ShareThis

04 December 2011

REST IN PEACE

Ayat : 1 Samuel 28 

Rest In Peace (Beristirahat Dalam Damai) seolah-olah tak berlaku di Haiti. Setahun sudah gempa berkekuatan 7 SR memporak-porandakan negeri itu. Namun di Leogane, kota yang terdekat dengan episentrum gempa, kompleks pemakaman umum masih berantakan dan tak terurus. Batu-batu nisan bergeser dan rusak, liang lahat dan peti jenazah menganga, tulang-tulang dan kain pembungkus mayat berserakan. "Saya tidak bahagia, yang sudah meninggal pun tak bahagia, " tutur Pierre, warga setempat yang sedang memperbaiki makam ayahnya.

Namun, yang mengusik orang mati tidak hanya gempa, tetapi juga manusia yang masih hidup. Waktu itu Saul kebingungan karena terjepit dalam perang melawan Filistin. Ia sadar Allah sudah undur darinya dan tak mau menjawabnya lagi. Bukan Allah meninggalkan Saul, tetapi Saul yang meninggalkan Allah dan mengikuti maunya sendiri (ayat 18). Fatalnya, Saul mendatangi para pemanggil arwah dan roh peramal (ayat 3), yang menajiskan dan dibenci Tuhan (Ulangan 18:10-12). Saul meminta mereka memanggil roh Samuel yang sudah mati, sebab ia hendak meminta petunjuk (ayat 8-15). Benarkah itu roh Samuel yang muncul? Entahlah, sebab iblis pun mampu menyamar sebagai malaikat (2 Korintus 11:14). Yang jelas, Saul terkutuk karena ini.

Ada sebagian orang yang sudah mengaku diri anak Tuhan, rajin ke gereja, tetapi masih percaya ramalan, hari baik, atau minta petunjuk "orang pintar" ketika hendak punya acara. Lebih konyol lagi, ada yang meminta rezeki di kuburan nenek moyang. Jika tak segera bertobat, mereka bisa seperti Saul; semula dipilih Allah menjadi raja Israel, tetapi kemudian ditolak Tuhan dan binasa.

God Bless ^^

GIZI BAGI JIWA

Ayat : Kejadian 46:28-30

Harold Kushner, seorang rabi dan penulis termasyhur, pernah mengemukakan bahwa pada usia di atas lima puluh, biasanya manusia mempunyai satu kerinduan khusus, yakni kerinduan akan makna. Ia pun menanyai dirinya sendiri, "Apa arti dari semua yang kumiliki, apa arti hidupku?" Ia ingin mendapatkan arti hidup. Demikian pula kurang lebih perasaan Yakub dalam kisah yang kita baca hari ini.

Yakub telah begitu lama terpisah dengan Yusuf, anak kesayangannya. Bayangkan, 22 tahun! Dan, selama itu pula ia seolah-olah kehilangan makna hidup. Saat berjumpa lagi, pertemuan mereka begitu mengharukan! Yusuf memeluk leher ayahnya dan lama menangis di bahunya (ayat 29). Pertemuan itu menghadirkan keharuan memuncak, juga kelegaan yang mendalam bagi Yakub. Katanya, "Sekarang, bolehlah aku mati setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup ..." (ayat 30). Kembali melihat Yusuf adalah hal yang menyempurnakan dan "memberi gizi" bagi jiwa Yakub pada masa tuanya.

Ada kalanya hidup seseorang begitu "pahit" sehingga ia melihat segala sesuatu dengan muram dan suram. Kehilangan, kerinduan akan sesuatu, harapan yang belum tercapai, masa lalu yang pedih, bisa menjadi musababnya. Dalam relasi dengan sesama, apakah kehadiran kita memberikan "nutrisi" atau "gizi" pada jiwa orang lain, sehingga hidup mereka kembali bermakna? Kita bisa memulainya, setidaknya dari lingkup terkecil, yakni keluarga. Hadirkan diri di situ. Berikan perhatian dan kasih yang nyata. Kita dapat menjadi penguat bagi mereka, agar tegar menghadapi serta mengelola segala kepahitan hidup yang mungkin menghampiri.

God Bless ^^

KEBABLASAN

Ayat : Maleakhi 1:1-7; 2:17

Cara seorang anak merespons kasih sayang orangtuanya bisa beragam. Bisa dengan penghormatan dan kepatuhan, bisa juga sebaliknya. Seorang anak dapat terus berbuat sesuka hati, melanggar semua aturan yang diberikan, bahkan secara sadar mengulang-ulang hal tersebut. Anak itu bertingkah "kebablasan" atau kelewatan. Ia berpikir: "Orangtuaku sangat sayang padaku. Mereka tidak akan marah pada apa pun yang kulakukan karena aku ini kesayangan mereka".

Kalimat pernyataan Tuhan yang pertama dalam kitab Maleakhi adalah: "Aku mengasihi kamu" 1:2. Namun, setelah itu terungkap keluhan atas berbagai tingkah umat yang kebablasan. Kasih sayang Tuhan disalahartikan, bahkan dijadikan pembenaran atas berbagai perbuatan yang sesungguhnya mengecewakan hati Tuhan. Umat Israel tidak menyadari betapa mereka menyusahkan hati Tuhan dengan semua perilaku itu.

Kita pun sebagai orang-orang yang dikasihi Tuhan, sering kebablasan. Mengetahui bahwa Tuhan mengasihi kita, tidak membuat kita bersyukur dan berusaha hidup benar meneladani kasih-Nya. Kita terus melakukan kesalahan dan menganggapnya biasa karena berpikir hal itu tidak mengurangi kasih Tuhan kepada kita. Bacaan hari ini mengingatkan bahwa kita keliru menganggap Tuhan berkenan pada perbuatan yang tidak baik. Kalaupun Dia tidak menjatuhkan hukuman, bukan berarti kejahatan kita dibenarkan oleh-Nya. Seperti orangtua yang bisa menegur dan menghukum anaknya agar tidak kebablasan, Tuhan pun dapat mengajar kita walau untuk itu Dia sangat bersusah hati. Karenanya, maukah kita tidak lagi kebablasan dan menyalahartikan kasih sayang Tuhan?

God Bless ^^

MEWARISKAN KERINDUAN

Ayat : 1 Tawarikh 22:2-19

Sungguh menyenangkan bisa terlibat dalam pembuatan film layar lebar berjudul "Cita-citaku Setinggi Tanah" di Muntilan, kaki Gunung Merapi. Yakni sebuah film tentang empat sekawan, dengan empat cita-cita berbeda. Satu-satunya anak perempuan dari "geng" itu ingin menjadi artis. Sebetulnya cita-cita ini ia peroleh dari ibunya yang ingin menjadi artis. Karena tidak kesampaian, sang ibu mewariskan cita-cita itu. Dan, berupaya keras mendukung serta melatih anaknya berakting. Ia berharap kelak anaknya sukses, walau ia hanya menjadi orang di balik kesuksesan itu.

Demikian pula Daud. Karena tidak memenuhi syarat untuk membangun Bait Suci, ia mewariskan kerinduan dan tugas mulia itu kepada anaknya, Salomo. Meski tugas sudah diwariskan, Daud tidak tinggal diam. Ia ikut mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pembangunan. Meski Salomo yang mendapat pujian, Daud tak peduli. Baginya, mendapat nama bukanlah tujuannya. Daud rela menjadi orang yang bekerja di belakang layar.

Apakah Anda sedang "bekerja di belakang layar"? Mungkin hanya sedikit orang yang tahu kiprah Anda. Mungkin pekerjaan Anda terlihat bernilai kecil. Namun sangat mungkin, pekerjaan Anda yang di balik layar justru mempersiapkan sebuah pekerjaan yang berdampak besar di kemudian hari. Meski tak terlihat, sangat penting pekerja di balik layar melaksanakan bagiannya dengan sungguh-sungguh. Walau tak menerima penghargaan langsung, tetapi pekerjaan itu tak akan terlaksana tanpa campur tangan pekerja di balik layar. Sebab itu, mari lakukan sungguh-sungguh setiap kepercayaan yang kita emban, dengan hati mengasihi Dia.

God Bless ^^

KEPUTUSAN

Ayat : Matius 26:47-56

Jika kita mengonsumsi makanan berlemak setiap hari dalam porsi besar, apa yang akan terjadi lima tahun mendatang? Timbunan lemak dan kolesterol. Jika kita mengisap dan menghabiskan dua bungkus rokok setiap hari, apa yang akan terjadi dengan tubuh kita di tahun-tahun mendatang? Paru-paru kita akan rusak. Demikianlah, setiap hari kita membuat keputusan penting. Sebagian dari kita mungkin akan memilih kesenangan bagi diri sendiri saat ini, walau di masa depan ada akibat yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, ada juga keputusan yang kini terasa tidak nyaman, tetapi hasilnya baik di masa mendatang.

Malam itu, setelah perjamuan terakhir dengan para murid, merupakan waktu yang berat bagi Yesus. Sebenarnya Dia bisa membiarkan murid-murid melakukan perlawanan guna mencegah penangkapan-Nya (ayat 51). Dia juga bisa memerintahkan pasukan malaikat untuk melindungi dan melepaskan-Nya dari perjalanan menuju salib yang mengerikan. Akan tetapi, Dia memilih untuk taat kepada perintah Bapa-Nya melangkah menuju salib. Sebab, Dia sangat tahu keputusan-Nya ini akan berdampak bagi kehidupan manusia di masa mendatang.

Mungkin hari ini Tuhan membawa kita memasuki masa-masa yang paling sulit di hidup kita. Dan, kita mesti mengambil keputusan penting. Pertimbangkanlah dengan saksama. Keputusan yang membuat kita nyaman belum tentu berakhir indah dan memuliakan Allah. Pertimbangkanlah masak-masak, termasuk dampaknya di masa depan bagi kita maupun bagi orang-orang di sekeliling kita. Dan, apakah Allah dimuliakan melalui keputusan tersebut.

God Bless ^^

UJI KELAYAKAN

Ayat : Mazmur 139:17-24 

Kita tidak dapat menilai karya kita sendiri secara objektif. Itulah sebabnya, selalu dibutuhkan pihak yang independen dan tepercaya untuk menguji dan menilai. Sebagai contoh, makanan dan obat-obatan harus diuji kelayakannya untuk dikonsumsi, oleh BPOM. Sebuah laporan keuangan dapat dipercaya kelayakan penyajiannya setelah diperiksa oleh auditor independen. Di sini, kualitas dan integritas sang penguji sangat menentukan apakah hasil pengujiannya dapat dipercaya atau tidak.

Demikian pula dengan hati kita. Sesungguhnya kita tak dapat menilai hati kita sendiri. Kita mungkin berpendapat bahwa apa yang kita lakukan sudah memiliki motivasi yang benar. Akan tetapi, belum tentu itu terbukti benar di hadapan Tuhan. Pemazmur juga merasa bahwa apa yang dilakukannya sudah benar, walau demikian ia tetap meminta Tuhan menyelidiki hati dan pikirannya. Semua ini didasari dengan kesadaran bahwa Tuhan itu Mahatahu Dia benar-benar mengetahui segala isi hati dan pikirannya. Dan, karena Tuhan adalah kebenaran maka semua penilaian Tuhan pasti benar. Lebih jauh, pemazmur juga menunjukkan hati yang mau diajar dan dituntun ke jalan yang benar.

Mungkin kita sudah merasa bahwa semua yang kita kerjakan telah kita lakukan dengan cara dan motivasi yang benar, bagi kemuliaan Tuhan. Namun, kerap kali kita tidak menyadari bila motivasi kita perlahan mulai berubah. Maka, kita perlu selalu terbuka di hadapan Tuhan. Mintalah Tuhan melihat hati kita yang terdalam. Dan, apa pun yang Tuhan singkapkan, biarlah kita memiliki hati yang mau ditegur dan mau dituntun ke jalan yang benar.

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC