ShareThis

08 July 2011

GARA-GARA CINTA


Seorang anak bertengkar dengan orangtuanya karena cintanya tidak disetujui. Seorang perempuan menyakiti perempuan lain yang lebih dipilih oleh pemuda yang sudah menolaknya. Seorang pemuda bertindak kalap karena cintanya diduakan, pendidikan dan pekerjaan terbengkalai karena ia sibuk mengurusi cinta. Sebuah rumah tangga hancur karena ada cinta yang lain. Rahasia jabatan dipertaruhkan karena rayuan cinta. Iman pun terkadang dikorbankan atas nama cinta.

Mirip dengan kisah Simson anak Manoah, seorang yang gagah perkasa dari suku Dan. Saat Simson lahir, orang Israel sedang jatuh ke tangan orang Filistin selama empat puluh tahun. Simson kerap memperdaya orang Filistin hingga membuat mereka marah. Orang Filistin ingin menangkap Simson, tetapi ia terlalu kuat. Maka, mereka berusaha mencari kelemahan Simson, yakni ia menyukai perempuan Filistin. Dan, ia bisa diperdaya oleh perempuan yang ia cintai. Perempuan yang pertama berhasil mendapat jawaban atas teka-tekinya (pasal 14). Perempuan yang kedua, Delila, berhasil membujuk Simson untuk membuka rahasia kekuatannya. Orang Filistin akhirnya berhasil menangkap Simson; mereka mencungkil kedua matanya dan membelenggunya.

Cinta adalah anugerah Allah bagi manusia. Sebagai anugerah, cinta seharusnya menuntun manusia untuk saling melengkapi dalam menyatakan kemuliaan dan kasih Allah yang agung. Cinta seharusnya tidak buta dan tidak membutakan seseorang dalam menjalani hidup, tetapi memampukannya membangun hidup yang berkualitas dan berbuah. Belajarlah dari kisah Simson. Jangan sampai gara-gara cinta, kita hanyut dalam berbagai perkara buruk.

God Bless ^^

SOK TAHU


Seorang anak kecil sedang menyusun puzzle bergambar seekor gajah. Tubuhnya sudah tersusun. Tinggal ekor dan belalainya. Di tangannya ada sekeping gambar sesuatu yang berbentuk memanjang. Si anak langsung meletakkan keping tersebut ke bagian ekor. Sayangnya, bagaimanapun ia mencoba, keping itu tidak bisa masuk. Sang ayah berusaha memberi tahu bahwa itu bukan ekor, melainkan belalai. Namun, si anak membantah: ekorlah yang panjang. Jadi, teruslah ia mencoba-coba meletakkan keping gambar belalai itu ke ekor si gajah.

Itulah yang terjadi kalau kita bersikap sok tahu. Dan, kadang kala itu malah menjadi tindakan bodoh dalam pandangan orang lain. Lebih baik apabila kita meneladani apa yang dilakukan Zakharia. Ia mendapat penglihatan ilahi, tetapi tidak mengerti maknanya. Maka, dengan polos ia menanyakan maknanya kepada malaikat. Menarik bahwa malaikat tidak langsung menjawabnya. Malah memberikan pertanyaan seolah-olah malaikat itu berharap Zakharia seharusnya sudah tahu. Sangat manusiawi kalau saat itu Zakharia merasa harga dirinya tersinggung sehingga berhenti bertanya atau bahkan bersikap sok tahu. Namun, Zakharia tidak melakukan itu. Ia tidak berusaha menebak-nebak, apalagi berpura-pura tahu. Melainkan dengan rendah hati ia mengakui ketidaktahuannya. Ini dilakukannya sampai dua kali (ayat 4, 11, 12).

Tidak bersikap sok tahu menegaskan karakter yang rendah hati dan mau belajar. Agar berhasil dalam berbagai aspek kehidupan, inilah sebenarnya yang terus kita perlukan. Lebih jauh lagi, Tuhan menghargai sikap yang seperti ini.

God Bless ^^
 

MATA TUHAN


London Eye adalah salah satu ikon kota London yg sangat terkenal. Dengan menggunakan model kincir raksasa yang berputar, kita bisa menyaksikan sebagian besar kota London dari dalam sebuah tabung besar yang dirancang untuk memuat para wisatawan. Dari dalam tabung itu, sesuai posisi putarannya, kita bisa menikmati dan menjelajahi kawasan di sekitar Sungai Thames dengan jelas. Pemandangannya begitu sempurna dan indah. Akan tetapi, pemandangan yang bisa disaksikan dari London Eye sesungguhnya begitu terbatas. Hanya kawasan di sekitar kota. Oleh sebab itu, London Eye tidak cukup memadai sebagai referensi untuk menikmati panorama London.

Sangat berbeda dari itu, penglihatan Tuhan kita begitu sempurna. Bahkan, Tuhan bisa melihat isi hati. Mata Tuhan (God's' Eye) terus-menerus memperhatikan setiap anak-anak-Nya, bahkan dengan perhatian yang sangat detail. Mata Tuhan bukan hanya melihat dari ketinggian, tetapi Dia mampu melihat sampai ke dalam pergumulan anak-anak-Nya satu demi satu. Tak heran jika pemazmur berkata bahwa Tuhan sangat mengerti kita; baik pikiran kita (ayat 2), maupun segala aspek kehidupan kita (ayat 3-10). Bahkan sejak kita masih dalam kandungan dan pada masa kanak-kanak (ayat 13-16), Dia ada di sana.

Apabila Tuhan begitu mengerti, mengapa kita tidak membiasakan diri untuk terus berada di dekat-Nya? Dia adalah Tuhan yang tidak pernah jauh dari hidup kita. Dia melihat semuanya. Dia mengerti apa pun tentang kita. Mata Tuhan adalah jaminan bahwa hidup kita selalu berada dalam perlindungan tangan yang kuat dan dapat diandalkan.

God Bless ^^
 

MELODI HIDUP


Mazmur berarti: melodi atau lagu pujian. Melalui mazmur, sang pengarang hendak mengajak umat bermelodi, memuji Tuhan atas bermacam-macam hal yang menjadi kenyataan hidup manusia beriman sehari-hari. Hebatnya, pujian dalam mazmur merupakan pujian yang tidak hanya berkutat pada hal-hal seputar relasi manusia dengan Allah, tetapi juga pergumulan sesama manusia. Pendek kata, semua segi kehidupan manusia beriman dapat dijadikan sebagai lagu pujian dalam peribadahan!

Di bagian awal kitab Mazmur, penulis memanjatkan pujian kepada Tuhan karena Tuhan mengenal jalan orang benar (ayat 6). Kata "mengenal" di sini merupakan terjemahan dari kata Ibrani yada yang berarti mengenal dengan intim; mengenal dengan sedemikian detail; mengenal sedemikian rupa hingga tak ada yang perlu ditutupi. Itulah sebabnya orang yang berjalan di jalan orang benar disebut "berbahagia". Kebahagiaan adalah anugerah yang diberikan Allah pada orang yang menjaga hidupnya benar dengan cara mencintai dan mendalami firman Tuhan sehingga hidupnya senantiasa mendapatkan asupan makanan rohani dari firman itu. Bagai pohon yang selalu segar karena ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah dalam kehidupan sehari-hari.

Pemazmur senantiasa menaikkan pujian indah yang didasari oleh pengenalan akan Tuhan dalam kehidupan pribadi maupun dalam pengalaman hidupnya di tengah lingkungan sehari-hari. Mari renungkan, apakah dari dalam kehidupan kita telah keluar melodi dan pujian indah yang mencerminkan kehidupan orang yang mengenal Allah.

God Bless ^^
 

MELESAT BAGAI RAJAWALI


Pernahkah Anda terdiam merasakan betapa cepatnya rentetan peristiwa dalam kehidupan ini melaju dan betapa pesatnya waktu berlalu? Serasa perayaan tahun baru belum lama berlalu, tahu-tahu akhir tahun sudah kita jelang. Rasanya "baru kemarin" kita menggendong anak kita sewaktu bayi, kini ia sudah berlari. Masih terbayang kita bersekolah di suatu tempat, sekarang kita mengantar anak kita masuk sekolah yang sama. Yah, waktu berjalan begitu cepatnya.

Ketika berdialog dengan Tuhan, Ayub tiba pada titik ia tak sanggup berbicara apa-apa lagi, dan enggan berbantah, "Jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan" (ayat 37). Ia serasa tercekam oleh kebisuan. Mengapa? Tuhan baru saja memberinya "kuliah" tentang rahasia semesta, yang ditutup dengan topik tentang burung rajawali. Oleh kuasa dan perintah Tuhan, unggas ini bergerak demikian cepat. Dari utara ke selatan. Dari pucuk ketinggian ke dataran rendah menyergap mangsa. Dari tempat tersembunyi ke padang terbuka. Melesat serbacepat. Seperti itulah hidup ini dalam kendali Tuhan. Ayub terhenyak. Terdiam seribu bahasa.

Di pentas alam semesta, kita ada dalam gerakan mahacepat. Jika kita berada di garis khatulistiwa, kita berdiri di atas bumi yang berputar dengan kecepatan rotasi 1.669, 8 km/jam. Ada kalanya Tuhan mengizinkan kita menatap kenyataan dan merenungi laju kehidupan yang begitu cepat berlalu dan berubah. Untuk apa? Agar kita menyadari betapa besarnya Tuhan, sekaligus betapa kecilnya kita, ciptaan-Nya yang dari debu ini. Kita pun hanya bisa "membisu" dan larut dalam kagum, pasrah, sembah, sujud.

God Bless ^^
 

PADUAN SUARA


Paduan suara yang ideal setidaknya merupakan campuran dari 4 jenis suara: dua jenis suara perempuan, yaitu sopran dan alto; serta dua jenis suara laki-laki, yaitu tenor dan bas. Masing-masing jenis suara menyumbang nada yang saling menyempurnakan. Jika ada satu suara yang sumbang atau hilang, sebuah lagu tidak akan terdengar indah dan harmonis. Sementara, harmonisasi nada sangat diperlukan di paduan suara.

Jika masing-masing pribadi dalam tubuh Kristus ibarat masing-masing jenis suara itu, maka tidak mungkin salah satu suara dihilangkan. Bayangkan jika paduan suara terdiri dari suara alto saja atau tenor saja. "Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota" (ayat 14). Jemaat Korintus disadarkan bahwa mereka adalah satu tubuh di dalam Kristus. Setiap pribadi pasti dapat melengkapi pribadi yang lain dalam persekutuan orang percaya, ketika ia melakukan bagiannya.

Demikianlah setiap kita sekarang juga memiliki porsi serta kontribusi khusus dalam rencana Tuhan. Mungkin kita merasa sedikit berkontribusi, merasa bukan orang hebat. Namun, jangan kemudian tidak melakukan apa-apa. Harmonisasi tubuh Kristus tidak akan tercipta jika kita tidak melakukan tugas kita. Walau "hanya" dengan mencuci piring saat ada acara di gereja, menyiapkan tikar untuk latihan paduan suara, memberi penghiburan kepada orang yang putus asa. Semua itu bukan tindakan "hanya". Sebab jika dilakukan akan menciptakan harmonisasi kehidupan, seturut kehendak-Nya. Maka, mari lakukan apa yang mampu kita kerjakan demi melengkapi tubuh Kristus, serta memuliakan Tuhan.

God Bless ^^
 

03 July 2011

BERDOA BAGI INDONESIA



Di jejaring sosial Twitter, seseorang pernah menulis demikian: "Walau sering didiskriminasi, tetapi gereja mana pun selalu mendoakan Indonesia sebagai bagian dari doa syafaatnya." Kalimat ini kemudian disebarluaskan. Dari situ, banyak kesan yang muncul berisi pernyataan kekaguman. Ini membuat saya memikirkan dua hal. Pertama, doa kita bagi Indonesia ternyata menjadi kesaksian baik bagi orang yang belum percaya. Kedua, kesadaran bahwa dengan mendoakan Indonesia, kita sesungguhnya mencintai dan berusaha memajukan Indonesia. Inilah yang kita temukan dalam bacaan Alkitab hari ini.

Konteks perikop ini adalah ketika orang Israel sedang dalam masa pembuangan di Babel. Mereka frustrasi dan membenci kehidupan di tanah asing. Namun, Tuhan justru menyuruh mereka untuk berusaha memajukan dan mendoakan kota tempat tinggal mereka itu. Adalah menarik bahwa Tuhan menggandengkan kedua kata kerja ini mendoakan dan mengusahakan. Nyatanya, kedua hal ini berhubungan erat. Bahwa ketika kita mendoakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, maka kita pun akan tergerak untuk secara aktif mewujudkan doa-doa tersebut.

Pemikiran ini mengantar kita untuk berpikir; apakah kita sudah berusaha sebaik mungkin untuk membangun Indonesia secara aktif. Yakni menjadi jawaban dari doa kita sendiri. Memang doa juga adalah hal sangat baik yang bisa kita berikan bagi bangsa kita. Namun, kalau Tuhan menggerakkan kita untuk juga memberikan waktu, tenaga, uang, pemikiran, atau segala yang lain, jangan menolak panggilan-Nya itu.

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC