ShareThis

11 December 2010

Pengharapan

Ayat : Titus 2:11-13

Tahukah Anda apa persamaan antara orang Kristen dengan orang-orang yang ada di terminal, stasiun, pelabuhan, atau bandara? Semua orang yang berada di tempat-tempat itu sedang menanti sesuatu. Entah sedang menanti kendaraan yang akan membawa ke tempat tujuan atau menanti orang yang akan tiba di terminal tersebut. Demikian juga sifat dasar kehidupan orang Kristen di dunia ini. Kita seumpama orang-orang di terminal yang sedang menanti ketibaan kekasih hidup kita, Yesus Kristus. Penantian dan pengharapan berjumpa Kristus membuat kita secara sadar mengembangkan ciri hidup orang-orang dalam penantian. Kita tidak hidup seperti orang yang menjadikan dunia ini rumah abadi mereka. 

Dunia berdosa ini bukan tempat tinggal kita yang abadi. Sauh hidup kita adalah pengharapan berjumpa Kristus, yang telah menyelamatkan kita oleh kurban kasih-Nya yang mahal dan kasih-Nya itu telah menambat hati kita selama-lamanya. Sama seperti terminal akan segera ditinggalkan begitu yang dinanti-nanti tiba, demikian juga orang Kristen memperlakukan hidup dalam dunia ini. Ada dua aspek penting dalam penantian Kristen yang memengaruhi ciri kehidupan nyata sehari-harinya. Pertama, kesadaran tajam akan kesia-siaan dan kejahatan dunia yang hidup dalam cumbu rayu dosa. Kekasih jiwa kita sedemikian tak ternilai artinya dan Ia mengalahkan semua daya tarik dunia ini. Keselamatan dengan berbagai cicipan berarti di dalamnya seperti pengampunan, kedamaian, kesukaan, kekudusan, membuat semua yang memikat dalam dunia ini menjadi tidak berarti.

Kedua, penantian akan kedatangan Kristus membuat orang percaya rela menanggalkan hal-hal buruk dalam perilaku dan sifat dirinya. Bagaikan calon mempelai yang menjaga agar seluruh aspek dirinya kedapatan menyukakan calon pasangan hidupnya di hari pernikahan yang dinanti-nantikan, demikian juga sikap dan pilihan hidup orang Kristen.
Ketiga, inti dari semua penantian adalah Yesus Kristus yang sedang datang itu. Ia segala-galanya bagi orang percaya. Ia keselamatan, kekuatan, harta hidup tak ternilai, kesukaan, hikmat, kebenaran, segalanya untuk orang beriman. Ia kita rindukan.

God Bless ^^

Jangan sampai dihukum

Ayat : Ratapan 1

"Ah..." sebuah kata yang menandakan penyesalan membuka kitab ini dan memberi petunjuk tentang bagaimana seharusnya kita memahami kitab ini. Di dalam pasal 1 ada lima kali frase "keluh kesah" (atau secara harfiah "erangan, mengerang") digunakan (4, 8, 11, 21, 22). Sungguh tragis, ratu yang dulunya begitu terhormat (bnd. Yer. 2:2) kemudian jadi orang yang terbuang dan hina (kata "jajahan" di ayat 1 secara harfiah bisa diartikan sebagai budak/pekerja rodi).

Seluruh pasal 1 menggambarkan kondisi Israel yang dihukum Tuhan dengan tidak tanggung-tanggung. Ia bukan sekadar menelantarkan kondisi yang sudah baik, tetapi menunggangbalikkan setiap tatanan yang ada dan mengorek kehormatan Israel sampai ke akar-akarnya sebagaimana digambarkan dalam ayat 5, mereka yang dulu adalah musuh kini berkuasa atas Israel. Karena dosa Israel yang mengabaikan Tuhan dan tidak menghiraukan kekudusan-Nya, maka Tuhan menyerahkan Israel ke dalam aib yang memalukan.
Bangsa yang hidup dalam kekudusan semu, dengan nabi-nabi dan imam-imam yang bertindak sesuka hati, kini mendapati diri mereka berada di dalam kubangan kenajisan yang melekat pada diri mereka begitu rupa sehingga akal budi mereka pun tak kuasa menanggungnya (9). Beban itu begitu berat, seakan tak ada harapan atau masa depan bagi mereka.

Separuh dari pasal pertama (1-11) dituliskan oleh Yeremia dari sudut pandangnya sendiri sebagai orang pertama. Lalu bagian kedua (12-22) ditulis dengan personifikasi Yerusalem sebagai "aku". Api yang dikirim Tuhan hingga ke dalam tulang (13), kekuatan yang dihisap habis hingga melumpuhkan (14), dan kebinasaan yang ditimpakan kepada para pemimpin (19), mengingatkan kita bahwa ketika Tuhan memilih kita untuk menjadi umat-Nya, kita dituntut untuk hidup menurut standar Tuhan. Jika kita bermain mata dengan ketidakbenaran dan hidup dalam kekudusan semu, Ratapan 1 memperingatkan kita bahwa Dia tidak akan segan-segan menghajar kita demi kebaikan kita sendiri (bnd. Ibr. 12:10; Why. 3:19).

God Bless ^^

09 December 2010

Hukuman akibat dosa

Ayat : 2 Tawarikh 36:1-23

Raja demi raja silih berganti memerintah Yehuda. Mulai dari raja yang tidak peduli kepada Tuhan sampai raja yang melakukan reformasi untuk mengembalikan rakyat pada ibadah yang benar kepada Allah. Namun kisah raja yang benar ternyata berakhir pada Yosia, karena raja-raja yang bertakhta sesudah dia memiliki kisah hidup berbeda. 

Setelah mengalahkan Yosia di peperangan, Mesir mendominasi Yehuda. Maka meski rakyat ingin Yoahas yang jadi raja, karena dia anak Yosia, tetapi Nekho mengangkat Elyakim, saudara Yoahas. Yoahas sendiri ditawan ke Mesir.

Elyakim, yang berubah nama menjadi Yoyakim, juga memerintah tak sesuai kehendak Tuhan. Lalu Allah memakai Babel untuk menindak Elyakim dan menawan dia ke Babel. Bahkan beberapa perkakas Bait Allah juga dibawa ke Babel. Ini menunjukkan penghinaan Babel atas Yehuda.

Yoyakhin, yang menjadi raja menggantikan ayahnya, juga tak berbeda. Ia jahat di mata Tuhan hingga dideportasi ke Babel. Kemuliaan Yehuda makin surut dan barang-barang Bait Allah diambil oleh Babel.
Dalam zaman Zedekia, kehancuran Yehuda makin nyata. Ia memberontak terhadap Babel dan Allah (12-13). Berulang-ulang Allah ingin menyatakan firman-Nya, tetapi berulang-kali pula Yehuda menolak (14-16). Dalam gemas-Nya, Allah memakai orang Kasdim untuk menghukum mereka (17).

Namun kasih Allah tak berkesudahan. Sesudah genap masa penghukuman, Ia kembali menyatakan kasih karunia-Nya atas umat. Tuhan memakai Koresh, raja Persia, untuk memulangkan umat (22-23).
Akhir Kitab Tawarikh bukan memperlihatkan kegagalan manusia, melainkan kesetiaan dan kuasa Allah. Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk bergantung pada Allah saat kita harus menghadapi penguasa-penguasa dunia yang berusaha menunjukkan dominasinya atas kita. Ingatlah bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Ia berkuasa melakukan segala sesuatu untuk menyatakan kasih setia-Nya atas kita.

God Bless ^^

08 December 2010

Peka mendengar Tuhan

Ayat : 2 Tawarikh 35:1-27

Gerakan pembaruan yang dilakukan Yosia masih terus berlangsung. Seperti yang dilakukan Hizkia, Yosia memimpin umat untuk merayakan Paskah, suatu peringatan atas pembebasan Israel dari perbudakan Mesir. Perayaan Paskah yang dilakukan Yosia lebih besar daripada yang dilakukan Hizkia (18). Persembahan yang Yosia berikan juga lebih besar (bnd. 2Taw. 30:24). Dari detail yang tertulis, kita dapat melihat kesungguhan Yosia dalam memperhatikan umat agar dapat beribadah kepada Allah dengan benar.

Namun amat disayangkan karena awal hidup yang baik tidak diakhiri dengan baik pula. Yosia mengakhiri hidup secara tragis. Ia mati ketika menghadang Nekho, raja Mesir, yang akan maju berperang melawan Babel (20). Padahal saat itu ia atau Israel sama sekali tidak ada urusan dengan Mesir. Nekho telah memperingatkan Yosia untuk tidak ikut campur (21), dan Alkitab mencatat bahwa peringatan Nekho sesungguhnya merupakan pesan dari Allah sendiri (22). Namun Yosia bersikeras untuk berperang, meskipun untuk itu ia harus menyamar. Maka terjadilah, Yosia terkena serangan senjata musuh hingga ia kemudian mati sia-sia.

Dalam hal ini, Yosia tidak peka pada suara Tuhan. Rentetan tindakan ketaatan pada Allah melalui gerakan pembaruan yang telah dia lakukan, ternyata tidak membuat Yosia selalu waspada dan mempertanyakan kehendak Allah. Tidak mau dengar-dengaran serta ketidaktaatan telah menjadikan Yosia sebagai salah seorang raja yang memulai dan menjalani hidup dengan baik, tetapi kemudian mengakhirinya dengan kesalahan yang berujung pada maut.

Kita tentu tak mau memiliki akhir hidup yang sia-sia, seperti yang dialami Yosia. Kita pun tentu tak ingin menjalani hidup dalam kesia-siaan karena hidup tidak sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Maka jalan satu-satunya, belajarlah peka pada apa yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup kita. Selalulah tanyakan kehendak-Nya, jika kita ingin melakukan suatu tindakan atau mengambil suatu keputusan.

God Bless ^^

3 Cara Menghadapi Badai Kehidupan

“Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Markus 4:36-40

Kejadian yang dialami oleh murid-murid Yesus di atas merupakan gambaran mengenai badai yang sering kita alami dalam kehidupan kita. Dalam menyeberangi lautan kehidupan tidak selamanya kita menghadapi cuaca yang cerah. Ada kalanya badai datang menerpa hidup kita. Dan sebagaimana yang dialami oleh murid-murid Yesus, badai yang datang merupakan suatu hal yang dapat membuat kita semua gentar dan goyah dalam iman kita. Dari kisah di atas ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar kita tetap kuat dalam menghadapi badai kehidupan.

Berikut 3 cara untuk menghadapinya :

1. Datang pada Yesus

Ketika badai datang menerpa dan perahu mulai dimasuki air, hal yang pertama mereka lakukan bukanlah keluar dari perahu dan terjun ke air, tetapi mereka mencari Yesus!

Anda dapat bayangkan apa yang terjadi jika mereka keluar dari perahu? Begitu juga dengan hidup kita jika menghadapi suatu masalah. Kita tidak boleh lari atau meninggalkan masalah yang kita hadapi, karena jika demikian kita akan keluar dari rencana Allah. Cari Yesus untuk mendapat jawaban atas masalah kita. Datang pada Yesus. Jangan cari orang lain atau bahkan mencari pendeta untuk menyelesaikan masalah kita. Bukan berarti mencari pendeta itu salah, tetapi Tuhan menginginkan kita memprioritaskan Dia dalam kehidupan kita. Hanya Yesus yang sanggup memberikan jawaban. Dan Dia hanya sejauh doa. Datang padaNya, berdoa untuk masalah Anda.

Ketika murid-murid Yesus datang mencari Dia, kita melihat apa yang terjadi selanjutnya, Yesus mengambil alih seluruh keadaan yang terjadi. Hanya dengan sepatah kata saja, maka badai itu-pun reda.
Ketika kita datang mencari Yesus, Dia akan turun tangan mengambil alih seluruh masalah kita. Dia akan memberikan jalan keluar bagi kita.

2. Bangkitkan roh-mu

Badai yang menerpa perahu Yesus dan murid-muridNya membuat muridmuridNya
sangat ketakutan. Dalam Mazmur pasal 42 dan 43 juga menceritakan kondisi pemazmur yang sedang dalam keadaan yang sangat mencekam, dikejar-kejar oleh musuhnya, sama seperti badai yang menakutkan yang dialami murid-murid Yesus.

Pemazmur mengatakan kepada jiwanya untuk tidak gelisah dan berharap kepada Allah (Maz 42:6, 42:12, 43:5). Dalam 2 Kor 4:16 Rasul Paulus juga menyatakan bahwa kita ini terdiri dari manusia lahiriah dan manusia batiniah. Dan Paulus juga menyatakan bahwa meskipun manusia lahiriahnya merosot, manusia batiniah-nya semakin dibaharui dari hari ke hari.
Manusia batiniah/roh kita harus senantiasa lebih kuat dibanding manusia jasmani kita. Roh kita harus juga lebih kuat dibanding dengan jiwa kita. Jiwa manusia yang terdiri dari pikiran, perasaan dan kehendak, mudah sekali terpengaruh oleh keadaan sekitar. Ketika masalah dan problema datang, jiwa manusia akan berusaha mencari jalan keluar untuk masalah tersebut. Tetapi ketika masalah begitu berat dan tidak dapat menemukan jalan keluar, maka jiwa manusia dapat terganggu, manusia menjadi kuatir, takut, stress, dan lain-lain.

Sebagai umat Tuhan, kita harus senantiasa membangun manusia roh kita, yaitu dengan membaca firmanNya, rajin berdoa, ikut persekutuan dan lainlain. Dengan membangkitkan roh kita, maka secara tidak langsung roh kita yang kuat akan mempengaruhi jiwa kita. Sehingga seperti yang pemazmur katakan kepada jiwanya untuk berharap pada Allah, maka roh kita pun juga akan berbuat demikian juga.

Ketika masalah datang dengan begitu bertubi-tubi, maka yang harus kita lakukan adalah membangkitkan roh kita agar dapat menghadapi masalah dengan hati yang kuat.

3. Gali potensi diri

Murid-murid Yesus mempunyai potensi yang luar biasa. Kita lihat dalam Kisah Para Rasul bagaimana mereka “menjungkir-balikkan” dunia ini dengan kuasa dan mujizat Allah. Itu terjadi ketika kuasa Roh Kudus telah turun ke atas mereka (Kis 1:8).
Ketika badai menerpa perahu mereka pada saat itu, Yesus bertanya kepada murid-muridNya: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mrk 4: 40. Yesus mencoba membantu murid-muridNya
untuk mengenali potensi yang sebenarnya ada dalam diri mereka. Yesus tahu bahwa murid-muridNya sanggup untuk menghadapi masalah seberat apapun. Dan bahkan mereka mampu memiliki iman yang mengalahkan dunia.

Kuasa yang sama yang turun ke atas murid-murid Yesus juga telah dicurahkan bagi setiap kita yang percaya kepadaNya. Dan Tuhan mau agar kita semua menyadari bahwa ada potensi yang luar biasa yang ada dalam setiap umatNya. Mungkin saat ini kita tidak menyadari potensi tersebut. Tetapi ketika kita mencoba mengenali potensi diri kita dan kita menggali potensi tersebut, maka kita akan melihat bahwa Tuhan sedang memproses dan ingin memakai diri kita dengan luar biasa.

Anda pasti tahu bahwa sebuah batu berlian yang indah dan mahal harganya adalah dibentuk dan diproses dari sebuah batu yang terpendam yang pada mulanya tidak memiliki nilai dan bahkan jauh dari indah. Demikian juga dengan kita semua, kita semua bagaikan berlian yang ketika digali dan diproses akan menjadi individu yang memiliki potensi yang luar biasa. Tanpa disadari kita akan melakukan perbuatan-perbuatan yang lebih besar dari yang pernah Dia lakukan (Yoh 14:12).

Masalah apapun yang kita hadapi, biarlah itu menjadi pemicu bagi hidup kita, bahwa Tuhan ingin agar kita dapat mengembangkan kapasitas hidup kita. Dia ingin agar kita dapat menjadi individu yang lebih tangguh untuk melakukan rencanaNya yang besar dalam hidup kita.

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” 1 Kor 10:13

Source : http://www.pelitahidup.com/

07 December 2010

Gunakan waktu sebaik-baiknya !!!

Ayat : Efesus 5:1-21

Ayat emas : Efesus 5:16  = “Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”

Fren, kalian pernah nggak ngitung waktu yang kalian habiskan buat doa, main game, baca Firman Tuhan, nonton TV, ke gereja, makan dll? Kalo gak pernah yauk kita buat jadwal kegiatan sehari-hari.

Bagaimana hasilnya? Di aktivitas apakah waktu kalian banyak dihabiskan? Nonton TV, ke mall, Baca Alkitab, ke gereja, bermain atau yang lain? Hehe, pasti gak Cuma kalian kok yang gitu, sebagian besar remaja kayak kita pasti ngerasa salah karena pembagian waktu ini. Tapi kita jangan Cuma ngerasa takut tapi nggak melakukan apa-apa untuk merubahnya. Apalagi ayat ini memperingatkan kita emang kenyataannya jaman dimana kita hidup sekarang ini sudah rusak plus penuh dengan kejahatan. Kelihatannya emang menyenangkan, padahal isinya dan latar belakangnya dimanfaatkan iblis untuk menjerat kita.

Jadi kesimpulannya, kita harus bisa bedain mana yang baik dan mana yang nggak baik buat diri kita, supaya kita juga bisa mempergunakan waktu kita dengan sebaik-baiknya.

God Bless ^^

Mulutmu, Harimaumu

Ayat : 2 Raja-Raja 2:23-25

Ayat emas : Amsal 26:19  = “Demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata: Aku hanya bersenda gurau.”

Maksud hati hanya ingin menegur sapa, tapi siapa sangka apa yang dikatakannya malah menyebabkan dia meninggal. Begini ceritanya, seorang bapak berjalan ke arah belakang rumahnya. Tampak di belakang rumah itu seorang pemuda, tetangga bapak itu sedang memotong pohon bambu dengan golok yang biasa dia gunakan. Entah kenapa bapak itu berkata dengan nada tinggi, “Hei!! apa liat-liat, nantang aku ya?? Matamu itu ngapain liat aku terus?!” Pemuda itu kebingungan karena dia tidak melakukan seperti apa yang diucapkan bapak itu. Ia memang sempat melihat ke arah bapak itu dan memberikan sedikit senyuman sebagai tanda sapaan aja. Bapak itu berkata lagi, “Pake senyum-senyum lagi, emangnya kamu menghina aku mentang-mentang masih muda menjelek-jelekan yang tua, gitu…!!!” Pemuda itu lalu berkata, “Maksud bapak itu apa sih, orang nggak ngapa-ngapain kog??” Bapak itu nggak mau kalah, akhirnya terjadi perang mulut diantara keduanya. Pemuda itu terbawa emosi, dan seketika itu juga dia menebaskan goloknya ke bapak itu. Tragis benar, bapak itu tewas seketika.

Mungkin nggak cuma dari kasus ini kita bisa belajar tentang mulut. Kadang kita merasa ucapan kita cuma senda gurau aja, nggak ada maksud hati melukai orang lain, atau mungkin temen kita nggak bakalan marah karena sudah terbiasa dengan ucapan kamu itu. Yang namanya hati orang siapa yang tahu, kalau hati orang lain nggak enak terus kamu omongin yang “senda gurau” menurutmu itu, ya pantas aja kalau orang lain naik pitam juga khan??

Fren, dari renungan ini kamu sudah belajar sesuatu yang sangat berharga bukan?! Belajarlah menguasai lidah dan jangan asal bersenda gurau.

God Bless ^^

Sombong

Ayat emas : Amsal 18:2  = “Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.”

Fren, apakah kalian mempunyai temen yang menurut kalian tuh anaknya sombong banget? Mungkin di sekolah atau di tempat kursus kalian? Ada? Emang sih yang namanya kesombongan itu mudah dijumpai di mana saja karena sifat itu memang mudah muncul. Kalau seseorang punya sesuatu yang lebih, dimana orang lain tidak memiliki apa yang ia miliki maka ia akan mudah sekali untuk menjadi sombong. Kelebihan itu seperti kepandaian, kekayaan, wajah cakep, dll. Kenapa sih punya kelebihan menjadikan orang sombong? Karena memandang orang lain lebih rendah daripada dirinya. Ia merasa dirinya lebih keren, lebih hebat daripada orang lain. Ia merasa keberhasilan ataupun kelebihan yang ia miliki adalah berkat dari kemampuan dan kekuatannya sendiri, bukan merupakan anugrah Tuhan.

Fren, Tuhan benci banget dengan orang sombong bahkan Tuhan bilang kalau orang yang sombong itu akan direndahkan. Nggak cuma Tuhan aja yang nggak suka, temen-temen juga akan menjauhi kita kalau kita sombong. Di mata Tuhan semua anak-Nya tuh sama, Ia nggak pandang warna kulit kita, Ia nggak lihat tabungan ortu kita di bank (Ia jauh lebih kaya), Ia nggak lihat kecakepan muka kita (Toh Ia yang menciptakan kita). Semua yang kita miliki itu nggak akan bersifat kekal. Jadi apa yang mesti kita sombongin? Karena itu kita harus rendah hati, Fren. Semua keberhasilan yang kita raih itu adalah berkat anugrah Tuhan dan kelebihan yang kita punya adalah kepercayaan yang diberikan Tuhan kepada kita untuk dikembangkan.

God Bless ^^

Best Friend

Ayat : Amsal 17

Ayat emas : Amsal 17:17  = “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

Ada 2 orang yang berteman karena mereka sama-sama orang asing dikelasnya, yang 1 orang Afrika dan yang lainnya orang Australia. Berbeda banget kan warna kulitnya, tapi aslinya mereka itu baik dan bisa berteman. Tapi sayangnya beberapa waktu kemudian, mereka tidak berteman lagi karena dihasut oleh teman yang lain yang iri dengan kebersaman mereka. Si Ausi jadi menjelek-jelekan si Afro, dibilang itamlah, rambut kruwel lah dan sebagainya. Nah si Afro gak mau kalah, dia bilang si Ausi kulit pucat dan lainnya. Teman yang lain pada bersorak melihat 2 orang sahabat ini jadi bertengkar.

Jahat bukan? Tapi seberapa sering kita jadi gak suka sama temen kita, karena dihasut oleh orang lain. Kenapa kita lebih percaya pada orang lain daripada sama teman baik kita sendiri. Misalnya, ada yang bilang eh, kamu dihina loh sama temanmu sendiri, kenapa kita langsung percaya dan marah sama teman kita. Kenapa kita tidak bertanya dulu? Klarifikasi?

Ada teman yang memang lebih dekat daripada saudara dan jika sudah mendapatkan mereka, apakah kita mau membuangnya hanya karena kata-kata orang? Belum tentu apa yang dikatakan orang itu benar. Yang jelas, kalau kita udah menemukan teman yang cocok di hati kita dan benar-benar lebih dari saudara kita harus mempertahankannya karena ia lebih berharga dari batangan emas dan karena mereka jarang ada! Bukan berarti kita membatasi pergaulan sahabat kita, boleh donk punya banyak teman kamu pun bisa bergaul dengan siapapun yang kamu mau, tapi bagilah hidupmu dan hatimu kepada sahabatmu!

God Bless ^^

Tiada Yang Tidak Mungkin

Ayat : Markus 9:14-29
Ayat emas : Markus 9:23b = “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya.”
Pada suatu siang di desa terpencil, seorang guru meminta murid-muridnya menuliskan mimpi mereka. Semua anak menuliskan mimpi mereka dan membacakannya di depan kelas. Tiba saatmnya seorang anak bernama Rini maju ke depan. “ Saya bermimpi dapat menempuh pendidikan tinggi, menjadi seorang usahawan wanita yang kaya dan saya ingin mempermudah cara hidup penduduk di desa ini. Seperti yang ibu guru katakana, di luar desa kami kehidupan terasa lebih praktis dan enuh dengan hal-hal modern.” Kemudian ibu guru tersebut berkata, “mimpimu terlalu jauh, itu hanya sebuah angan-angan yang sulit tercapai. Apa yang kamu inginkan itu membutuhkan biaya yang besar. Untuk keluar dari desa ini saja sulit, apalagi mau tinggal di kota dan segala macamnya. Ingat, orangtuamu tidak punya cukup biaya untuk itu. Besok ganti saja karanganmu dengan sesuatu yang lebih mungkin terjadi, kalau tidak saya tidak mau menilai karanganmu.”
Tetapi keesokan harinya Rini tetap bersikeras mempertahankan mimpinya dan sesuai janjinya ibu guru itu tidak memberikan nilai. Bertahun-tahun kemudian, ada keramaian datang di desa itu, mobil-mobil berdatangan dan mereka memasang listrik, telepon, membangun akses yang lebih mudah. Ibu guru yang dulu mengajar Rini, mengajar anak didiknya untuk melihat-lihat ke lokasi. Dan betapa terkejutnya ia saat bertemu dengan Rini yang berpenampilan modern dan ternyata Rini lah yang mendanai semua itu. Mimpinya terwujud.
Fren, ada kalanya Tuhan meletakkan mimpi di dalam hati kita, meskipun itu sulit untuk tercapai. Tetapi ingatlah bahwa bersama Tuhan, segala sesuatu mungkin. Jangan sampai kita menjadi seperti guru tersebut yang merendahkan mimpi orang lain atau mimpi kita sendiri. Selain itu yang perlu diingat adalah semua hal yang mustahil menjadi mungkin bila kita percaya kepada Tuhan dan menaruh iman pengharapan kita kepada Dia.
God Bless ^^ 

Milik Siapa Kamu ?

Ayat : Matius 24:29-36

Ayat emas : 2 Korintus 11:14 = “Hal itu tidak usah mengherankan, sebab iblispun menyamar sebagai malaikat Terang”

Suatu ketika aku bermimpi berada di peralihan tahun 2009 ke 2010. Dalam mimpi itu aku bercakap-cakap dengan seorang wanita cantik. Wanita itu berkata, “Kamu harus siap-siap lho!”. “oh, iya dong..pasti!!”, jawabku. “Kamu harus banyak berdoa, banyak baca Firman Tuhan loh!. Tegasnya lagi. “oh ya, tentu..” jawabku lagi. Tapi kenapa hatiku agak gelisah ya.. Wanita itu bekata lagi, “tahun depan Ia pasti datang.” Itu berarti tahun 2010 Tuhan Yesus dating dong, aku mulai berpikir dan curiga siapa wanita itu sebenarnya?? Tiba-tiba dalam hatiku ada suara yang sangat jelas. “Enggak ada seorangpun yang tahu!!!” Aku langsung mengerti dan teringat akan FirmanNya, bahwa kedatanganNya yang kedua kali tak seorangpun yang tahu. Langsung aku berkata, “Siapa kamu!!” Wanita itu langsung menatapku tajam, matanya penuh amarah. Itu setan yang mau menipu aku. Aku berteriak “Darah Yesus!!” Seketika itu juga aku bangun dan berdoa.

Dari mimpi itu aku mendapat pelajaran yang sangat berharga. Pertama, dekat sama Tuhan Yesus dan merenungkan FirmanNya setiap hari membuat kita semakin mengerti yang berasal dari kebenaranNya dan mana yang bukan sekalipun keliatannya rohani. Kedua, iblis bisa menipu kita dengan penampilannya itu. Keliatannya sebagai malaikat terang yang member tahukan kebenaran tapi nyatanya membuat kita hancur dan binasa.

Fren, mendekatlah kepada Tuhan Yesus karena kedatanganNya sudah sangat dekat walaupun kita nggak tahu kapan waktunya dan supaya kita nggak bakalan tertipu oleh muslihat iblis.

God Bless ^^

Criticism

Ayat : Amsal 15:31-32
Ayat emas : Amsal 15:32b = “Tetapi siapa yang mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.”
Rasanya kok nggak enak banget ya kalo ada orang yang ngasih tahu kita tentang apa yang perlu kita ubah dari diri kita, betul? Apalagi kalo saran itu bertubi-tubi. Misalnya nih, Bu Guru di sekolah tiba-tiba manggil dan mencecar bahwa tugas yang kita buat hampir semuanya salah. Kita langsung sebel soalnya kita merasa bahwa kita udah susah-susah ngerjain sampai larut malam, tapi masih juga dibilang banyak salah. Belum juga sempat menarik napas, sesampai di rumah, mama langsung negur supaya kita bersihin kamar, “Ayo berubah, jangan malas merapikan gitu, belajar rapi dikit, kenapa?
Fren, saat ada orang yang nunjukin kelemahan kita, emang rasanya nggak menyenangkan soalnya pada dasarnya manusia tuh lebih suka dipuji ketimbang dikritik. Tapi, daripada kita tersinggung lalu marah-marah akibat kritikan tadi, mendingan kita anggap itu sebuah kesempatan untuk menjadi orang yang lebih baik. Kritikan bisa buat kita jadi lebih bijaksana dan dengan hikmat, hidup kita bakal lebih ceria, sukacita dan menyenangkan.
Kalau dalam terjemahan New Living, ayat di atas berbunyi begini: “Jika kamu mendengarkan kritik yang membangun, kamu akan tinggal di tengah orang bijak” (ayat 31) dan jika kamu menolak kritikan, kamu hanya merugikan dirimu sendiri: tapi jika kamu mendengar koreksi, kamu bertumbuh di dalam pengertian.” (ayat 32). So, mulai sekarang kita harus siap menerima kritikan, coz itu juga demi kebaikan kita sendiri, setuju!
God Bless ^^

06 December 2010

Awal sama, akhir beda

Ayat : 2 Tawarikh 33:1-25

Dalam sistem monarki, jika sang raja meninggal dunia maka putra mahkota akan segera naik takhta untuk menggantikan raja. Bacaan Alkitab hari ini menampilkan dua orang putra mahkota yang kemudian menjadi raja menggantikan ayah mereka. Manasye harus naik takhta saat ia masih berumur dua belas tahun (1). Sementara Amon menjadi raja saat ia berusia dua puluh dua tahun (21).

Manasye, anak raja Hizkia, menyimpang dari jejak ayahnya yang setia kepada Allah Israel (2). Kejahatan Manasye dimulai dengan membangkitkan kembali penyembahan kepada Asyera dan Baal (3). Deretan kejahatannya memperlihatkan hidup yang berseberangan dengan firman Allah (6-7). Sungguh celaka bangsa yang dipimpin penguasa yang tak takut pada hukum Tuhan, seperti Manasye. Ia menyesatkan bangsanya hingga melebihi kesesatan bangsa-bangsa yang pernah menjadi musuh mereka. Firman Tuhan pun tidak dihiraukan (10). Namun Tuhan tidak mendiamkan kejahatan umat meraja lela. Bila firman tidak diperhatikan, teguran dahsyat pun diarahkan. Manasye kemudian ditundukkan oleh panglima Asyur dan dibawa ke Babel (11). Betapa memalukan, seorang raja ditawan di negeri musuh. Ini membuat Manasye merendahkan diri di hadapan Tuhan, dan Tuhan yang penuh kasih bersedia memulihkan dia. Hidupnya pun kemudian mengalami perubahan.

Amon ternyata lebih jahat daripada Manasye (23). Ia menyembah berhala (22), tetapi tidak pernah bertobat. Hidupnya pun berakhir tragis. Amon tidak belajar dari pengalaman hidup ayah dan kakeknya.
Manasye dan Amon sama-sama mengawali hidup sebagai orang yang tidak menyukakan hati Tuhan. Namun respons terhadap Tuhan kemudian membedakan akhir hidup mereka. Bagaimana dengan Anda? Akhir hidup seperti apakah yang Anda inginkan? Bila Anda ingin mengakhiri hidup sebagai orang yang diperkenan Tuhan, hiduplah menurut kehendak-Nya dan alami kehidupan yang menyukakan Dia. Mau?

God Bless ^^

05 December 2010

Jangan sombong

Ayat : 2 Tawarikh 32:24-33

Ujian iman dapat menarik keluar semua karakter asli dalam diri seseorang. Tak ada topeng yang dapat menutup-nutupi isi hati yang sesungguhnya ketika orang bereaksi spontan terhadap ujian yang harus dia hadapi.

Hizkia telah melakukan reformasi dalam hal peribadatan di rumah Allah. Ia juga menunjukkan kepercayaan kepada Allah saat harus menghadapi Sanherib, raja Asyur. Namun kelemahan datang memunculkan diri tanpa disadari. Hizkia jadi angkuh dan tidak berterima kasih atas kebaikan yang dia terima. Maka Tuhan menjatuhkan murka-Nya (25). Namun Hizkia kemudian menyadari dosanya. Sebagai tindakan pertobatan, ia merendahkan diri di hadapan Tuhan, bersama penduduk Yerusalem (26). Murka Tuhan lalu surut.

Batu uji selanjutnya datang ketika raja-raja Babel datang mengunjungi Hizkia. Kitab 2 Tawarikh memang tidak memaparkan apa yang terjadi sesungguhnya. Namun dari kitab 2 Raja-raja kita menemukan bahwa saat itu Hizkia memamerkan kekayaannya kepada raja-raja asing tersebut (2Raj. 20: 12-21). Yang menarik, disebutkan bahwa waktu itu Allah membiarkan Hizkia bertindak sendiri, agar Dia dapat menguji kedalaman hati Hizkia (31). Sayangnya Hizkia tak lulus ujian. Pamer kekayaan itu tidak melahirkan kebanggaan Hizkia akan Allah. Yang muncul justru kesombongan, seolah dialah pemilik semua kekayaan itu. Raja, yang telah memimpin rakyatnya kembali kepada pembaruan iman, ternyata menjadi lemah iman karena kesuksesan yang dia raih. Di puncak keberhasilannya sebagai seorang raja, ia tergelincir justru karena keberhasilannya itu. Ini menjadi peringatan bagi kita.

Kesombongan adalah sikap yang muncul dari anggapan bahwa kesuksesan dan kekayaan diraih karena kemampuan kita, bukan karena anugerah dan campur tangan Allah. Kita dapat disebut sombong bila sudah merasa diri "lebih" bila dibandingkan orang lain. Maka mari menyelisik ke dalam hati kita, adakah benih-benih kesombongan mulai tersemai di dalamnya? Jika ya, mohonlah pengampunan Allah.

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC