ShareThis

19 February 2011

Jangan karena tanda

Ayat : Lukas 11:27-32

Kita, sebagai orang-orang yang telah mengalami penyelamatan dari Allah, adalah orang-orang yang berbahagia. Ketika semua orang yang di luar Kristus harus bekerja keras mengupayakan jalan keselamatan mereka masing-masing, Yesus justru menganugerahkan keselamatan dan jaminannya kepada kita. Namun apakah kebahagiaan kita sampai disitu saja?

Dalam ayat 28, Yesus menegaskan bahwa "yang berbahagia adalah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya". Maka seharusnya status kita sebagai orang percaya (orang Kristen) membuat kita mempererat hubungan kita dengan Tuhan. Yakni dengan rajin mendengar, merenung, memelihara, dan melakukan firman Tuhan. Itulah cara kita mendekatkan diri kepada Tuhan.

Orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan adalah orang yang percaya kepada Tuhan. Orang yang percaya Tuhan tidak akan meragukan Dia. Namun bukan orang semacam itu yang Yesus temui. Dalam ayat 29-32, Yesus terang-terangan mengatakan dihadapan orang banyak bahwa, "angkatan ini adalah angkatan yang jahat" (29). Mengapa demikian? Karena mereka memiliki hati yang keras dan bebal. Mereka selalu meminta tanda, padahal Yesus telah banyak melakukan mukjizat bagi mereka. Mereka seolah terus meragukan Yesus dan tidak dapat dipuaskan oleh berbagai mukjizat yang telah dilakukan Yesus. Oleh sebab itu Yesus mengatakan bahwa tidak akan lagi diberikan tanda untuk mereka selain tanda Yunus. Kita ingat bahwa pada waktu Niniwe hendak dimusnahkan, Yunus menjadi satu-satunya "alat" yang dipakai Allah untuk menyerukan pertobatan kepada bangsa yang akan dimusnahkan itu. Demikian pula untuk angkatan yang ada di hadapan Yesus saat itu, hanya Anak Manusia saja, yaitu Yesus sendiri yang menjadi satu-satunya tanda untuk mereka (30).

Meminta tanda yang menyatakan ketidakpercayaan kita kepada Tuhan memang seharusnya tidak kita lakukan.Dan segala sesuatu yang memang tidak dilandasi iman tidak seharusnya kita lakukan. Maka percayalah kepada Tuhan dengan segenap hati kita.

God Bless ^^

Jangan biarkan kosong

Ayat : Lukas 11:14-26

Tidak ada orang yang dalam hidupnya mau dengan sukarela menjadi hamba dan diperbudak oleh orang lain. Setiap orang ingin merdeka dan memiliki kehidupan sendiri tanpa harus diatur oleh orang lain.
Demikianlah kehidupan kita sebagai orang percaya. Sebelum kita dimerdekakan oleh Kristus, kita sesungguhnya adalah hamba dari dosa dan kuasa setan. Setan dan Kristus memiliki kuasa yang saling bertentangan: kuasa setan membelenggu sementara kuasa Kristus membebaskan. Oleh sebab itu salah besar ketika sebagian orang berpikir bahwa Yesus memakai kuasa Beelzebul untuk mengusir setan dari orang-orang yang kerasukan (15). Yesus menegaskan bahwa kedatangan-Nya, yang mengusir setan dengan kuasa Allah, adalah tanda telah datangnya Kerajaan Allah (20).

Yesus mewartakan bahwa keselamatan dan kuasa-Nya membebaskan mereka yang terbelenggu oleh kuasa setan. Namun demikian belum tiba saatnya setan dan semua pengikutnya dihentikan dari aktivitasnya yang mengganggu dan merusak hidup manusia. Dalam hal ini orang percaya perlu hati-hati. Karena kehidupan rohani yang kosong akan menjadi sasaran empuk bagi si jahat untuk kembali dan mengobrak-abrik lagi kehidupan yang kosong itu.

Dalam ayat 24-26, Yesus memberikan gambaran yang jelas mengenai hal ini. Keadaan rohani seseorang diumpamakan sebagai rumah yang kosong setelah dibersihkan dari kuasa gelap yang menghuni rumah itu sebelumnya. Akan tetapi karena rumah tersebut dibiarkan begitu saja, tanpa diisi apa-apa, maka setan yang sebelumnya telah diusir pergi kemudian kembali datang, bahkan mengajak tujuh setan lainnya. Dapat dibayangkan bagaimana keadaan rumah itu tatkala setan-setan tersebut kembali.

Oleh sebab itu jangan sekali-kali kita membiarkan kehidupan rohani kita kosong, hampa tanpa adanya hubungan dengan Tuhan, Pemilik hidup kita. Karena itu isilah dengan perenungan firman Tuhan dan persekutuan yang erat dengan Tuhan hari demi hari. Itulah yang akan menjadi benteng kita yang kuat dalam menghadapi musuh iman kita.

God Bless ^^

Bagaimana berdoa?

Ayat : Lukas 11:1-13

Dwight L. Moody, penginjil terkenal abad kesembilan belas, pada suatu kali berkhotbah kepada anak-anak di Edinburgh, Skotlandia. Untuk menarik perhatian mereka, ia mengajukan sebuah pertanyaan, "Apa itu doa?" Tanpa diduganya, banyak tangan-tangan kecil yang teracung. Jadi Moody meminta seorang anak kecil untuk menyampaikan jawabannya. Dengan lugas, anak lelaki itu menjawab, "Doa adalah menyampaikan keinginan-keinginan kita kepada Allah untuk hal-hal yang sesuai dengan kehendak-Nya, dalam nama Kristus, dengan mengakui dosa-dosa kita dan mengucap syukur atas belas kasihan-Nya."

John Calvin memahami doa sebagai percakapan dengan Allah Bapa, yaitu pencurahan hati kepada hadirat Allah. Melalui doa kita menyampaikan keinginan, keluhan, kecemasan, ketakutan, pengharapan, dan sukacita kita ke dalam pangkuan Allah. Doa merupakan pencurahan emosi hati yang terdalam, yang dipaparkan secara terbuka di hadapan Allah.

Dalam bacaan hari ini, dikisahkan tentang percakapan para murid dengan Tuhan Yesus. Para murid meminta Yesus mengajari mereka berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.
Merespons permintaan itu, Yesus memberi jawaban yang kita kenal sebagai "Doa Bapa Kami." (2-4, bnd. Mat. 6:9-13) Jawaban Yesus kepada para murid-Nya mengandung tiga aspek penting. Yang pertama adalah isi (2-4). Yesus mengajarkan tentang memuji Tuhan, selanjutnya tentang mengajukan permohonan kepada Dia. Dengan terlebih dahulu memuji Allah, kita akan dibawa ke dalam suatu pemahaman yang tepat untuk mengutarakan kepada-Nya apa yang menjadi kebutuhan kita. Kedua, ketekunan, seperti seorang sahabat yang kemalaman (5-10 bnd. 1Tes. 5:17; Kol. 4:2). Ketiga, kesetiaan Allah, seperti kasih bapa kepada anak-anaknya (11-13). Atas dasar inilah maka John Calvin dalam bukunya, Institutio, mengajukan empat aturan dalam doa, yaitu adanya rasa hormat, bertobat, kerendahan hati, dan pengharapan yang pasti. Selamat berdoa sesuai formula yang Tuhan Yesus ajarkan.

God Bless ^^

Prioritas

Ayat : Lukas 10:38-42

Dampak langsung dari perkembangan teknologi di era globalisasi salah satunya adalah semakin meningkatnya konsumerisme. Akibatnya, kita semakin bias membedakan manakah yang termasuk kebutuhan dan manakah yang termasuk keinginan. Oleh karena itu, John Neisbitt dalam bukunya "Megatrends 2000" mengusulkan sebuah prinsip "first thing first", artinya mengutamakan hal yang paling utama di antara yang utama. Apa yang menjadi dorongan terbesar hati kita akan menentukan pilihan dan prioritas yang kita buat.

Hal itu pulalah yang dialami oleh Martha dan Maria. Keduanya bertindak sesuai dengan dorongan hati masing-masing ketika menyambut kehadiran Tuhan Yesus. Waktu Yesus singgah di rumahnya, Maria memilih duduk di dekat kaki Yesus (39). Maria memilih untuk duduk dan mendengar dengan khidmat. Ini menunjukkan bagaimana Maria memberikan perhatian penuh pada perkataan Yesus. Ia menyimak dengan baik, seolah tak ingin ketinggalan satu kata pun dari segala sesuatu yang disampaikan oleh Yesus. Lain halnya dengan Marta. Marta sibuk sekali melayani (40). Mungkin ia ingin menjadi tuan rumah yang baik hingga merasa perlu mempersiapkan berbagai sajian untuk para tamu yang mendatangi rumah mereka. Walaupun untuk itu ia harus berjerih lelah dan berpanas-panas di dapur. Itulah sebabnya mengapa ia tidak bersama Maria.

Begitu sibuknya Marta sampai-sampai ia mengeluh mengapa Maria duduk-duduk saja dan tidak ikut membantu dia (40). Namun penjelasan Yesus kemudian mengajar kita bahwa penempatan prioritas dalam relasi dengan Dia adalah sangat penting. Maka kita perlu menyelidiki diri kita sendiri, apakah yang menjadi prioritas hidup kita sekarang ini? Adakah kita terjebak pada pemenuhan ambisi atau pembentukan citra diri seperti Marta? Marilah kita meniru teladan Maria, yang bersedia mengambil waktu duduk di dekat kaki Yesus dan mendengar perkataan-Nya. Karena hanya dekat dengan Yesus dan dengar-dengaran firman yang akan membuat kita kuat dan berhikmat dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

God Bless ^^

Pelaku kebenaran

Ayat : Lukas 10:25-37

Kesombongan dan ingin pamer diri di hadapan Yesus tampaknya menguasai ahli Taurat dalam bacaan ini. Mungkin dia ingin menunjukkan bahwa keahliannya menguasai Taurat memperlihatkan kesalehan dan kedekatan hubungan-nya dengan Allah. Namun jawaban Yesus atas pertanyaan-nya yang kedua menohok ke dalam titik permasalahan yang sebenarnya bercokol di dalam dirinya.

Ada perbedaan besar antara dua pemimpin agama dengan si orang Samaria, yaitu dalam hal belas kasihan. Ketika dua orang pemimpin agama Yahudi melihat orang yang mengalami kerampokan itu, mereka justru berusaha menghindari dia. Seolah takut dilibatkan, takut terkena risiko, dan ada banyak ketakutan lain. Padahal keduanya adalah orang yang biasa mengajarkan perilaku yang baik sesuai ajaran agama. Namun orang Samaria, yang dianggap rendah oleh orang Yahudi, hatinya tergerak oleh rasa belas kasihan. Ia tidak memikirkan segala risiko maupun konsekwensi yang mungkin muncul bila ia menolong korban perampokan itu. Dan ini terlihat ketika ia sampai merogoh kocek demi perawatan korban perampokan itu.

Lalu apa yang ingin diajarkan Yesus kepada ahli Taurat itu melalui kisah orang Samaria? Perumpamaan yang Yesus sampaikan sesungguhnnya merupakan sebuah teguran bahwa yang berkenan di hadapan Tuhan bukanlah orang yang merasa diri menguasai Taurat, tetapi bagaimana dia hidup berdasarkan kebenaran itu sendiri. Sebab itu marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri, sudah seberapa salehkah kita menurut diri kita sendiri? Seberapa aktifkah kita dalam kegiatan pelayanan kerohanian, baik di gereja atau pun di tempat lain? Seberapa rajinkah kita beribadah? Dan sudahkah semuanya itu terlihat dalam perilaku dan kehidupan kita sehari-hari? Melalui perumpamaan ini Tuhan ingin mengajarkan bahwa kasih kita kepada Allah akan terwujud melalui kasih kita kepada orang lain. Iman kita kepada Allah akan terlihat juga melalui bagaimana kita menjadi pelaku-pelaku kebenaran.

God Bless ^^

Mari bersyukur

Ayat : Lukas 10:21-24

Menurut Tuhan Yesus, alasan sukacita terbesar yang harus dimiliki oleh seseorang adalah karena namanya terdaftar di surga. Itulah yang terutama, karena itulah yang menentukan apakah seseorang akan mengalami hidup kekal atau binasa kekal kelak.

Yesus sendiri bersukacita karena keselamatan manusia, karena Allah Bapa berkenan menyatakan dan menganugerahkan keselamatan itu kepada orang-orang yang Dia pilih. Kedaulatan Allah nyata dalam keselamatan manusia karena orang-orang yang semula diharapkan dapat mengenali Yesus sebagai Mesias, ternyata tidak dapat. Padahal mereka adalah orang-orang yang mempelajari dan memahami Taurat, yaitu orang-orang yang diakui sebagai orang bijak dan orang pandai (21). Sementara yang dianggap sebagai orang kecil, yaitu orang-orang yang tidak terdidik dalam hal keagamaan, justru menyambut Sang Mesias. Bapa sendiri bersuka juga karena keselamatan manusia yang terjadi melalui Kristus.

Bila sebelumnya Yesus berkata bahwa para murid seharusnya bersukacita karena nama mereka tertulis di surga, kini Yesus memberikan alasan lain mengapa mereka bersukacita atas keselamatan mereka. Yaitu karena mereka memperoleh hak istimewa untuk mengenal Yesus sebagai Mesias dan menerima anugerah keselamatan. Padahal begitu banyak orang yang menantikan Sang Mesias serta berusaha mendapat keselamatan itu, tetapi mereka tidak bisa menemukannya.

Melalui ucapan syukur Tuhan Yesus kita belajar tentang betapa pentingnya keselamatan manusia dalam rancangan karya Allah bagi manusia. Betapa berharganya manusia di mata Allah sehingga Bapa bersedia mengurbankan Anak-Nya dan Anak bersedia mengurbankan diri-Nya karena kehendak Bapa. Sudahkah kita menyadari betapa mahalnya harga yang harus dibayar Bapa dan Anak demi keselamatan kita? Sudahkah kita menghargai keselamatan itu dengan menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah sama seperti Tuhan Yesus telah menyerahkan diri-Nya secara utuh karena kita?

God Bless ^^

Minta keadilan pada Tuhan

Ayat : Mazmur 7

Waktu orang Kristen difitnah atau dituduh melakukan kejahatan yang tidak dia perbuat, bagaimana ia harus bersikap? Apa perlu pergi ke pengacara untuk membela perkaranya di pengadilan? Atau perlukah menggugat pihak yang mencemarkan nama baiknya?

Nama baik pemazmur dicemarkan, ia difitnah dan dikejar musuh yang bertekad menghancurkan dia. Bagaimanakah pemazmur bereaksi terhadap tuduhan keji itu? Keyakinan pemazmur bahwa dia tidak bersalah dituangkan dalam keberaniannya untuk meminta keadilan dari Tuhan. Pemazmur percaya bahwa Tuhan adalah Hakim adil, yang bukan hanya memeriksa perkara perseorangan, tetapi juga perkara bangsa-bangsa (8-9). Dia pasti menghukum orang bersalah dan membela orang benar (11-12). Pertama-tama, ia meminta supaya Tuhan sendiri yang memeriksa perkaranya (4, 5, 9). Jika ia bersalah dan tuduhan mereka yang memfitnah itu ternyata benar, biarlah ia menerima hukuman setimpal. Biarlah mereka yang menuduh dia menjadi alat Allah untuk menghakimi dia (6). Pemazmur juga meminta agar keadilan Allah juga diberlakukan atas para musuhnya. Biarlah terbukti siapa yang salah dan siapa benar. Biarlah orang yang bersalah menerima pembalasan setimpal (10, 13-17).

Dunia tidak menyukai kebenaran karena kebenaran seperti terang yang menelanjangi kegelapan. Selama kita hidup benar maka permusuhan, fitnah, bahkan aniaya akan kita hadapi. Jangan takut karena Allah tahu membela umat-Nya dari perlakuan tidak adil dan semena-mena. Yang penting kita harus menjaga diri agar kebenaranlah yang selalu kita junjung tinggi. Juga disertai kasih, sehingga isi doa kita bukan semata pembalasan, tetapi pengampunan. Maka hiduplah sedemikian rupa sehingga orang-orang yang membenci dan memfitnah kita, tidak dapat menemukan kesalahan kita!

God Bless ^^

Sukacita yang tertinggi

Ayat : Lukas 10:17-20

Pernahkah Anda melihat hamba Tuhan yang melakukan mukjizat, baik itu kesembuhan Ilahi atau pengusiran setan? Kita tentu akan takjub. Biasanya hamba Tuhan yang seperti itu akan dicari-cari banyak orang, dengan aneka motivasi yang melatar belakanginya. Ada yang memang karena menginginkan kesembuhan dan pemulihan, walau ada juga yang merasa tak puas-puas menyaksikan mukjizat, dan banyak alasan lain lagi. Bahkan kadang-kadang orang jadi kagum karena hamba Tuhan itu mampu melakukan penyembuhan dan bukan mengagumi Allah yang menganugerahkan kuasa itu.

Ketujuh puluh orang murid yang diutus untuk melayani kemudian kembali kepada Yesus dengan gembira. Meski pun semula Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka akan menghadapi kondisi menakutkan bagaikan anak domba yang berada di tengah-tengah serigala (Luk. 9:3), mereka kembali bukan dengan cerita-cerita yang mengerikan atau menyedihkan. Meskipun tugas yang dibebankan kepada mereka sangat berat dan banyak tantangan, tetapi mereka berhasil menjalaninya karena mengikuti apa yang diperintahkan oleh Yesus. Maka mereka pulang dengan gembira, mereka takjub karena mereka dapat melakukan berbagai mukjizat. Yesus sebelumnya memang memperlengkapi mereka dengan kuasa atas penyakit, tetapi mereka takjub karena ternyata mereka bisa juga mengalahkan setan-setan (17). Memang tidak tertulis apa yang mendasari sukacita mereka. Mungkin saja mereka merasa diri sudah hebat karena sudah bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Guru mereka, atau bisa jadi mereka merasa diri diperkenan Allah sehingga dimampukan melakukan mukjizat-mukjizat itu. Namun Yesus memperingatkan mereka untuk tidak mabuk atas keberhasilan mereka dalam pelayanan. Karena bukan itu yang terutama yang dapat menjadi landasan sukacita. Menurut Yesus, sukacita orang yang terbesar seharusnya hanya karena namanya tercatat di surga. Tidak ada yang lebih penting bagi manusia, selain bahwa dirinya telah diselamatkan melalui darah Kristus.

God Bless ^^

Berani ikut Yesus ?

Ayat : Lukas 9:51-62

Jika ditanyakan kepada seseorang apakah bukti bahwa Anda adalah pengikut Kristus? Atau apakah bukti bahwa Anda penganut agama Kristen? Apa jawaban Anda? Mungkin ada yang menjawab, "Saya sudah dibaptis, sudah disidi, sudah resmi menjadi anggota gereja, dan saya rajin beribadah setiap minggu". Mungkin juga akan ada yang menunjukkan KTP-nya dan mengatakan "Lihat KTP saya, di sana tertulis bahwa agama saya Kristen".

Yesus tahu bahwa Ia tidak punya waktu lama untuk bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Karena itu, Yesus ingin menanamkan landasan tentang kepengikutan seorang murid terhadap gurunya. Dalam firman Tuhan yang kita renungkan hari ini, Yesus memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana menjadi pengikut-Nya yang sejati.

Mengikut Yesus berarti menjadikan Yesus sebagai prioritas utama dalam hidup kita. Maka seorang pengikut Kristus yang sejati seharusnya tidak mementingkan hal-hal yang bersifat materi. Mengikut Kristus juga bisa berarti melepaskan diri dari ikatan-ikatan yang mengalihkan perhatian dari Kristus. Mengikut Kristus pun harus dilakukan dengan segera, tanpa penundaan (62). Tanpa mempertimbangkan banyaknya kepentingan diri yang harus ditinggalkan.

Apakah dengan mengatakan semua itu, Yesus sedang memperingatkan orang tentang betapa susahnya mengikut Dia? Sebenarnya bukan maksud Yesus untuk melemahkan semangat orang yang hendak mengikut Dia. Dia hanya ingin orang benar-benar memahami makna menjadi murid Kristus. Jangan kira karena ikut Yesus maka kita akan mengalami kelimpahan harta atau kesuksesan secara tiba-tiba. Mengikut Kristus memang merupakan hak istimewa, tetapi jalannya tidak selalu mudah. Namun kalau kita mengingat bahwa hidup dan nyawa-Nya telah diserahkan ganti kita, darah-Nya telah dicurahkan untuk menebus kita hingga kita menerima anugerah keselamatan, apa yang dapat kita persembahkan kepada-Nya sebagai ucapan syukur kita selain suatu komitmen bahwa kita akan mengikut Dia dengan segenap hati kita?

God Bless ^^

Ikut teladan Yesus

Ayat : Lukas 9:43-50

Ketiga murid yang menyaksikan peristiwa transfigurasi Yesus, takjub melihat bagaimana Yesus dimuliakan melebihi Musa dan Elia, dua pribadi yang dikagumi masyarakat Israel. Orang-orang yang menyaksikan Yesus mengusir roh dari seorang anak yang sakit, terpukau melihat mukjizat itu (43b).

Akan tetapi, Yesus datang bukan hanya untuk melakukan hal-hal spektakuler. Ia datang bukan juga untuk membuat orang lain terkagum-kagum pada-Nya atau memuji-muji Dia. Maka Ia mengingatkan murid-murid bahwa misi-Nya tetap, yaitu bahwa Ia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, artinya Ia harus mati di kayu salib karena dosa manusia (44-45).

Murid-murid yang tidak memahami perkataan Yesus, malah memperbincangkan tentang siapa yang terbesar di antara mereka (46). Secara ironis, Yesus memberi penjelasan bahwa barangsiapa yang bersedia menjadi yang terkecil, justru dialah yang terbesar (47-48). Artinya yang disebut terbesar bukanlah orang-orang yang mengedepankan dirinya, tetapi orang-orang yang mengutamakan atau melayani orang lain. Orang-orang yang seperti itulah yang terbesar, menurut Yesus.

Kebesaran Yesus terlihat juga ketika ada orang yang mengusir setan dengan nama-Nya (49-50). Bagi Yesus, meski pun mereka bukan termasuk kedua belas orang murid-Nya, yang penting mereka tidak melawan Dia. Yesus bisa menerima hal itu dengan baik, tanpa merasa tersaingi, tanpa merasa ada yang menandingi popularitas-Nya.

Panggilan untuk melayani Allah memang bukan panggilan untuk menjadi populer, karena kepopuleran akan mengalihkan kemuliaan Allah menjadi kemuliaan diri. Panggilan untuk melayani Allah adalah panggilan untuk memikul salib, menanggung penderitaan demi mengemban kehendak Allah. Panggilan untuk melayani adalah panggilan untuk menjadi yang terendah, yang bekerja, yang berlelah, yang namanya tidak disebut-sebut, tetapi yang hasilnya nyata, yaitu menggenapi kehendak Allah di dalam dan melalui dia. Relakah kita menjadi orang yang demikian?

God Bless ^^

Kuasa Yesus di atas segalanya

Ayat : Lukas 9:37-43a

Bila kita melihat dan membaca iklan di televisi atau di surat kabar, ada beberapa iklan yang menawarkan pertolongan berupa kesembuhan, ramalan akan masa depan, keberhasilan dalam tugas, dsb. Tinggal mengirimkan pesan singkat (sms) atau menelepon nomor yang disebutkan dalam iklan tersebut, maka Anda akan diberikan jawaban atas pergumulan Anda. Begitu katanya. Orang yang mengira bahwa hal-hal semacam itu merupakan jawaban atas permasalahan mereka, pasti akan dengan segera memberikan respons, minimal dengan mengirimkan pesan singkat. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah ada jaminan bahwa janji-janji indah tersebut akan terwujud sehingga harapan orang-orang yang berkirim pesan singkat akan terpenuhi?

Dalam firman Tuhan yang kita renungkan hari ini, ada Seseorang yang memiliki kuasa yang mampu melakukan apa saja, tanpa persyaratan apa pun, selain percaya kepada-Nya. Dia adalah Yesus Kristus! Hal ini terungkap ketika salah satu dari orang yang mengikut Yesus datang memohon bantuan kepada Dia. Orang itu memiliki satu pergumulan, anak satu-satunya yang dia kasihi mengalami penderitaan, bukan hanya penyakit yang menyerang fisik sampai ia bisu (bnd. Mrk. 9:17), tetapi juga sakit rohani karena kerasukan roh jahat (38-39). Saat itulah, orang tersebut bertemu dengan Yesus, yang kemudian memulihkan keadaan anaknya.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada saja pergumulan yang harus kita hadapi. Penyakit yang bukan hanya disebabkan oleh kurang pandai menjaga kesehatan, tetapi juga karena banyaknya masalah yang harus kita pikirkan, seperti banyaknya pekerjaan yang kita harus selesaikan, kebutuhan hidup, masalah keluarga yang bila tidak diatasi akan menyebabkan munculnya pikiran-pikiran jahat yang membuat kita jatuh ke dalam kuasa dosa (kemabukan, judi, perselingkuhan, dll). Untuk itu mari kita mengatasi pergumulan dengan datang kepada kuasa yang lebih tinggi dari segala sesuatu, yaitu kuasa Yesus Kristus. Hanya kepada Dia saja kita harus menaruh rasa percaya kita.

God Bless ^^

Melihat kemuliaan Tuhan

Ayat : Lukas 9:28-36

Yesus memiliki kebiasaan yang patut diteladani oleh para pengikut-Nya, yakni kebiasaan untuk berdoa dan bersekutu dengan Bapa-Nya di surga. Pada waktu itu Yesus membawa ketiga murid-Nya naik ke atas gunung untuk berdoa. Lalu terjadi sesuatu. Lukas mencatat bahwa "...rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan" (29). Tidak hanya itu, ada dua orang yang terlihat berbincang-bincang dengan Yesus. Mereka adalah Musa dan Elia. Dua pribadi yang sangat dikenal di kalangan bangsa Yahudi. Keduanya pun menampakkan diri dalam kemuliaan (30-31). Perubahan rupa yang terjadi pada Yesus adalah suatu gambaran tentang keadaan-Nya kelak dalam kerajaan-Nya yang akan datang, yaitu saat Dia akan memerintah sebagai Raja.

Perubahan rupa atau yang disebut transfigurasi itu terjadi untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ini sekaligus merupakan suatu jaminan atas kebangkitan dan kerajaan-Nya yang akan datang kelak. Juga membuktikan keunggulan Yesus dari Musa dan Elia, seperti ditunjukkan dalam kesaksian Petrus yang diberikan dalam 2 Petrus 1:16-18. Hal ini diperkuat dengan suara yang datang dari surga, yang menyatakan Yesus sebagai Anak yang dipilih oleh Bapa (35).

Bagi ketiga murid Yesus, yaitu Yakobus, Petrus, dan Yohanes, peristiwa itu tentu saja menjadi pengalaman yang menakjubkan dan sangat berharga. Mereka dapat melihat Yesus dalam rupa yang penuh dengan kemuliaan. Orang lain yang pernah juga menyaksikan rupa Yesus dalam kemuliaan adalah Stefanus. Namun hal itu terjadi setelah Yesus bangkit dan naik ke surga (Kis. 7:56).

Sebagai orang percaya, adakah kerinduan dalam hati Anda untuk melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya, sebagaimana yang telah disaksikan oleh Yakobus, Petrus, dan Yohanes? Bila ya, mari kita terus bertekun dalam iman kita hingga pada waktunya kelak kerinduan tersebut dapat terwujud, yaitu tatkala kita bertemu muka dengan muka dalam kemuliaan-Nya yang kekal kelak. Keselamatan kita di dalam Kristuslah yang menjadi jaminan untuk itu.

God Bless ^^

Minta belas kasih Tuhan

Ayat : Mazmur 6

Bagaimana perasaan orang yang didera penyakit, dengan kemungkinan bahwa ia tidak akan sembuh bahkan divonis mati oleh dokter? Yang biasa muncul dalam diri orang yang mengalami hal itu adalah, "Dosa apa yang telah kulakukan hingga Tuhan marah dan menghukum aku dengan penyakit seperti itu?" Tentu tidak semua penyakit merupakan hukuman Tuhan atau akibat dosa.

Pemazmur mengakui bahwa ia telah berdosa kepada Tuhan. Ia sadar bahwa penderitaannya terjadi karena kesalahannya sendiri. Penderitaan itu dirasakan begitu menekan sehingga ia berseru kepada Tuhan, "Berapa lama lagi?" (4). Penderitaannya makin terasa berat karena musuh-musuhnya menggunakan kesempatan itu untuk menekan dia (8). Mungkin para musuh berkata, "Ia kena tulah, Tuhan telah memukul dia!"
Di tengah pergumulannya, pemazmur tak kehilangan iman. Ia percaya akan kasih setia Tuhan yang tak pernah berubah. Maka ia berani memohon belas kasih dan pengampunan-Nya (2-3). Sebab kalau ia mati, ia tidak dapat menaikkan syukur kepada Tuhan (6). Kata "maut" di sini disejajarkan dengan kata "dunia orang mati" yang menunjukkan tempat berakhirnya kehidupan. Bandingkan dengan doa syukur Raja Hizkia ketika permohonannya agar diberi kesembuhan dijawab oleh Tuhan (Yes. 38:18-19). Pemazmur juga meminta Tuhan segera menolong dirinya, supaya para musuh tidak terus menerus menekan dan fitnahan mereka kehilangan sengatnya.
Pengalaman pemazmur bisa jadi pengalaman kita saat sakit mendera. Periksalah diri di hadapan Tuhan dengan jujur, apakah ada dosa yang menjadi penyebab. Bila ya, mintalah pengampunan-Nya. Lalu minta belas kasih-Nya dan kesembuhan. Ingatlah bahwa Allah tidak senang jika anak-anak-Nya menderita. Namun kadang kala Allah mengizinkan penderitaan menjadi alat agar kita mendekat kepada-Nya dan tidak bermain-main dengan dosa!

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC