ShareThis

16 February 2012

LAHIR DARI HATI


Seorang pemuda yang mengendarai motor diberhentikan oleh polisi karena melanggar lampu merah. Sang polisi bertanya, "Apakah Saudara tidak melihat lampu sudah berganti merah?" Si pemuda dengan santai menjawab, "Saya melihat, Pak." "Lalu kenapa Anda tetap menerobosnya?" tanya polisi dengan heran. Si pemuda menjawab ringan, "Masalahnya, saya tidak melihat Pak Polisi berdiri di situ." Alamak! Si pemuda itu taat hanya jika ada petugas.

Kesalehan orang Farisi juga hanya di depan orang. Ibadah mereka lebih mengutamakan hal lahiriah, agar dilihat baik dan terpuji. Bagai membersihkan cawan dari luarnya saja sementara dalamnya tetap kotor (ayat 39). Yesus menegur mereka dengan keras, "Celakalah kamu!" kata-Nya seraya membeberkan kejahatan mereka (ayat 42-44). Bagi orang Farisi, manusia disucikan oleh perbuatannya, sementara bagi Yesus, kesucian lahir dari hati yang diubahkan, dan mewujud di dalam tindakan (ayat 41). Hati yang bersih akan melahirkan perbuatan yang bersih. Sebaliknya, perbuatan yang bersih belum tentu menjamin hati yang bersih.

Bahaya mengutamakan penampakan luar daripada perubahan hati bisa juga terjadi pada kita. Keinginan untuk dipandang baik dapat membuat kita bersikap baik di depan orang. Namun, bagaimana jika tak ada orang lain? Biarlah peringatan Yesus membuat kita tersungkur dalam kegentaran di hadapan Tuhan Yang Mahatahu. Ya, Dia mengenal isi hati tiap orang. Perilaku manis kita tak dapat mengelabuinya. Hanya dari hati yang murni dapat lahir perbuatan-perbuatan yang memperkenankan Tuhan. Selamat menjaga hati!

God Bless ^^

ULAT JADI KUPU-KUPU


Seorang kawan mengirimi saya SMS menggelitik, "Aku meminta dari Tuhan setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus jelek dan berduri. Aku meminta kupu-kupu, Dia memberiku ulat. Aku kecewa dan sedih! Namun, beberapa hari kemudian, kaktus itu berbunga indah sekali dan ulat itu menjelma menjadi kupu-kupu yang amat cantik. Itulah jalan Tuhan: selalu indah pada waktu-Nya."

Jalan Tuhan memang kerap kali sukar dipahami dengan pikiran manusia yang terbatas. Kisah Yusuf adalah contohnya. Sebagai anak kesayangan bapaknya, Yusuf kecil yang penuh percaya diri tentu tak pernah menduga akan dijual saudara-saudaranya sendiri (lihat Kejadian 37). Tiga belas tahun yang sulit dilalui, sebelum akhirnya Yusuf dipercaya sebagai wakil raja (lihat Kejadian 39-41). Ia mungkin bertanya-tanya mengapa Tuhan mengizinkan semua itu terjadi. Hanya setelah menyelamatkan bangsanya dari kelaparan, barulah ia paham bagaimana Tuhan berdaulat mendatangkan kebaikan melalui berbagai kesulitan yang ia alami (ayat 20). Bukan hanya itu, Yusuf pun dibentuk agar dapat menerima tanggung jawab yang besar dan mengasihi mereka yang dulu menyakitinya.

Mungkin Anda mengalami salah satu atau beberapa masalah seperti Yusuf. Anda tidak paham mengapa Tuhan memberikan "ulat" dan bukannya "kupu-kupu". Ingatlah bagaimana Tuhan berkarya melalui hidup Yusuf, mendatangkan kebaikan yang jauh melampaui pikirannya. Setiap keadaan dapat dipakai Tuhan untuk mendatangkan kebaikan, bahkan bila orang lain semula berniat untuk menjahati kita. Maukah kita tetap percaya dan taat pada-Nya?

God Bless ^^

DATANGLAH KERAJAAN-MU


Di dalam pergaulan sesehari, jawaban standar atas pertanyaan "apa kabar" adalah: "baik-baik saja" Jawaban ini sering muncul tanpa dipikir dan belum tentu menggambarkan ke adaan yang sebenarnya. Ini sudah menjadi basa-basi yang sangat umum sehingga artinya sudah tidak lagi dipedulikan. Demikian juga pada waktu kita mengucapkan Doa Bapa Kami. Sejauh mana kita memahami setiap kata yang ada di sana? Apakah kita menyadari setiap implikasi dari kata-kata tersebut? Kata "datanglah Kerajaan-Mu" misalnya.

Kerajaan Allah berbeda dengan kerajaan atau pemerintahan ala dunia. Kerajaan Allah tidak bisa dibatasi teritori tertentu. Ia menembus batas negara, ras, dan budaya. Pertambahan penduduknya bukan karena penaklukan melainkan karena pertobatan dan pembenaran. Perluasannya juga bukan karena kekuatan dan kekerasan prajurit melainkan karena kasih dan kedamaian yang dipancarkan warga nya. Ini adalah kerajaan yang senantiasa peduli dengan perubahan hidup warganya. Kehidupan yang diwarnai dengan ketundukan kepada Sang Raja. Salah satu bentuk pengakuan akan ke-Raja-an Allah adalah mengizinkan kehendak-Nya berlaku atas kita (ayat 10).

Kalau kita adalah warga Kerajaan Allah yang sejati, maka seharusnya itulah kerinduan kita yang terdalam. Kita rindu melihat kehadiran dan pemerintahan Tuhan makin terwujud dalam lingkungan keluarga, komunitas, kota, bangsa, dan juga dalam hidup kita. Apa yang sudah kita perbuat untuk mewujudkannya? Mulailah dengan sujud berdoa: "Datanglah Kerajaan-Mu, " lalu bangkit dan menjadi sarana perwujudan atas apa yang kita doakan.

God Bless ^^

DIPENUHI ROH KUDUS


Perkelahian dan keributan di pertunjukan musik menjadi berita yang sangat sering diliput media massa. Penyebabnya biasanya sangat sepele, yaitu saling senggol atau saling ejek. Namun, pemicu utamanya adalah karena mereka disinyalir berada di bawah pengaruh minuman keras. Minuman itu membuat mereka tidak mampu menguasai diri dan mudah melakukan tindakan di luar kendali.

Memang terasa agak aneh ketika perintah jangan mabuk oleh anggur dikontraskan dengan dipenuhi Roh Kudus (ayat 18). Namun, keduanya memang memiliki pokok pikiran yang mirip, yaitu: sama-sama dikuasai oleh sesuatu. Orang yang berada dibawah kuasa atau pengaruh anggur biasanya tidak dapat menguasai dirinya. Perkataan dan tindakannya akan kacau dan menimbulkan kekacauan. Sedangkan orang yang dikuasai atau dipenuhi Roh Kudus akan makin dapat menguasai diri. Ia akan mampu mengelola hidupnya dengan baik; perkataan maupun perbuatannya akan makin selaras dengan kepribadian Allah. Ungkapan: "Hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus" dalam tatabahasa aslinya meng gunakan kata kerja berbentuk imperatif plural pasif. Artinya, kita tak bisa menghindar, berlaku untuk semua orang, dan tak perlu mantra atau rumus khusus untuk mengalaminya. Ini adalah suatu kesediaan untuk tunduk pada pimpinan Roh Kudus.

Pikiran, perkataan, dan perbuatan seperti apa yang kita tampakkan dari hidup kita selama ini? Apakah hal-hal tersebut mencerminkan kepemilikan dan kepemimpinan Allah dalam hidup kita? Dia ingin mengarahkan hidup kita untuk mengenali rencana-Nya. Izinkan Dia memimpin hidup kita dengan leluasa.

God Bless ^^

13 February 2012

MERAYAKAN KASIH?


Asosiasi kartu ucapan AS memperkirakan satu miliar kartu Valentine dikirim tiap tahun di seluruh dunia. Hanya Natal yang menandingi-nya. Tahukah Anda bahwa 14 Februari sebenarnya sudah dihapus dari kalender gerejawi? Ini karena latar belakang sejarahnya sangat diragukan. Kemungkinan perayaan ini berkaitan dengan Lupercalia, festival kesuburan dengan ritual penghormatan dewa-dewi dan lotere pasangan lawan jenis. Identitas St. Valentinus yang nama nya dipakai untuk perayaan ini juga ku rang jelas. Pastur dari Roma, uskup dari Terni, atau martir di Afrika? 14 Februari adalah tanggal kematian mereka sebagai martir. Jauh dari konotasi cinta romantis.

Hiruk pikuk perayaan bisa jadi justru membuat kasih makin dangkal dimaknai. Padahal, kasih adalah hal yang esensial dalam iman kristiani. Firman Tuhan menyatakannya dengan ringkas dan gamblang: Allah adalah kasih; kasih berasal dari Allah (ayat 7-8). Jadi, bagi anak-anak Allah, kasih semestinya merupakan identitas keluarga. Dari bacaan Alkitab hari ini kita mendapati bahwa kasih diperintahkan, diteladankan, disempurnakan oleh Allah bagi kita (ayat 11, 17). Kasih dimungkinkan melalui pengalaman kita menerima kasih Allah (ayat 10, 19) dan ditumbuhkan melalui pengenalan kita akan Dia (ayat 16-18).

Kekristenan tanpa kasih adalah sebuah omong kosong. Hari ini, mintalah Tuhan menyelidiki hati kita: Bagaimana kasih saya kepada Allah? Kepada sesama? Dunia membutuhkan dan menanti kan anak-anak Allah mencerminkan dan menceritakan tentang kasih-Nya yang mulia. Pertumbuhan kita dalam kasih merupakan tanda bahwa kita tinggal di dalam Allah.

God Bless ^^

ALLELON

Ayat : Roma 15:1-13

Dietrich Bonhoeffer memberi peringatan yang perlu kita dengar: "Orang yang tidak bisa sendiri, berhati-hatilah pada komunitas .... Orang yang tidak berkomunitas, berhati-hatilah dengan kesendirian." Dalam tarikan ke dua arah ini, banyak orang memandang waktu sendiri bersama Tuhan sebagai hal esensial, sedangkan berkomunitas sebagai hal opsional. Benarkah Alkitab mengajarkan demikian?

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menunjukkan betapa pentingnya hidup berkomunitas bagi orang percaya. Orang yang sudah memiliki hidup baru dalam Kristus, tidak boleh mencari kesenangan sendiri (ayat 1-3), namun harus saling rukun (ayat 5), saling menerima (ayat 7), dan saling menasihati (14). Hal ini memuliakan Tuhan (ayat 7). Kata saling atau satu sama lain, adalah terjemahan kata Yunani: allelon. Allelon menyatakan pengakuan akan keterbatasan kita untuk bisa bertumbuh sendiri, dan kesadaran akan peran yang perlu kita penuhi dalam pertumbuhan saudara seiman. Allelon mengandung makna memberi dan menerima dalam komunitas sebagai bagian esensial dari perjalanan hidup rohani pribadi kita.

Manakah kecenderungan Anda: bersendiri atau berkomunitas? Bagaimana Anda memandang komunitas: esensial atau opsional? Ketika seseorang mulai meninggalkan persekutuan orang percaya, biasanya ia juga mulai meninggalkan disiplin-disiplin rohani lainnya. Mari taati firman Tuhan dengan memberi diri untuk saling mendukung dan membangun dalam komunitas keluarga Tuhan.

God Bless ^^

KOINONIA


Persekutuan merupakan salah satu istilah yang sangat umum dalam kekristenan. Sayang, istilah ini sering dimaknai secara dangkal. Bagi kebanyak-an orang, kata ini sudah berarti sama dengan pertemuan ibadah ("Datang ke persekutuan") atau suatu perkumpulan rohani ("Menjadi pengurus persekutuan").

Kata persekutuan dalam kehidupan jemaat mula-mula diterjemahkan dari kata Yunani koinonia (ayat 42), yang secara harfiah berarti "memiliki atau berbagi suatu hal bersama". Perhatikan bacaan Alkitab kita, dan kita dapat menemukan banyak hal yang dimiliki dan dibagikan secara bersama di antara jemaat mula-mula, baik dalam kehidupan rohani maupun keperluan jasmani. Itulah yang terjadi ketika koinonia berfungsi sepenuhnya. Pertemuan raya di Bait Allah dan perkumpulan di rumah-rumah menjadi penting karena melaluinya jemaat mengalami koinonia (ayat 46). Persekutuan yang berfungsi sepenuhnya memikat hati banyak orang untuk datang dan beroleh selamat (ayat 47).

Sekadar kehadiran atau bahkan kepengurusan pada sebuah persekutuan tidak sama dengan hidup dalam koinonia. Persekutuan yang sejati perlu memiliki koinonia dalam visi, komitmen, dan praktik hidup sehari-hari. Kita hidup dalam zaman di mana ketidakpedulian pada orang lain dan keberpusatan pada diri sendiri mejadi nilai-nilai umum. Adakah dunia menemukan oasis yang memenuhkan dahaga mereka akan koinonia di tengah persekutuan orang percaya? Bagaimana dengan persekutuan di tempat Anda berada?

God Bless ^^

MEMILIH NERAKA

Ayat : Roma 1:18-32

Mungkinkah Tuhan Yang Mahakasih menjebloskan manusia ke neraka? Pertanyaan ini pernah menggelisahkan batin saya cukup lama. Sampai saya memahami kebenaran firman-Nya.

Dalam surat kepada jemaat di Roma, Paulus menjelaskan tentang kabar baik keselamatan dari Tuhan. Namun sebelumnya, ia mulai dengan kabar buruk kondisi rohani umat manusia. Tuhan menyatakan Diri supaya manusia dapat mengenal-Nya dan memuliakan-Nya (ayat 19-20). Akan tetapi, manusia membelakangi penyataan-penyataan-Nya dan memberontak melawan Pencipta-Nya (ayat 21-23). Manusia lebih suka mengikuti keinginan hatinya (ayat 24-25), hawa nafsunya (ayat 26-27), pikiran-pikirannya (ayat 28-29), dan memilih untuk berkubang dalam rupa-rupa kecemaran (ayat 30-31). Lebih celaka lagi, meski manusia tahu konsekuensi hukumannya, mereka tidak sekadar terus melawan Tuhan, tetapi juga bersukacita ketika orang lain ada dalam pemberontakan yang sama (ayat 32).

Tuhan tidak menjebloskan manusia ke neraka. Para pemberontak yang akhirnya berada di neraka memilih untuk tinggal di sana. Tuhan menghargai pilihan itu. Mengutip C.S. Lewis: “Pada akhirnya akan ada dua macam orang: orang-orang yang berkata kepada Tuhan, 'Jadilah kehendak-Mu, ' dan orang-orang yang kepadanya Tuhan berkata, 'Jadilah kehendakmu.'" Apakah kita selama ini menyambut anugerah Tuhan dengan syukur dan penyerahan diri yang sungguh? Ataukah kita lebih memilih mengikuti keinginan hati seraya menuduh Tuhan yang tidak mengikuti kemauan kita sebagai Tuhan yang kurang kasih?

God Bless ^^

TUHAN MEMBIARKAN KEJAHATAN?


Ketika mengikuti berita dan mengamati berbagai peristiwa tiap hari, kita mendapati kehadiran dan daya rusak kejahatan begitu merajalela. Kita bertanya, "Bagaimana mungkin Tuhan yang baik dan berkuasa mem biarkan kejahatan?" Jika Tuhan Maha baik, Dia ingin mengalahkan kejahat an. Jika Tuhan Mahakuasa, Dia dapat mengalahkan ke-jahatan. Tapi, kejahatan masih ada di mana-mana. Rabbi Harold Kushner menyimpulkan dalam buku larisnya When Bad Things Happen to Good People: Tuhan ingin agar manusia bahagia, tapi kadang Dia tak cukup berkuasa mendatangkan hal-hal baik yang Dia inginkan.

Pandangan tentang Tuhan yang terbatas gagal memahami bahwa Tuhan belum selesai bertindak terhadap kejahatan. Tuhan Yesus menjelaskan kebenaran ini melalui sebuah perumpamaan sederhana tentang lalang di antara gandum (ayat 24-30). Perumpamaan ini dipakai Tuhan Yesus untuk menerangkan bagaimana kejahatan akan tetap ada sebelum akhir zaman, namun akan tiba saatnya di mana segala kejahatan serta para pelakunya mendapat hukuman yang setimpal (ayat 40-42). Kebenaran Tuhan akan ditegakkan atas seluruh ciptaan.

Tuhan Mahabaik dan Mahakuasa. Fakta bahwa Tuhan belum melenyapkan kejahatan saat ini tidak berarti Dia tidak akan melenyapkannya pada masa yang akan datang. Dia dapat dan akan melakukannya, dalam waktu dan hikmat-Nya (lihat juga 2 Petrus 3:7-12). Apa yang kita pikirkan tentang Tuhan ketika melihat atau mengalami hal-hal yang buruk dalam hidup? Mari memperbarui pengharapan, penghormatan, dan penundukan diri kita kepada-Nya, Tuhan yang sungguh Mahabaik dan Mahakuasa.

God Bless ^^

SIAP MENJAWAB


Kata apologetika berasal dari bahasa Yunani apologia, yang berarti menjawab atau mempertahankan. Apologetika berarti memberikan penjelasan rasional atas iman kita. Sebelum dapat membagikan berita Injil, seringkali kita perlu menjawab keberatan dan menying kirkan hambatan yang membuat orang belum mau menerima Kristus.

Istilah ini salah satunya dapat ditemukan dalam 1 Petrus 3:15, "siap sedialah pada sega la waktu untuk memberi pertanggung jawaban (apologia) kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu." Petrus mendorong orang-orang percaya yang tersebar di berbagai lokasi (1:1) untuk siap sedia menjelaskan kepada orang-orang yang belum percaya jika mereka ingin tahu apa yang menggerakkan umat kristiani rajin berbuat baik (ayat 13) dan rela menderita dalam mengikut Kristus (ayat 14-17). Hal yang indah di sini adalah Petrus mendorong jemaat bukan saja untuk hidup sesuai kebenaran, melainkan juga untuk siap menyampaikan kebenaran yang menjadi pengharapan mereka.

Bayangkan ada anggota keluarga, rekan kerja, atau tetangga Anda yang tiba-tiba bertanya tentang apa yang menjadi iman dan pengharapan yang Anda miliki di dalam Kristus. Apakah kesempatan itu akan berlalu begitu saja atau akan menjadi momen kebenaran yang berpengaruh bagi masa depan kekalnya? Bagaimana jika skenario ini bukan sekadar imajinasi, tetapi kenyataan yang sungguh-sungguh akan Anda alami? Apa yang perlu dilakukan supaya Anda siap sedia pada segala waktu?

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC