendisiplinan? Namanya pembiaran, apa yang terjadi jika pembiaran merajalela? Noda dan dosa, hati manusia penuh niat kejahatan.
Amsal 14:34: Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa. 
Pengkhotbah 8:11: Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat. 
Mengapa mayoritas Orang Kristen dimana-mana, di gereja-gereja hampir seluruh dunia ingin bebas dan tidak hidup dengan aturan? Kita harus ingat bahwa sekalipun kita bebas dari hukum Taurat, namun tetap ada hukum Kristus, ada ketertiban, dan sebagainya.
II Tim 3:16Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. 
II Tim 3:17Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. 
Mengapa hal di atas tadi bisa terjadi? Karena terlalu lama gereja degradasi, tidak mempertahankan standar, akhirnya standar jadi turun dan tidak lagi bisa memberikan ketetapan dan pendisiplinan. Jika jemaat didisiplin untuk kebaikan mereka, bukannya sadar dan berterimakasih, mereka malah berontak, pindah gereja dan mengolok-olok pendeta/pemimpinnya. Kedua, karena pendeta jadi takut kehilangan jemaat dan diatur jemaat/majelis, sehingga hukum jadi bengkok dan pendeta takut kepada non-pendeta yang punya uang khususnya atau majelis-majelisnya, takut mereka pindah dan saluran dana mampet.
Keduanya sama-sama berdosa, pertama pendeta/pemimpin berdosa karena tidak menegakkan peraturan dan hukum kebenaran dan pendisiplinan jemaat jika ketahuan bersalah dan melanggar. Satunya lagi, jemaat yang tidak mau didisiplin juga berdosa karena tidak rendah hati menerima, malah pindah gereja dengan menjelekkan pemimpinnya. Penyakit ini jika tidak disembuhkan, maka gereja menjadi semakin degradasi dan tidak punya standar. Inilah nasihat rasul besar sepanjang jaman, kepada anak rohaninya:
II Tim 4:2Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
II Tim 4:3Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. 
II Tim 4:4Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. 
Sudah diprediksi bahwa jemaat akan memalingkan telinganya kepada dongeng dan humor daripada kebenaran Firman yang mendidik. Mereka mau bebas, tidak mau menurut, tidak mau taat dengan ajaran sehat tapi semaunya sendiri yang mereka tidak tahu kadar kesehatannya. Mereka hanya ingin memuaskan telinganya dengan mendengar apa yang memuaskan dagingnya dengan membayar nabi-nabi dan pengkhotbah ringan yang hanya menawarkan kemudahan tanpa tegoran.
Ini akhir jaman, hal ini terjadi dimana-mana, di hampir setiap gereja. Itu sebabnya, jika Saudara anak mahal, bersukacitalah karena didikan, nasihat, teguran, pendisiplinan jika harus. Bapa mana yang tidak mendidik anaknya? Bapa dan anak gampangan yang saling membiarkan dan membebaskan diri masing-masing karena suatu ketakutan kehilangan uang dan tidak mau mendapatkan ajaran. Jangan sampai pada akhirnya Tuhan berkata “Aku tidak kenal engkau, hai pembuat kejahatan!”



Proverbs 3:12 Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.
Hebrew 12:6  karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
 Hebrew 12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Hebrew 12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. 

KETIKA JAUH


Arman menangis. Di depan konselornya ia bercerita telah sangat jauh dari Allah. Jatuh sangat lama pada kebiasaan dosa. Ia menyesal, ingin berubah. Namun ia tidak tahu dari mana harus memulai. Ia merasa sudah tidak mengenal jalan untuk kembali.

Paulus mengingatkan, ada kebiasaan hidup manusia lama yang harus ditanggalkan. Ia menyebutkan beberapa indikasinya: pikiran yang sia-sia, pengertian yang gelap, jauh dari persekutuan dengan Allah, dan perasaan yang tumpul (ay. 17-19). Sekalipun kita sudah belajar mengenal Kristus, namun tanpa pengertian yang benar, kita masih dapat berjalan dengan pola pikir dan cara hidup manusia lama.

Pikiran yang sia-sia mengacu pada pemikiran yang kurang bermoral. Pengertian yang gelap mengacu kepada pikiran yang diselubungi kegelapan sehingga tidak dapat memahami terang kebenaran. Jauh dari persekutuan dengan Allah, dalam beberapa terjemahan, berarti terpisah dengan Allah, terasing, menjadi orang lain sehingga kita tidak mengenali Allah lagi. Sedangkan perasaan yang tumpul sama artinya dengan tidak peka lagi dengan dosa.

Manakah dari keterangan di atas yang menggambarkan keadaan kita? Sudah seberapa jauhkah kita menyimpang? Apakah kita semakin membelakangi Allah? Allah menghendaki agar kita, sebagai umat yang telah ditebus, untuk berhenti, menanggalkan gaya kehidupan lama, berbalik, dan mulai membangun sifat-sifat manusia baru hari demi hari (ay. 25-32). Sebagai manusia baru, kenakanlah "pakaian" baru!

God Bless ^^

SELAPUT MATA IMAN


Mata saya pernah terluka karena terkena kok saat bermain bulutangkis. Menurut dokter, ada beberapa syaraf mata yang putus. Akibatnya, pandangan mata saya terganggu, seakan ada selaput yang mengalangi pandangan saya. Dokter memberi obat dan perlahan-lahan mata saya dapat kembali melihat dengan jelas. Proses itu memerlukan waktu berminggu-minggu.

Dalam perjalanan ke Emaus, ada yang mengalangi mata Kleopas dan kawannya sehingga mereka tidak dapat mengenali Yesus yang bangkit. Mereka ditegur oleh Yesus, dianggap sebagai bodoh dan lamban. Mata iman mereka tertutup oleh cara pandang mereka sendiri yang terbatas: Bahwa Yesus datang sebagai raja yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Roma. Perikop ini memaparkan dua hal yang membuat kita dapat mengalami kebangkitan Kristus dalam hidup kita. Pertama, melalui penggalian dan perenungan firman Tuhan. Kedua, Tuhan hadir dan membangkitkan kepekaan kita akan kemenangan-Nya melalui perjamuan-Nya.

Kita pun dapat bersikap lamban dan bodoh dalam mengenali serta menyadari kebangkitan dan penyertaan Tuhan. Kita dapat menjalani hidup seolah Tuhan tidak pernah bangkit. Mata iman kita sering terganggu oleh selaput ketakutan atau kekhawatiran akan hidup ini. Seolah janji penyertaan Tuhan yang bangkit hanyalah mimpi di siang bolong. Marilah kita memelihara disiplin menggali firman Tuhan dan beribadah dengan penuh syukur, agar mata iman kita terbuka sehingga dapat melihat dan mengalami pengutusan Tuhan secara baru.

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC