ShareThis

22 May 2013

KAYA, UANG & LIBERTY


Kaya itu baik, sejauh mana didapatkan dari hasil yang bersih dan pekerjaan yang baik. Diberkati, sukses, berlimpah itu tidak ada salahnya. Karena contoh-contoh di Alkitab ada beberapa orang kaya yang dipakai Tuhan dan ada juga orang-orang kaya yang menduduki tempat tinggi dalam Kerajaan Sorga. Baik Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Raja Daud, Raja Salomo, Boaz, Barnabas, Ratu Ester, Mordekhai.

Hanya saja, ingin kaya, memburu uang dan cinta uang itu tidak benar. Jadi, masalahnya, tiliklah dalam hati Saudara, apakah Saudara suka duit? Apakah ngejar keuntungan supaya memperkaya diri? Hal seperti ini mendapatkan peringatan keras dalam Firman Tuhan. Berhati-hatilah, sebab bedanya sangat tipis, apakah Saudara benar-benar mengabdi kepada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam bekerja, ataukah hanya menggunakan nama Tuhan dalam bekerja tetapi sesungguhnya menggunakan cara-cara licik dan tidak sah dalam mengumpulkan uang. Saudaralah yang bertanggungjawab atas pekerjaan dan hatimu.

I Timothy 6:9: Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
I Timothy 6:10: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Rasul Paulus memberitahukan kepada Timotius agar memberi peringatan kepada jemaat-jemaat supaya mereka tidak memburu uang, tidak ingin kaya, tidak cinta uang. Karena dengan melakukan hal-hal demikian mereka telah menyimpang dari IMAN dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Mengapa? Karena jika uang itu diburu, ia ada harganya. Ia akan menuntut si pemburunya untuk menggunakan trik-trik ilegal untuk memperkaya diri. Uang yang menjadi ‘tuan’ dari si pemburunya akan mengancam nyawanya – itu sebabnya orang yang melakukan hal-hal demikian hatinya dirundung ketakutan dan berdebar-debar. Tetapi orang yang memperalat uang itu sebagai budaknya, ia tidak takut, sebab ia tidak diancam oleh uang itu. Uang itu ada dalam kuasanya, uang tidak menjeratnya.

Bagaimana caranya? Orang beriman akan bekerja dengan IMAN; orang benar akan bekerja dengan BENAR. Jadi, yang perlu diselidiki dari masing-masing hati nurani adalah:
1. apakah kita bekerja dengan IMAN dan dalam KEBENARAN?
2. atau melenceng dari itu, yangmana kita akan tertimpa berbagai-bagai duka dan ketakutan, yang akhirnya tidak akan pernah bahagia walaupun memiliki banyak uang dan deposito serta rumah besar.

Dengan melakukan hal-hal seperti suap, tidak membayar pajak, melenceng dari ketetapan hukum, mendapatkan uang hanyalah mengumpulkan dosa. “Berkat”nya hanyalah aibnya. Ia menjadi musuh kebenaran. Apa pun yang di luar IMAN adalah dosa, sehingga bekerja tanpa iman (tapi dengan menggunakan cara-cara untuk membenarkan dirinya) adalah dosa. Boleh saja orang Kristen menggunakan semua debat untuk membenarkan dirinya dan mensahkan cara kerjanya, tetapi ia tidak bisa memandang mata Tuhan dan memberi alasan.

Rasul Paulus berkata dengan tegas agar Timotius berani menyatakan kepada para jemaat agar mereka beribadah dalam kecukupan. Ibadah yang artinya hidup bertuhan; asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
I Timothy 6:6: Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
I Timothy 6:7: Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
I Timothy 6:8: Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
I Timothy 6:11: Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.

Hal ini tidak menutup kebenaran lain mengenai diberkati dan menjadi kaya. Pengajaran ini timpang jika tidak diimbangi dengan pengetahuan bagaimana diberkati. Tetapi jika kita menilik orang-orang kaya dalam Alkitab, kita juga perlu mempelajari bagaimana mereka bisa menjadi kaya dan diberkati dengan limpah. Poinnya adalah mereka hidup dalam IMAN, mereka mengandalkan Tuhan dan takut akan Tuhan. Mungkin banyak yang berkatamengandalkan Tuhan, tetapi prakteknya justru kebanyakan orang yang berkata demikian malah mengandalkan cara-cara sendiri untuk mendapatkan uang – inilah yang tidak sama dengan contoh orang kaya dalam Alkitab.

I Timothy 6:12: Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

Jauhilah semua keinginan itu, kata sang rasul. Sebaliknya, bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Ini menandakan bahwa bagi para pengusaha yang sedang dalam proses untuk memenuhi tujuan Tuhan, yang penting dan dibutuhkan adalah “pertandingan iman yang benar” dengan memandang kepada hidup yang kekal dalam memperjuangkannya.

Jadi, jika Saudara dipanggil sebagai hamba Tuhan dalam bidang usaha (bukankah semua yang terpanggil adalah hamba-hamba Tuhan?), justru berbisnislah dengan iman; dengan roh takut akan Tuhan dan dengan memandang kepada hidup kekal.

Barometernya adalah kekekalan: apakah dengan cara-cara yang Saudara lakukan Saudara bisa mencapai hidup yang kekal? Jika tidak, tinggalkan cara-cara itu, sekalipun RUGI! Lebih baik rugi uang daripada rugi hidup kekal. Uang tidak ada artinya sama sekali jika dibanding dengan kekekalan. Beware, sangatlah berhati-hati dalam menjalani hidup, mengusahakan uang, berdagang, memenuhi hukum Tuhan.

I Timothy 6:13: Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu:
I Timothy 6:14: Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,

Apakah Paulus menasihati anak rohaninya Timotius hanya berbekal “kasih karunia” tanpa perintah? Apakah perintah seperti ini berarti “taurat”? Tidak, sang rasul justru menyatakan bahwa dalam mengemban kasih karunia, kita harus tunduk kepada hukum Kristus supaya tidak bercatat dan bercela. Sebab jika lewat penyelamatan anugerah itu kita sudah otomatis sempurna tak bercacat cela, sang rasul tidak akan berjuang dalam kehidupan dan tidak akan memberikan peringatan-peringatan seperti ini kepada jemaat. Sebab ternyata banyak jemaat yang walaupun sudah diselamatkan tapi masih saja hidup dengan cara tidak menghargai anugerah itu. Itulah sebabnya ada tuntunan dalam menjalani hidup dalam kasih karunia.

Sekalipun Amerika disebut negara super freedom dengan patung Liberty yang sangat menonjolkan icon citra Amerika, tetapi hukum-hukumnya sangat ketat dan keras. Pelanggar hukum segera diciduk, beda dengan beberapa negara lain yang tidak menegakkan hukum, walaupun tidak mempunyai icon LIBERTY (yang artinya kebebasan). Apakah aparat akan dituduh bahwa mereka tidak menjalankan simbol “liberty”nya jika menangkap para pelanggar? Tidak! Sebab ada hukum-hukum America di luar “liberty/kebebasan” tersebut. Liberty dapat diartikan tidak perlu berdoa, tidak perlu kawin dengan sesama jenis, tidak harus memanggil orang tuanya dengan sebutan ayah atau ibu, hanya memanggil nama saja, tidak perlu menikah dengan sesama jenis, bisa memilih parpol, bisa berkata “I love pizza” walaupun penggunaan katanya tidak tepat – itu namanya liberty. Tetapi dalam kebebasannya mereka toh tetap terbatasi dengan hukum lain seperti: tidak bisa melanggar lalin, tidak bisa ngebut di atas batas kecepatan, tidak bisa ngebom pusat pemerintahan, tidak bisa membunuh presiden tanpa dipenjara, tidak bisa meniru pekerjaan orang lain tanpa dikenakan denda atau penjara, tidak bisa menyetir dengan didapati minum minuman keras, dll. Mereka ada di dalam negara bebas, tapi tidak bebas hukum. Justru hukum-hukum itulah yang menolong warga Amerika agar tetap bermoral, bukan menjadikan mereka dikekang “taurat” dan lepas dari icon liberty-nya.

Sama halnya dengan kita, bukannya saat kita mendengar/melakukan/mengajarkan pengajaran seperti yang disampaikan rasul Paulus lalu kita lepas dari hukum kasih karunia. Justru ia menolong kita agar kita hidup bermoral, baik di hadapan manusia, pemerintah, dan di hadapan Tuhan untuk menjamin kita dalam kekekalan. Tak bercacat dan bernoda di hadapan Dia yang memanggil kita di bidang masing-masing.

1 Petrus 1:15-16 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu , sebab Aku kudus
(Ini merupakan "hukum" Sorga, "hukum Bapa", dan lebih dari semua "hukum kasih". bebas tapi mengikat kita agar kita tetap pada jalur kebenaran). Be blessed throughout the week.

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC