ShareThis

14 August 2012

DITUTUPI KASIH


Saya sering menyebalkan ya?" tanya saya selepas minta maaf kepada sahabat saya, sadar bahwa sangat sering sikap saya tidak baik, bahkan mungkin menyakiti hatinya. "Kasih menutupi banyak dosa, " ia menggeleng seraya mengutip sebuah ayat, "Aku sekarang baru bisa memahami kedalaman ayat itu, " lanjutnya sambil tertawa.

Perkataan sahabat saya membawa saya mencari dan merenungkan kembali ayat yang dikutipnya. Ternyata baik Perjanjian Lama maupun Baru memuat nasihat ini: Amsal 10:12 yang kita baca hari ini, dan 1 Petrus 4:8. "Menutupi" di sini mengandung arti "mengampuni", tidak hanya menyembunyikan kesalahan agar tidak terlihat. Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari menerjemahkannya: "cinta kasih mengampuni semua kesalahan." Pengampunan dalam Perjanjian Lama sering digambarkan dengan cara ini. Dosa yang ditutupi sama dengan pelanggaran yang diampuni, demikian pula sebaliknya (bandingkan Mazmur 32:1 dengan Nehemia 4:5).

Ketika benci melanda, kesalahan orang lain menjadi begitu jelas. Pernahkah Anda mengalaminya? Sering upaya meminta pendapat pihak ketiga membuat kesalahan itu kian jelas, dan kebencian kian besar. Firman Tuhan mendorong yang sebaliknya. Mengasihi itu mengampuni. Saya sendiri adalah pendosa yang dosanya "ditutupi" kebenaran Kristus. Bukan karena dosa sepele di mata Tuhan, namun karena kasih-Nya yang besar memilih untuk membungkus saya dengan kebenaran-Nya daripada mengeskpos kebobrokan saya yang mempermalukan-Nya. Meski tak mudah saya berdoa agar Tuhan melingkupi hati saya dengan kasih-Nya, agar dapat berkata seperti sahabat saya: "Kasih menutupi banyak dosa." Kiranya ini menjadi doa Anda juga.

God Bless ^^

TOLOK UKUR KARAKTER


Richard Halverson, seorang penulis dan pendeta senat AS, pernah menulis: Yesus Kristus berbicara tentang uang lebih dari hal-hal lain, karena ketika tiba pada sifat alami manusia, uang memegang peran terpenting. Uang merupakan indeks yang tepat untuk menunjukkan karakter sejati seseorang. Di seluruh halaman Kitab Suci, ada korelasi yang sangat dekat antara perkembangan karakter manusia dengan cara ia menangani uangnya.

Banyak tokoh di Alkitab yang dikecam, dihukum, atau dipuji oleh Allah karena sikap mereka terhadap uang. Yudas Iskariot mengkhianati Tuhan Yesus demi tiga puluh uang perak. Ananias dan Safira rebah dan mati seketika setelah berdusta perihal uang yang mereka serahkan. Mereka adalah contoh orang-orang yang jatuh dalam pencobaan berkenaan dengan uang. Uang membuat mereka terjerat dalam berbagai nafsu yang hampa dan mencelakakan, hingga akhirnya menyimpang dari iman dan menyiksa diri dengan berbagai duka (ayat 10). Namun, ada kisah janda miskin yang dipuji Tuhan Yesus karena memberi dari kekurangannya. Atau, jemaat Makedonia yang disebut Paulus sangat miskin, tetapi kaya dalam kemurahan (lihat 1 Korintus 8). Mereka ialah orang-orang yang pertama-tama menyerahkan hati kepada Allah, lalu uang mereka.

Uang hanya salah satu sarana yang kita perlukan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Uang adalah berkat, bukti pemeliharaan Allah atas kita. Uang harus menjadi hamba kita. Jika kita cinta uang, uang akan menjadi tuan kita. Bagaimana Anda menangani uang? Mana yang lebih Anda cintai: Allah dan firman-Nya, atau ... uang?

Good Bless ^^

BIJAK BERKATA-KATA


Sariawan. Anda pernah mengalaminya? Luka di rongga mulut ini memang sangat mengganggu. Selain menimbulkan rasa sakit saat minum dan mengunyah makanan, ternyata sariawan juga bisa membuat Anda kesakitan saat berbicara. Apalagi jika letaknya di lidah. Ketika menulis renungan ini, ada dua buah sariawan di lidah saya. Akibatnya, saya sangat berhati-hati ketika berbicara, minum, dan makan. Kalau tidak benar-benar penting, saya memilih untuk diam. Walaupun tak mudah, itu lebih baik, daripada sakit.

Bersikap hati-hati dalam berbicara, bukanlah hal yang mudah. Apalagi dalam keadaan kesal atau marah. Kebanyakan orang lebih suka mengungkapkan kekesalan atau amarahnya lewat kata-kata. Hal seperti itu sebenarnya wajar saja. Namun sayang, keadaan emosional mudah membuat seseorang kehilangan kendali. Akhirnya, kata-kata yang keluar adalah kata-kata kasar. Caci maki. Bahkan kutukan. Yakobus menegaskan fakta bahwa tidak ada orang yang sempurna dalam perkataannya (ayat 2); tidak seorang pun yang dapat menjinakkan lidah (ayat 8); lidah yang sama juga memuji Allah sekaligus mengutuki manusia (ayat 9-12). Mengerikan, bukan? Itulah sebabnya ia mengajar kita untuk mampu menguasai lidah dengan cara lambat berkata-kata dan juga lambat marah (Yakobus 1:9).

Pepatah berkata: "Lidah tak bertulang". Kita harus belajar berhati-hati dan tidak tergesa-gesa mengucapkan sesuatu. Biarlah lidah kita dipimpin Tuhan untuk memuliakan nama-Nya dan memberkati orang-orang di sekitar kita. Bersikaplah bijak dalam berkata-kata. Setiap saat. Bukan ketika sedang sakit sariawan saja.

God Bless ^^

CERMIN TELESKOP HUBBLE


Sejak peluncurannya pada 1990, teleskop antariksa Hubble telah menghasilkan foto-foto alam semesta yang menakjubkan dan membantu manusia lebih mengerti jagad raya. Namun, di minggu-minggu pertamanya beroperasi, foto-foto yang dihasilkan sempat berkualitas sangat buruk. Jauh lebih buruk dari yang diharapkan. Selidik punya selidik, ternyata penyebabnya adalah cermin teleskop tersebut tidak sehalus yang seharusnya. Ada kesalahan kecil dalam proses pembuatannya. Perbaikannya membutuhkan waktu tiga tahun. Kesalahan yang tampaknya sepele itu telah merusak performa teleskop Hubble dan membuang banyak waktu dan uang.

Demikian pula pengaruh dosa-dosa yang kerap kali dianggap "sepele". Salomo memang tidak membunuh; tak merampok; tidak korupsi. Ia "hanya" mencintai dan mengawini perempuan-perampuan Moab, Amin, Edom, Sidon, dan Het (ayat 1). Benarkah itu sekadar "hanya"? Tidak! Perbuatannya mendukakan hati Tuhan, sebab Dia sudah bertitah: "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka" (ayat 2). Ia gagal setia kepada Tuhan, sebab istri dan gundiknya itu membuatnya tak lagi sepenuh hati berpaut kepada Tuhan (ayat 4). Penghukuman pun dijatuhkan (ayat 11-13).

Adakah kita masih memilah-milah, ada dosa besar dan dosa sepele -- yang tampaknya tak merugikan dan berakibat buruk pada orang lain? Berhati-hatilah. Dosa, apa pun itu, adalah pemberontakan kepada Tuhan. Sesuatu yang membuat kita tak lagi berpaut kepada-Nya.

God Bless ^^

BUKTI INJIL


Selagi jalan-jalan di sebuah mal, bahu saya ditepuk dari belakang oleh seorang wanita. Ia menawarkan jamu pelangsing perut. "Jamu ini akan mengecilkan perut Bapak dalam waktu dua minggu. Terbuat dari bahan-bahan alami. Garansi uang kembali!" Saya berhenti karena tertarik. Saat saya membalikan badan dan melihat sang tukang jamu, saya terperangah. Ternyata ia seorang yang gemuk. Seketika itu juga, saya membatalkan niat untuk membeli. "Buktikan dulu bahwa jamu itu efektif melangsingkan kamu, " gumam saya.

Demikian pula dengan Injil. Pesan Injil harus disertai dengan bukti Injil. Karakter ilahi adalah bukti Injil yang terbaik. Secara spesifik, Paulus menyebutkan kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan kasih yang saling membantu (ayat 2). Selain itu, kita harus memelihara kesatuan Tubuh Kristus (ayat 3-6). Bayangkan ada orang kristiani yang begitu antusias bercerita tentang Kristus, tetapi ia sendiri sombong, kasar, tidak sabar, dan tidak peduli terhadap orang lain. Atau, bayangkan sebuah gereja yang menggembar-gemborkan kasih Kristus, tetapi dipenuhi dengan permusuhan di antara jemaatnya. Siapa yang akan tertarik dengan Injil Kristus kalau kita, sebagai pembawa berita Injil, menunjukkan sikap dan perilaku seperti ini?

Bagaimana orang-orang mengenal kita atau gereja kita selama ini? Adakah mereka melihat karakter Kristus di dalam tutur-laku kita? Apakah kita rajin membangun kesehatian gereja sendiri? Karakter kita yang sudah diubahkan-Nya merupakan daya tarik bagi orang lain untuk mengenal iman kita dalam Kristus.

God Bless ^^

HIDUPKU PANCARAN HATIKU


Pusat penelitian Wright Air Patterson di Ohio, Amerika Serikat, kabarnya sedang mengembangkan teknologi menerbangkan pesawat terbaru. Para peneliti membuat helm khusus yang dilengkapi alat sensor yang berfungsi menangkapsinyal- sinyal di beberapa titik kepala seorang pilot, sehingga pesawat itu dapat diterbangkan melalui kendali pikiran. Jika seorang pilot tak konsentrasi, pesawat akan jatuh menghantam bumi. Oleh karenanya, penting bagi seorang pilot berkonsentrasi dan mengendalikan pikirannya dengan baik.

Kehebatan teknologi ini mengingatkan kita kepada peringatan yang Salomo tulis agar kita menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan (ayat 23), sebab hati manusia memancarkan kehidupan. Alkitab versi FAYH memberi penjelasan yang gamblang tentang hal ini, yaitu "jagalah hatimu, karena hatimu memengaruhi segala sesuatu dalam hidupmu". Setiap tindakan dan perilaku kita merupakan buah yang tampak dari apa yang ada dalam hati kita. Oleh karena itu, Salomo mengingatkan kita untuk waspada terhadap hal-hal yang mengendalikan hati kita, karena cepat atau lambat apa yang ada di hati kita akan mengendalikan setiap pikiran, tindakan, dan perkataan kita. Hanya ketika hati kita dikendalikan dengan didikan yang baik dan hikmat dari Tuhan, kita akan dimampukan untuk menjalani hidup tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, menjauhkan kaki dari kejahatan (ayat 27).

Mari menilik hati. Sudahkah kita menjaganya dengan kewaspadaan? Ataukah dosa yang pegang kendali? Arahkanlah perhatian dan telinga kita kepada hikmat yang dari Tuhan (ayat 20) dan menyimpannya dalam hati (ayat 21) sehingga hidup kita dipengaruhi dengan segala kebaikan yang bersumber dari-Nya.

God Bless ^^

PRIVASI


Saat membayangkan apa jadinya jika hak privasi tak pernah ada, tiba-tiba saya menjadi sangat malu. Pasti orang akan heran mengetahui film tidak pantas yang pernah saya tonton, percakapan rahasia saya untuk merusak nama baik orang lain, rencana-rencana busuk saya, atau pikiran-pikiran berdosa yang saya nikmati. Namun, kenapa saya tak pernah malu kepada Tuhan yang selalu tahu gerak-gerik, motivasi, pikiran, dan rancangan-rancangan yang paling tersembunyi sekalipun. Saya lebih takut nama baik saya tercemar dibandingkan takut pada kekudusan Tuhan.

Salah satu penyebab kurangnya rasa takut atau malu ketika berbuat dosa adalah adanya jaminan keselamatan bagi kita yang beriman kepada Kristus. Memang, kita pasti masuk ke tempat perhentian-Nya yang kekal (ayat 1, 3). Namun, kita masih harus mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan-Nya. Itu sebabnya penulis kitab Ibrani meminta kita waspada (ayat 1) serta taat kepada-Nya (ayat 6, 11). Kita harus memegang erat firman Allah untuk menjaga hidup kita tetap bersih (ayat 12). Sebaliknya, ketika kita menyadari dosa, kita mesti berani menghampiri takhta-Nya (ayat 16). Sebab, Kristus Imam Besar kita (ayat 14, 15) yang mendamaikan kita dengan Allah.

Jadi, ada dua sikap yang tampaknya bertentangan, tetapi harus ada secara bersamaan dalam diri orang percaya. Pertama, sikap takut berbuat dosa; kedua, sikap berani menghampiri Tuhan Yang Mahakudus. Kita harus menyadari bahwa tak ada yang dapat kita sembunyikan dari pandangan-Nya. Di lain pihak, setiap kali kita berdosa, kita mesti punya keberanian untuk segera datang kepada- Nya, memohon pengampunan.

God Bless ^^

TEH YANG HAMBAR


Di suatu sore yang dingin, dua pemuda mampir ke angkringan memesan teh hangat. Selang beberapa menit, dua gelas teh yang masih mengepul telah terhidang. Sama persis. Setelah menyeruput sedikit, yang seorang berkata, "Kawan, sepertinya minuman kita tertukar. Teh ini rasanya hambar padahal saya memesan teh manis". Temannya menyeruput teh di depannya, "Tapi, ini teh tawar sesuai pesanan saya. Minuman kita tidak tertukar". Setelah diamati, minuman mereka memang tidak tertukar. Di dasar gelas pertama, ada gula setinggi satu centimeter. Gulanya belum diaduk, sehingga tehnya terasa hambar. Setelah gula itu diaduk, barulah teh manis bisa dinikmati.

Kehidupan orang kristiani juga seringkali demikian, sukar dibedakan dari yang bukan kristiani. Banyak orang nonkristiani juga percaya kepada Tuhan yang Mahaesa, rajin beribadah dan berbuat baik. Rasul Yakobus bahkan mengingatkan bahwa setan-setan pun percaya kepada Tuhan dan gemetar terhadap-Nya (ayat 18). Perbedaan baru bisa dirasakan ketika iman itu menyatu dengan perbuatan (ayat 22). Yakobus mencontohkan: ketaatan Abraham menunjukkan imannya kepada Allah yang berkuasa dan menepati janji-Nya; tindakan Rahab menunjukkan imannya kepada Allah Israel. Iman perlu "diaduk" sehingga menyatu dengan perbuatan kita sehari-hari.

Proses "diaduk" menjadi proses yang memerlukan kerendahan hati dan kerap terlewat dalam kehidupan beriman kita sehingga terkadang keberadaan kita di tengah masyarakat tak bisa memberi "rasa" apa-apa. Mari memeriksa diri: Apakah yang saya yakini tentang Allah dapat dirasakan dalam perbuatan saya? Apakah lewat perbuatan saya, orang bisa mengenali iman saya kepada Allah?

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC