ShareThis

18 June 2011

Langkah iman



Perikop hari ini mengontraskan Kejadian 20:11, ketika Abraham meragukan integritas dan moralitas orang-orang Gerar di wilayah Filistin. Karena Abraham mengira orang-orang Gerar tidak takut akan Allah, maka ia bertindak sesuai prasangkanya itu, yaitu dengan menurunkan standar moralitasnya. Namun dengan cara yang memalukan, ia terbukti salah dan Raja Abimelekh pun menuntut penjelasan Abraham atas moralitasnya (Kej. 20:10).

Setelah melalui proses pembentukan lebih jauh dan telah melihat penyertaan Tuhan dalam hidupnya, Abraham memberi kesaksian yang baik bagi orang-orang Filistin. Raja Abimelekh dan Panglima Pikhol menghampiri Abraham dan mengakui bahwa Abraham disertai Tuhan (22). Lebih dari sekadar perjanjian, kita bisa melihat awal pemenuhan janji Tuhan bahwa Abraham akan menjadi bangsa yang besar (Kej. 12:2) dengan kedatangan sebuah negara untuk mengikat perjanjian dengan dia.

Selanjutnya di ayat 27-30 kita melihat ujian atas karakter Abraham. Janji Tuhan bahwa ia akan memiliki tanah itu tidak membuat Abraham bertindak semena-mena dalam pertikaian yang terjadi. Ia tetap rendah hati dan mencari jalan damai, bahkan menyerahkan hewan-hewan yang berharga layaknya seorang penduduk membayar upeti kepada penguasanya (bdk. Rm. 12:18). Padahal ia punya kekuatan untuk berkonfrontasi terhadap negara yang mulai takut padanya itu (bdk.Kej. 14:1-16).

Dalam perikop ini kita melihat "akhir" perjalanan-iman Abraham. Ia telah memiliki anak dan telah tiba di negeri yang dijanjikan Tuhan akan dimiliki keturunannya (bdk. Kej.15:13-16). Pengembaraannya telah berakhir dan ia menetap di Filistin seraya menanam pohon tamariska yang besar dan mendirikan mezbah untuk Tuhan. Ini ekspresi imannya bahwa ke tanah itulah Tuhan sudah memanggil dia dan di tanah ini Tuhan akan memenuhi janji-Nya kepada keturunannya.
Berkaca dari kelak-kelok dan naik-turun perjalanan iman Abraham, beranikah kita mengambil langkah-iman yang Tuhan tuntut dari kita, ketika Ia memanggil kita?

God Bless ^^

Allah yang setia dan peduli



Setelah kita melihat konsistensi dan kesetiaan Tuhan ditunjukkan kepada Abraham dan Sara di perikop sebelumnya, dalam perikop yang kita baca hari ini kita menyaksikan bahwa konsistensi dan kesetiaan Tuhan melampaui batas yang mungkin dikehendaki Sara. Karena Tuhan memberikan janji bahwa Abraham akan menjadi bapak banyak bangsa, maka ia menganggap bahwa janji itu boleh terpenuhi melalui Ismael yang terlahir dari rancangan Abraham dan Sara. Namun Allah tetap pada rencana-Nya. Kelahiran Ishak kemudian mengubah anggapan dan perasaan Sara terhadap Ismael.

Allah bertindak sebagai penengah antara Sara yang ingin mengusir Hagar dan Ismael di satu sisi, dengan Abraham yang tetap menyayangi Ismael, karena bagaimana pun Ismael adalah anak kandungnya (11). Allah menghibur Abraham dengan membantu dia berfokus pada jangka panjang, yaitu pada terpenuhinya janji Allah melalui Ishak, tetapi Allah juga tetap akan menjaga kehidupan Ismael sesuai janji yang telah Dia buat sebelum Abraham dan Sara mengikuti rencana mereka sendiri (bdk. 15:5).

Kekuatan Abraham sebagai seorang ayah sangatlah terbatas. Ia tidak bisa selamanya menjadi ayah bagi Ismael. Ketika Hagar dan Ismael dikirimnya pergi, ia bahkan hanya bisa membekali mereka dengan bekal yang sangat terbatas (14), tetapi pemeliharaan Allah tak mengenal batas. Allah memelihara hidup Ismael, dalam pemenuhan janji-Nya kepada Abraham. Bukan cuma dengan pemeliharaan sesaat pada saat mereka kehabisan air di padang gurun, tetapi hingga ia menjadi pria dewasa (bnd. 20-21), bisa menafkahi dirinya sendiri serta berkeluarga.

Melalui perikop ini kita melihat karakter Allah yang setia dan konsisten, tidak terbatasi oleh harapan dan kemauan manusia. Ia juga adalah Allah yang peduli dan memelihara umat-Nya. Bahkan di tengah keterbatasan dan kebandelan manusia, Allah tetap teguh dengan janji dan rencana-Nya. Kepada Allah yang demikianlah kita beriman. Dan sebagai umat-Nya, kisah ini diberikan sebagai sebuah teladan untuk diikuti dan dijalani di hadapan-Nya.

God Bless ^^

Jangan abaikan hari raya



"Aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa (2:10)." Kalimat itu sering kita dengar pada masa Natal. Sebagai dokter, Lukas mengutarakan ide dengan kata-kata yang spesifik. Di dalam kedua buku yang dia tulis, Injil Lukas dan Kisah Para Rasul, tepat tiga kali Lukas menuliskan "kesukaan besar" (yang sayangnya ketika diterjemahkan menjadi berbeda): Lukas 2:10 ("kesukaan besar"); 24:52 ("sangat bersukacita") dan Kisah 15:3 ("sangat menggembirakan hati").

Hari Kenaikan Tuhan, kendati dirayakan sebagai hari raya keagamaan di Indonesia, sering diabaikan orang. Tampaknya karena kurang pemahaman terhadap pentingnya Kenaikan Tuhan. Kita mengira "kesukaan besar" itu telah genap pada saat Natal. Lukas 2:10 mengatakan, "... aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa." Saat Natal, kesukaan besar itu baru dijanjikan, belum jadi kenyataan. Kapan kesukaan besar itu direalisasikan? Setelah karya Yesus tuntas, yaitu melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Pada Hari Kenaikan Tuhan Yesus, murid-murid menjadi sadar akan realitas keselamatan dan mereka juga beroleh pemahaman baru untuk hidup beriman berdasarkan sesi pemahaman Alkitab yang Tuhan berikan.

Ayat 52 mengatakan bahwa murid-murid "pulang ke Yerusalem dengan sukacita yang besar." Apa yang dijanjikan oleh malaikat di padang di luar kota Betlehem 33 tahun sebelumnya telah menjadi nyata di sebuah bukit di luar kota Yerusalem. Murid-murid, dengan pemahaman yang telah diperbarui oleh Tuhan, kini memandang dunia mereka dengan kacamata baru yang Tuhan berikan. Dengan ayat 13-49 sebagai latar belakang, suka cita besar itu bertunas, mulai dari dalam diri murid-murid.

Di Kisah Para Rasul 15:3 kita melihat ketika murid-murid tersebar ke banyak kota, banyak bangsa kemudian jadi percaya. Penyebaran Injil pun membawa kegembiraan yang besar bagi lebih banyak orang, sampai kepada kita hari ini di Indonesia. Semua itu bertunas di Hari Kenaikan Tuhan. Maka janganlah kita mengabaikan hari raya yang mulia itu. Renungkan maknanya bagi kekristenan kita.

God Bless ^^

Alkitab bagi pertumbuhan iman



Perikop ini mengulangi pengalaman kedua murid yang berjumpa dengan Tuhan dalam perjalanan ke Emaus, tetapi kali ini dalam skala yang lebih besar, yaitu kepada murid-murid yang tengah berkumpul di Yerusalem bersama kesebelas rasul. Tuhan Yesus menunjukkan bukti-bukti bahwa sungguh Dia sendirilah yang hadir dengan menyodorkan tangan dan kakinya yang terluka akibat penyaliban. Dia ingin mereka melihat dan merasakan bukti-bukti itu. Namun Tuhan tidak berhenti di situ karena mukjizat dan kekaguman tidak pernah cukup. Dia ingin murid-murid memiliki pemahaman yang benar tentang Kitab Suci.

Kita bisa bayangkan bahwa adegan yang terjadi di ayat 37-43 terjadi cukup singkat. Adegan ini lalu diikuti dengan ayat 44-45 yang terjadi dalam kurun waktu yang jauh lebih panjang. Tuhan memaparkan kembali semua yang telah Ia ajarkan pada masa sebelum penyaliban (perhatikan kata "telah" di ayat 44). Informasi-informasi yang Tuhan paparkan bukanlah hal-hal baru. Karena sebagai orang Yahudi, murid-murid (kesebelas rasul dan orang-orang yang ada bersama dengan mereka) telah tahu banyak soal Kitab Suci mereka. Kitab Suci itu terdiri dari tiga bagian: Hukum Musa, Kitab Nabi-nabi dan Nyanyian (yang buku pertamanya adalah Mazmur). Maka yang Tuhan lakukan adalah menaruh informasi-informasi itu di dalam konteks yang baru dan segar untuk murid-murid. Jadi ayat 44-45 mengatakan bahwa Tuhan mengajar murid-murid bagaimana seharusnya mereka memahami Kitab Suci yang ada pada mereka, yang sekarang kita sebut sebagai Perjanjian Lama.

Pemahaman Alkitab secara menyeluruh, Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, adalah satu hal yang perlu bagi pertumbuhan iman Kristen yang sehat. Atas dasar pemahaman inilah Tuhan melanjutkan dengan ringkasan di ayat 46 dan aplikasi dan penugasan kepada murid-murid di ayat 48-49. Melalui perikop ini kita melihat betapa Tuhan menaruh bobot yang sangat penting kepada pemahaman Alkitab yang utuh, bahkan bagi murid-murid yang telah mengenal Dia bertahun-tahun dan telah melihat mukjizat kebangkitan dengan mata mereka sendiri.

God Bless ^^

REHAT DALAM KESIBUKAN



Ada minggu-minggu normal, ada minggu-minggu sibuk. Pelajar dan mahasiswa giat belajar pada waktu ujian. Pedagang laris manis menjelang Lebaran atau Natal. Pegawai bank banyak lembur ketika tutup buku. Saat itu jadwal tumpah padat, orang bekerja ekstra keras, akibatnya tidak sedikit yang mengabaikan kebutuhan untuk rehat secukupnya. Bukan hanya waktu rehat pribadi yang berkurang, kesempatan menikmati hari Sabat Tuhan juga dinomorduakan.

Bangsa Israel hidup dalam budaya pertanian. Mereka pun mengenal musim normal dan musim sibuk. Masa yang paling sibuk tentu saja musim membajak dan musim menuai. Pada musim membajak, mereka harus memanfaatkan cuaca yang baik agar dapat menabur pada waktunya. Musim menuai paling ditunggu-tunggu, mendatangkan sukacita, tetapi sekaligus masa bekerja keras. Apabila melewatkannya, berarti tuaian rusak dan sia-sialah jerih payah mereka. Namun, firman Tuhan memerintahkan mereka untuk tetap memelihara hari Sabat, bahkan dalam musim membajak dan musim menuai! Mereka didorong untuk lebih mengutamakan persekutuan dengan Tuhan daripada kesibukan kerja ataupun sukacita karena tuaian yang melimpah.

Pada masa normal, kita perlu rehat secara cukup dan teratur. Terlebih lagi pada masa sibuk! Bukan hanya rehat jasmani, melainkan juga terutama rehat rohani: menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Dengan itu, kita menyadari kita tidak makan dari roti saja, tetapi juga dari firman-Nya. Kita menemukan Tuhan sebagai sumber kekuatan dan kreativitas dalam berkarya. Rehat pun menjadi rekreasi: masa pemulihan tenaga dan penyegaran jiwa.

God Bless ^^

TAK AKAN BERKEKURANGAN



Sekitar tahun 1964, perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan. Meski demikian, sepasang suami istri masih mengulurkan tangan untuk menolong orang yang lebih tak berpunya. Di rumah kontrakan mereka yang sangat sederhana, mereka masih menampung sebuah keluarga untuk sama-sama tinggal di situ. Sampai-sampai, mereka sendiri harus tidur berdesakan dengan sepuluh anak mereka dalam sebuah kamar. Namun, Tuhan memelihara mereka. Dan kini, setelah berpuluh tahun kemudian, anak-anak mereka memiliki kehidupan ekonomi yang jauh lebih baik.

Pada zaman Elia, Tuhan bertitah tidak akan menurunkan hujan ke tanah Israel selama 3 tahun 6 bulan. Air di sungai pun menjadi kering. Tak heran, si janda Sarfat hanya memiliki sedikit tepung dan minyak untuk ia dan anaknya. Namun, karena ketaatannya kepada Tuhan dengan memberikan makanan bagi Elia, sang nabi, Tuhan memelihara hidup sang janda dan anaknya selama masa kekeringan.

Kita terkadang berpikir bahwa kita mesti menjadi kaya lebih dulu untuk dapat menolong orang lain. Namun, banyak orang sulit merasa dirinya cukup sehingga ia dapat menolong orang lain, sebab pada dasarnya manusia selalu merasa tidak puas dan berkekurangan. Sebaliknya, hati yang mau memberi dan menolong orang lain sesungguhnya tidak pernah bergantung dari berapa banyak yang dimiliki. Sebab tindakan ini lahir dari hati yang mau taat dan mengasihi Tuhan. Dan jangan khawatir, Tuhan akan memelihara orang-orang yang mengasihi Tuhan sedemikian dalam sehingga kita tak akan berkekurangan.

God Bless ^^

HARTA TAK TERNILAI



Kenalan dekat saya, seorang pengusaha sukses, merintis usaha baru, yakni persewaan alat berat pertambangan. Ia begitu menggebu dengan usaha baru ini sebab di situ ia bagai mendulang emas. Akibatnya, yang lama jadi tak terurus. Sayang, beberapa waktu kemudian banyak tagihan tak dibayar, bahkan seluruh alat beratnya ditelan mitra bisnis. Meski menang perkara, tetapi surat keputusan hakim tak punya kekuatan menghadapi preman. Ia pun frustrasi, menyesal, marah.

Saya mengingatkannya akan masa kecilnya yang miskin dan tak punya apa-apa. Bagaimana ia merintis bisnis dari nol. Saya juga mengingatkan janji Tuhan dalam Mazmur 37:6. Baru kemudian ia menyadari, ada harta lebih besar yang ia sia-siakan selama ini, yakni kekuatan dan penyertaan Tuhan. Ia sadar bahwa menangisi apa yang sudah dirampok orang hanya akan "menghabiskan" seluruh hidupnya. Maka, ia bangkit merintis pekerjaan lamanya, mengangsur utang di bank, dan melupakan kepahitan hatinya. Kini ia kembali berjaya, walau dengan perjuangan. Bertahun-tahun kemudian terungkap bahwa orang yang menipunya dulu, kini dipenjarakan sebagai koruptor besar uang negara.

Harta dunia adalah titipan Tuhan. Ketika berkat datang, kita bersukacita. Akan tetapi, ketika rugi, tertipu, bangkrut, bagaimanakah sikap kita? Kiranya kita meneladani Ayub saat menghadapi kemalangan, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil" (Ayub 1:21). Janganlah hati kita melekat pada harta. Mari berpaut pada Sang Sumber berkat, maka kita takkan berkekurangan.

God Bless ^^

KYRIE ELEISON

Ayat : Mazmur 6


Lagu gereja bertema memohon belas kasihan Tuhan dikenal dengan istilah Kyrie Eleison, yang berarti "Tuhan kasihanilah". Lagu ini biasanya dinyanyikan saat umat memohon belas kasihan Tuhan dalam tata ibadah pengampunan dosa.

Penulis Mazmur 6 pun tengah memohon belas kasihan Tuhan. Alasannya, karena ia merana (ayat 3). "Merana" diterjemahkan dari bahasa Ibrani umlal yang berarti "lemah atau rentan". Pemazmur mengakui kelemahan dan kerentanan dirinya dalam menghadapi orang-orang yang hendak melakukan kejahatan terhadapnya (ayat 9). Itulah sebabnya ia mengeluh dan menangis sepanjang malam (ayat 7, 9). Yang menarik adalah bahwa dalam situasi seperti itu, pemazmur pertama-tama tidak merancang strategi A, atau B, atau C. Hal yang ia lakukan pertama-tama adalah melibatkan Tuhan dalam situasinya dan mengakui kerentanannya sendiri. Ia membawa persoalannya kepada Allah yang walaupun bisa menghukum dan bisa marah (ayat 2), juga ia yakini penuh kasih setia (ayat 5) serta sedia mendengar keluhan; rintihan orang yang lemah dan dijahati sesamanya (ayat 9, 10). Bagi pemazmur, Allah bukan ada di awang-awang. Allah adalah Pribadi yang nyata melakukan pembelaan dan menolong mereka yang umlal, yang lemah dan rentan.

Apakah saat ini hati Anda sedang sakit, sedih, dan perlu pertolongan? Apakah hidup Anda sedang diimpit permasalahan dan kesukaran, dan Anda merasa merana sendiri? Jika Anda sedang resah, datanglah kepada Allah dan dengan jujur memohon: "Kyrie Eleison ... Tuhan kasihanilah ... aku orang lemah. Engkaulah harapan dalam menghadapi keresahanku ini." Anda tidak sendirian!

God Bless ^^

MENEMUKAN TUHAN

Ayat : Ezra 8:15-23


Banyak orang berusaha menemukan dan merasakan kehadiran Tuhan dengan mencari mukjizat-mukjizat atau tanda-tanda ajaib yang besar. Padahal, jika kita berusaha merasakan hadirat Tuhan lewat hal-hal spektakuler saja, akan sangat mungkin sukacita kita hanya bersifat sementara. Sebab setelah sekian waktu, hadirat Tuhan seolah-olah tak lagi dirasakan. Dan, kita bisa mudah menjadi kecewa jika tak segera ada hal spektakuler yang terjadi lagi.

Kita dapat belajar dari pengalaman Ezra yang menemukan dan merasakan hadirat Tuhan bukan sebatas pada hal-hal spektakuler yang ia alami. Ia justru menemukan Tuhan dengan memaknai hal-hal kecil, sederhana, sehari-hari, melalui mata imannya. Perikop Alkitab hari ini ialah bagian dari kesaksian Ezra tentang bagaimana ia dan rombongannya bisa tiba di Yerusalem dari Babel dengan selamat. Di situ ia menceritakan dua peristiwa yang ia alami; yaitu terkumpulnya orang-orang yang tepat (ayat 18-20) dan perjalanan yang aman (ayat 21-23). Bukankah kedua peristiwa ini sebetulnya tampak "biasa saja"? Orang yang bukan umat Allah pun bisa mengalami kedua hal tersebut. Akan tetapi, karena Ezra melihat kedua peristiwa ini dari sudut pandang iman, maka hal-hal tersebut membuatnya merasakan kehadiran dan penyertaan Tuhan yang jelas.

Mari kita senantiasa membuka hati bagi kehadiran Tuhan secara nyata, dengan selalu mensyukuri hal-hal sehari-hari yang tentu terjadi karena kebaikan dan perkenan Tuhan. Maka, tidak ada hari yang berlalu dengan biasa, sebab selalu ada campur tangan Tuhan yang luar biasa.

God Bless ^^

GIGIH BERKATA YA



Sebagian orang menggambarkan kekudusan sebagai sikap antipati terhadap kesenangan-kesenangan tertentu. Tidak boleh menonton film, tidak boleh menonton televisi, tidak boleh mendengarkan dan menyanyikan lagu duniawi, tidak diperkenankan makan hidangan tertentu. Gambaran seperti itu justru mengaburkan makna kekudusan.

Paulus menggambarkan kekudusan sebagai dua proses berkesinambungan. Kekudusan mengandung aspek menjauhi (berkata tidak pada) sesuatu, sekaligus mengejar (berkata ya pada) sesuatu yang lain. Karenanya, berfokus pada aspek berkata tidak pada dosa saja tidak cukup. Biasanya itu akan menjerat kita dalam lingkaran setan berusaha, gagal, berusaha lebih keras, gagal, berusaha lebih keras lagi, gagal lalu frustrasi.

Kita perlu melengkapinya dengan berkata ya pada Kristus, dengan menaati kehendak-Nya. Bahkan, inilah seharusnya fokus utama kita. Penyair Scott Cairns mengungkapkan, "Orang yang paling kuat di dunia ini tidak cukup untuk menang atas dosanya sekadar dengan berkata tidak pada dosa itu. Yang kita perlukan ialah anugerah yang membangkitkan kekuatan disertai dengan kesediaan kita untuk berkata ya pada sesuatu yang lain, berkata ya, dan ya, dan ya tanpa henti-henti pada Seseorang, yaitu Kristus."

Anda bergumul dengan dosa tertentu? Tentu saja Anda perlu meminta anugerah Tuhan agar mampu menjauhinya. Namun, mintalah pula ide dan kekuatan untuk menemukan dan menjalankan aktivitas yang selaras dengan kebenaran firman-Nya. Dengan demikian, perhatian Anda tidak lagi tertuju pada dosa, melainkan terarah pada kasih dan kekudusan Tuhan.

God Bless ^^

RAJAWALI DAN MATAHARI



Kini memang eranya alat elektronik canggih. Kita dibuat kagum dengan banyaknya macam dan kehebatan alat elektronik. Namun, betapa pun hebatnya alat-alat itu, tak ada satu pun yang berguna jika tidak mengandung daya listrik. Jika baterainya melemah, maka saatnya alat itu harus dihubungkan kembali dengan sumber listrik. Sampai ia siap dipakai lagi.

Pemazmur melukiskan kondisi rohani kita dengan ilustrasi burung rajawali (ayat 5). Rajawali bukannya tak bisa menjadi lelah. Bisa. Apalagi ia suka terbang tinggi. Namun, ia punya cara mengatasinya, yakni mendekatkan diri ke arah matahari. Bahkan di wilayah empat musim, ia punya kebiasaan unik pada musim semi, yakni naik di ketinggian terbuka sambil berjemur di bawah cahaya sang surya. Sementara ia menyerap energi matahari, lapis luar bulu-bulu badannya rontok; hingga terjadilah "peremajaan" pada dirinya. Setelah itu, ia kembali terbang dengan kekuatan dan penampilan baru. Begitulah keintiman kita dengan Tuhan. Tuhan menyediakan limpahan kasih setia dan rahmat. Serupa rajawali yang diterpa cahaya matahari dikuatkan, disegarkan kita pun dapat "diremajakan" dengan semangat dan kekuatan baru.

Apakah Anda letih secara rohani? Anda tidak sendiri. Tiap anak Tuhan mengalaminya. Kita bisa lesu rohani akibat kesibukan, hantaman kesusahan hidup, dan deraan rasa bersalah. Jangan biarkan berlarut-larut. Apa pun yang terjadi, jangan menjauh dari Tuhan! Hanya pada-Nya kita menemukan rahmat dan pengampunan (ayat 3). Hanya Dia sumber kekuatan kita. Carilah Tuhan. Temui hadirat-Nya. Akrabi firman-Nya. Hadirilah persekutuan anak-anak-Nya. Dia pasti menyegarkan jiwa dan membarui kekuatan Anda.

God Bless ^^

17 June 2011

100.000 KATA!



Sebuah penelitian menyebutkan bahwa rata-rata setiap orang punya 700 kesempatan untuk berbicara kepada orang lain setiap hari. Dan, orang yang banyak bicara memakai 12.000 kalimat atau kira-kira 100.000 kata dalam sehari! Bayangkan, berapa masalah yang timbul dalam sehari oleh 100.000 perkataan, dan berapa banyak berkat yang dihasilkannya?

Hati-hati dengan perkataan! Ada banyak orang terluka karena kata-kata yang tidak tepat dan tidak bijaksana. Sebagai orangtua, kadang kita tidak menyadari bahwa perkataan kita menyakiti anak-anak kita. Sebagai orang kristiani, kadangkala perkataan kita justru menjadi batu sandungan bagi orang yang mendengarnya. Tanpa sadar dari mulut kita keluar perkataan sinis, tajam, keras, pedas bahkan perkataan kotor yang tidak seharusnya keluar dari mulut kita. Belum lagi orang kristiani yang hobi menggosip. Bisa dibayangkan akibatnya?

Tuhan menghendaki kita benar-benar bertanggung jawab atas setiap kata yang kita ucapkan, sementara selama ini mungkin kita tak peduli dengan kata-kata yang meluncur dari mulut kita. Kita tak pernah peduli apakah kata-kata kita menjadi berkat, atau sebaliknya, menyakiti hati orang lain.
Tuhan menghendaki agar yang keluar dari mulut kita itu adalah kata-kata yang manis, menguatkan, membangun, dan bisa menjadi berkat bagi orang yang mendengarnya. Untuk menjaga perkataan memang bukan hal mudah, tetapi kalau kita mau melatih lidah dan perkataan kita untuk mengucapkan hal-hal yang baik dan benar, yakinlah bahwa itu akan meminimalkan kesalahan dari perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita.

God Bless ^^

MENDAYUNG KEHIDUPAN



Saat anak saya berusia 2, 5 tahun, ia meminta sepeda. Ketika saya penuhi, betapa senangnya hatinya. Ia mengayuh sepedanya ke sana kemari, sampai harus diperingatkan untuk lebih perlahan. Tanpa saya pegang, ia berkeliling halaman sepuasnya dengan sepeda itu. Apakah ia sudah bisa mengayuh sepeda sendiri? Jelas tidak. Dua roda tambahan di bagian belakang sepeda itu masih melekat dan menyangga sehingga anak saya tidak akan jatuh ketika bermain dengan sepedanya. Dan, roda tambahan itu membuat anak saya percaya diri mengayuh sepedanya ke mana saja ia mau.

Kontras dengan murid-murid Tuhan. Mereka kehilangan kepercayaan diri ketika badai datang. Mereka seolah-olah tidak punya pegangan ketika percikan demi percikan air laut yang ganas menerjang, memasuki perahu yang mereka tumpangi. Mereka takut kehilangan nyawa. Mereka bahkan berhenti pada titik di mana mereka meragukan diri sendiri, kehilangan kepercayaan, bahkan meragukan Tuhan (ayat 38) seolah-olah Tuhan tidak peduli kepada mereka. Mereka lupa bahwa bersama Tuhan, hidup menjadi lebih ringan, karena Dia dapat diandalkan.

Apa yang membuat kita khawatir, lemah, ragu, dan cenderung tidak percaya diri ketika menjalani kehidupan kita? Janganlah seperti para murid yang meragukan diri sendiri ketika Tuhan justru sedang bersama-sama dengan mereka. Bertindaklah seperti anak saya. Ia tahu bahwa dengan roda penyangga itu, ia punya rasa aman dan yakin tidak akan jatuh. Sebab itu, kita harus menjalani hidup kita dengan penuh keyakinan karena kita tahu dan yakin Tuhan selalu menyangga hidup kita.

God Bless ^^

RUMAH IDAMAN

Ayat : Yohanes 14:1-14


Kita semua tentu sepakat bahwa rumah adalah salah satu kebutuhan terpenting manusia. Itulah sebabnya orang berjuang, bekerja, dan mengumpulkan uang sedemikian rupa agar dapat membeli dan memiliki rumah atau minimal mengontrak. Entah rumah itu besar atau kecil; entah dibangun dengan dinding bata atau kayu. Keberadaan rumah begitu penting karena di situlah kita tinggal, berlindung, beristirahat, dan melewatkan waktu bersama orang-orang yang kita kasihi.

Harapan tersebut sesungguhnya juga mencerminkan kerinduan kita yang terdalam akan sebuah "rumah" yang kekal. Di mana? Di surga bersama-sama dengan Allah. Dia sangat mengerti kerinduan manusia yang terdalam ini. Oleh sebab itu, inilah janji Tuhan: "Janganlah gelisah hatimu .... Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal .... Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu" (ayat 1, 2). Tuhan menyediakan rumah bagi kita di surga. Ini luar biasa. Dan, inilah alasan Dia naik ke surga setelah bangkit dari kematian.

Kita sudah terbiasa merayakan Natal, Jumat Agung, dan Paskah. Kita tahu dan sering mendengar khotbah mengenai hati yang harus kita persiapkan untuk menyambut hari-hari raya tersebut. Sekarang kita memasuki hari di mana kita memperingati kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Seperti apa hati yang harus kita miliki saat merayakannya? Hati yang bersyukur dan tidak lagi khawatir akan masa depan kita kelak. Sebab, Tuhan sudah menjamin bahwa siapa pun yang percaya kepada-Nya dan menjadikan Dia Tuhan dan Juru Selamat akan tinggal di surga kelak bersama dengan-Nya. Ada "rumah idaman" yang telah Tuhan sediakan di sana secara cuma-cuma; sebab harganya telah lunas dibayar.

God Bless ^^

GARANG DAN BAIK

Ayat : Mazmur 2


Dalam novel C.S. Lewis, The Lion, the Witch, and the Wardrobe, anak-anak Pevensie pertama kali mendengar tentang Aslan saat makan dengan keluarga berang-berang. Aslan, sang singa, adalah pe-nguasa Narnia; dimaksudkan sebagai simbol Kristus, Singa dari Yehuda. Bu Berang-berang berkata, "Kalau ada yang bisa muncul di hadapan Aslan tanpa lutut gemetar, ia lebih berani dari kebanyakan orang atau mungkin sekadar bodoh." Mendengar cerita itu, Susan Pevensie bertanya, "Apakah-apakah aman mendekatinya?" Pak Berang-berang menjawab, "Aman? Siapa yang menyebut tentang aman? Tentu saja ia garang. Tetapi ia baik."

Garang, tetapi baik gambaran yang terdengar kontradiktif. Namun, C.S. Lewis sebenarnya hanya menggemakan keterangan para penulis Kitab Suci dalam menggambarkan sosok Allah. Mazmur 2, misalnya, menampilkan sosok Allah Yang Mahakuasa, yang sanggup menghancurkan para penguasa dunia yang menentang-Nya. Dia tidak dapat didekati secara sembarangan, tetapi patut disembah selayaknya Raja Agung. Uniknya, meskipun membangkitkan rasa takut, Allah juga mendatangkan kebahagiaan. Orang yang berlindung kepada-Nya diberkati, mengalami kebaikan dan kemurahan-Nya.

Kita cenderung memiliki gambaran yang tidak seimbang tentang Allah, dan pemazmur mengoreksinya. Apabila ada yang menganggap Allah itu hanya mengasihi maka ia diingatkan bahwa Allah juga membangkitkan rasa takut. Apabila ada yang menganggap Allah itu hanya memurkai ia diingatkan bahwa Allah juga penuh belas kasihan. Kita perlu belajar menyembah Allah dengan sikap yang patut.

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC