ShareThis

11 May 2011

Launching Army Of God Jakarta



Don't forget to come in Army of God.

God Bless You

BALOK DI MATAMU

Ayat : Matius 7:1-5 

Seorang buta dan seorang juling sedang bertengkar. "Ayo kita berkelahi di lapangan, siapa menang, dia yang benar, " kata si buta. Si juling menjawab, "Siapa takut?" Ketika mereka sampai di lapangan, si buta berteriak: "Hei pengecut, jangan sembunyi di tempat gelap, hadapi aku." Tapi si juling segera menyahut, "Kau yang pengecut, kenapa kau membawa teman? Kalau kau lelaki sejati, majulah satu lawan satu." Padahal, tidak ada orang lain kecuali mereka berdua. Si buta menganggap si juling bersembunyi, sedang si juling melihat seolah-olah ada dua lawan di hadapannya, padahal tidak.

Dalam kehidupan, kita bisa mengalami dan menyaksikan hal konyol semacam ini. Orang munafik bisa selalu menemukan kelemahan dan ketidakberesan orang lain. Sedangkan kesalahan dan kedegilan hatinya sendiri yang lebih besar tak mampu dikenalinya. Kita akan merasa tidak nyaman jika dekat dengan orang seperti ini. Sebab ia bisa menemukan hal-hal yang dianggapnya tidak beres, tetapi tidak mampu dan tidak mau mengakui kelemahannya sendiri. Bagaimana menghadapi orang seperti ini? Apakah dengan menjauhinya, sebab mengurus orang seperti ini hanya menguras energi?

Stop, jangan tergesa bertindak demikian. Sebab, jangan-jangan kita sendiri orang munafik itu. Perhatikan ayat 5, "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan serpihan kayu itu dari mata saudaramu." Artinya, setelah memeriksa diri sendiri, barulah kita dimampukan menolong orang lain yang punya kesalahan, sebagai saudara. Caranya? Dengan kasih, dan tidak menghakimi.

God Bless ^^

YAKIN WALAU SENDIRI


Pertarungan antara satu orang versus empat ratus lima puluh orang hendak digelar-untuk memenangkan hati sebuah bangsa. Sangat tidak imbang. Di atas kertas, yang satu orang tentu tak berdaya. Apalagi, bangsa yang diperebutkan sudah cenderung berpihak pada yang mayoritas.

Begitulah ketika Elia menantang 450 nabi Baal di gunung Karmel, untuk menunjukkan di hadapan bangsa Israel, siapa Tuhan. Apakah Baal, atau Allah Israel. Mereka sepakat mempersiapkan korban bakaran tanpa api, lalu masing-masing akan meminta api kepada kuasa yang mereka percayai sebagai Tuhan (ayat 23, 24). Sejak pagi, para nabi Baal mulai meminta api kepada allah mereka. Namun sampai petang, bahkan sampai mereka melukai diri "... tidak ada suara, tidak ada yang menjawab ..." (ayat 26).

Lalu ketika tiba giliran Elia, ia maju dengan keyakinan penuh. Walau sendirian, ia tahu Tuhannya hidup. Ia percaya Tuhannya adalah Tuhan yang benar. Ia tak ragu sedikit pun Tuhannya dahsyat. Itu sebabnya ia bahkan meminta orang menyiram potongan lembu korbannya dengan air-12 buyung penuh (ayat 34)! Dan, ia hanya perlu berdoa dengan lembut. Maka, Tuhannya yang hidup mendengar dan menjawab doanya dengan ajaib (ayat 38). Hingga seluruh Israel kembali sujud kepada Tuhan.

Keyakinan Elia kepada Tuhan tak digoyahkan oleh sedikitnya pendukung yang berpihak kepadanya. Tak dilemahkan oleh ancaman maupun tantangan yang menghadang. Keyakinan seper-ti ini dapat kita miliki juga bila jika mau terus bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Tuhan. Dengan terus setia mempelajari firman-Nya. Dan, dengan terus melibatkan Tuhan ketika menjalani hidup ini.

God Bless ^^

BERBUAH!


Apa yang paling dinanti-nantikan oleh seorang pengusaha kebun anggur? Buah! Tak ada yang lain! Tidak ada pengusaha yang menanam anggur hanya sebagai tanaman hias. Pengusaha tidak mengharap tanaman anggurnya berdaun lebat, beranting banyak dan memiliki bentuk indah, tetapi tidak berbuah. Yesus berkata berulang kali bahwa Dia adalah pokok anggur dan kita ini carang-carang-Nya. Pengusaha kebun anggur-yakni Bapa di surga-hanya mencari satu hal yang terpenting dari hidup kita, yakni kehidupan yang berbuah! Sebagai carang dan menjadi bagian dari tanaman anggur, kita dituntut untuk berbuah.

Sayangnya, kita kerap tidak berorientasi pada kekristenan yang menghasilkan buah. Kita lebih suka menciptakan tanaman anggur yang memiliki bentuk indah, layaknya tanaman hias. Kerajinan kita di gereja bisa membuat banyak orang kagum. Pelayanan kita di gereja juga bisa membuat banyak orang salut. Belum lagi bahasa rohani yang kita pakai-sangat alkitabiah. Sungguh, tanaman anggur yang tampak indah. Berdaun lebat dan memiliki penampilan yang mem-banggakan! Sayang, tanaman anggur yang indah belum tentu menghasilkan buah.

Dengan kekristenan seperti ini, sia-sia seseorang mengikut Yesus. Tuhan lebih memperhatikan, adakah kita selama menjadi pengikut-Nya, menghasilkan buah? Adakah mulut dan sikap kita sehari-hari memuliakan Tuhan dan memberkati sesama? Adakah hidup kita menjadi kesaksian nyata berjalan bersama Kristus? Adakah jiwa-jiwa yang kita bimbing dengan kasih untuk mengenal dan setia kepada Kristus?

God Bless ^^

MASIH INGIN LEBIH


Sebuah dongeng. Seorang pemburu telah berjasa menyelamatkan kuda kesayangan Raja dari terkaman harimau. Sebagai hadiah, raja memberikan kepadanya hadiah berupa tanah, seluas yang bisa ia kelilingi dengan berlari dalam tiga hari. Maka, bergegaslah sang pemburu berlari. Siang malam ia berlari tiada henti, demi mendapat tanah seluas-luasnya. Tidak peduli lapar dan haus, hujan dan terik matahari. Rasanya masih kurang luas, masih kurang luas. Sampai akhirnya tibalah hari ketiga, sang pemburu jatuh tersungkur lalu mati karena kelelahan.

Begitulah kita kalau terjebak dalam ambisi yang tanpa batas. Kita dipacu untuk terus bekerja dengan teramat keras. Kita didorong untuk menumpuk harta benda dengan tidak kenal lelah, tidak kenal henti. Sampai-sampai bisa lupa keluarga, lupa kesehatan, bahkan juga lupa Tuhan. Seperti si pemburu yang terus berlari dan berlari demi memenuhi ambisi mendapatkan tanah seluas-luasnya. Sudah mendapat banyak, tetapi masih ingin lebih banyak lagi. Ketika tiba di pengujung jalan, kita baru tersadar betapa sia-sianya semua itu. Namun, sudah terlambat.

Itu pula pesan yang disampaikan Tuhan Yesus dalam perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh. Bahwa harta kekayaan sebesar apa pun tidaklah bisa kita jadikan sebagai sandaran hidup sepenuhnya dan seutuhnya. Sebab Tuhan bisa memanggil kita kapan saja. Apabila saat itu tiba, selesai jugalah segala urusan kita dengan harta benda di dunia ini. Maka, penting sekali untuk kita tidak membiarkan diri terjebak dalam pementingan harta benda yang berlebihan.

God Bless ^^

BUNGA ATAU KAKTUS?


Seorang anak meminta kepada ayahnya sebuah bunga cantik untuk menghias taman di depan rumahnya. Namun, betapa kecewanya ia, sebab sang ayah malah memberinya kaktus yang berduri, bukan bunga cantik. Bentuknya tak menarik, bahkan duri di seluruh permukaannya bisa mudah melukai. Walau demikian, karena kasihnya pada sang ayah, anak itu tetap menerimanya. Ia memelihara kaktus itu. Setelah beberapa waktu, muncul sepucuk bunga mungil nan cantik di ujung kaktusnya. Ia tak menyangka bahwa dengan bersabar, ia kini mendapati keindahan bunga yang diidamkannya.

Ketika kita memanjatkan doa kepada Allah, terkadang kita juga mendapat jawaban doa yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Bisa jadi jawaban doa yang kita terima justru sangat berbeda dengan apa yang kita pikir akan kita peroleh. Bahkan, Tuhan sepertinya malah memberi kita hal yang sulit atau buruk di mata kita. Ketika menerimanya, kita bisa jadi merasa sangat kecewa. Akan tetapi, dalam bacaan Alkitab kita hari ini, pemazmur mengingatkan: asal tak ada niat jahat di hati kita (ayat 18), Allah memperhatikan (ayat 19) dan tidak menolak doa kita (ayat 20), sekalipun jawaban yang kita terima berbeda.

Yang perlu kita yakini adalah, Tuhan tidak pernah salah menjawab doa kita. Meski kadang Tuhan mengabulkan doa dan permohonan kita dengan cara yang unik, atau tidak serta-merta menjawab doa dan mengabulkan permintaan kita. Kita perlu percaya Dia tidak akan memberi hal buruk kepada kita. Jika jalan-Nya berbeda, Dia selalu punya tujuan yang lebih baik. Setiap perkara yang dipercayakan kepada kita, adalah jembatan menuju berkat dan sukacita Allah.

God Bless ^^

JOSEF FRITZL


Josef Fritzl, seorang pria Austria berumur 73 tahun, tiba-tiba membuat heboh warga sedunia pada April 2008 yang lalu. Mengapa? Sebab pada saat itu baru diketahui bahwa selama hampir 24 tahun, ia telah menyekap dan menganiaya anaknya sendiri, Elisabeth Fritzl, di ruang ba-wah tanah rumahnya. Sebuah kekejaman yang tak terbayangkan dan membuat semua orang bergidik. Seorang ayah yang semestinya menjadi pelindung anak-anaknya, justru menjadi pemangsa yang buas. Mengerikan!

Dalam skala dan bentuk berbeda, pemimpin Israel pada zaman Yehezkiel juga melakukan hal serupa. Mereka yang seharusnya menjaga umat Israel, seperti gembala merawat domba-dombanya, justru memangsa orang-orang yang dipimpinnya (ayat 3, 4). Rakyat diperas dan dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan pribadi dan para pemimpin (ayat 8). Tuhan pun murka kepada mereka. Dan, melalui Yehezkiel, Tuhan menyatakan penghukuman-Nya (ayat 10).

Dalam kapasitas kita masing-masing, selalu ada orang yang Tuhan tempatkan untuk kita pimpin. Mungkin di masyarakat, di tempat kerja, di gereja, di organisasi, di rumah, dan sebagainya. Kewajiban kita adalah menjaga mereka dengan penuh tanggung jawab dan kepedulian. Juga, menjaga diri supaya tidak terjebak memanfaatkan mereka untuk kepentingan pribadi. Sebaliknya, kalau perlu mengorbankan diri untuk mereka.
Di sisi lain, kalau kita menjadi yang dipimpin, adalah tugas kita untuk menjaga agar pemimpin kita tidak menjadi salah arah. Dengan tidak memberi mereka kuasa tak terbatas dan memakai jalur-jalur pengawasan untuk ikut aktif menjagai mereka

God Bless ^^

BAU KOTORAN TERNAK

Ayat : Amos 4:7-13 

Ada pengamatan menarik ketika saya dan istri berkunjung ke Pulau Lombok. Di salah satu desa, pada waktu-waktu tertentu, ada kebiasaan penduduk untuk melaburi lantai rumahnya yang dari tanah dengan kotoran ternak. Wah, pasti bau! Iya, tetapi itu bau yang sengaja diciptakan. Maksudnya agar mereka selalu ingat bahwa kehidupan mereka dibangun atas dasar kerja keras; yaitu beternak sebagai pekerjaan sehari-hari. Bau itu dimaksudkan sebagai penggugah kesadaran.

Amos adalah petani dan peternak dari dusun Tekoa (Amos 1:1). Nabi yang akrab dengan hewan dan tanah. Rupa, kondisi dan bau tanah dikenalnya dengan baik. Pesan kenabiannya kerap dikemas dalam bentuk seruan dan ajakan untuk mencermati gejala-gejala alam. Termasuk bencana alam (Amos 4:7, 8), yang pada gilirannya menghadirkan hama dan penyakit, baik atas tanaman maupun manusia (ayat 9, 10). Semua prahara alam yang membuat perkemahan tempat hunian orang Israel menjadi jorok dan berbau busuk, seharusnya menggugah kesadaran umat untuk "berbalik" atau bertobat. Sayang, Israel tak kunjung tergugah kesadarannya.

Kerinduan Tuhan untuk menyapa kita sungguh luar biasa. Selain melalui firman-Nya, segala jalan ditempuh-Nya untuk menggugah kesadaran kita akan kehadiran-Nya. Segala sarana dipakai-Nya untuk berbicara kepada kita. Bukan hanya melalui kejadian sehari-hari, melainkan juga melalui pancaindra kita. Apa yang kita lihat, dengar, rasa, raba, dan cium, dapat selalu menggugah kesadaran kita, betapa nikmat hadirat-Nya dan betapa benar hikmat-Nya. Sudahkah indra kita peka akan sapaan-Nya?

God Bless ^^

MEMINTA KEJELASAN

Ayat : Amsal 18:9-13 

"Bu, kurasa kita perlu mulai diet, " kata Pak Agung. Bu Agung mencebik [mencibir]. "Ia menganggap aku semakin gemuk dan jelek, " pikirnya. Pada hari lain Bu Agung-dengan niat menghindarkan suaminya dari kena tilang-berkata, "Mbok ya jangan ngebut kalau nyetir." Pak Agung merengut, pikirnya, "Huh, selalu saja ia menganggap aku ini ugal-ugalan." Apabila pola komunikasi semacam itu dibiarkan berlarut-larut, Anda bisa membayangkan bagaimana kondisi ru-mah tangga Pak Agung.

Ketidakjelasan dan kesalahpahaman dalam berkomunikasi dapat menimbulkan luka emosional. Komunikasi yang seharusnya menjadi jembatan penghubung antarmanusia, justru berdiri tegak menjadi tembok pembatas. Firman Tuhan mendorong kita mengutamakan kejelasan dalam berkomunikasi, seperti disarankan Salomo dalam nas hari ini. Jangan buru-buru menanggapi suatu pesan sebelum kita menyimak dan memahami benar maksudnya. Tanggapan yang sembrono hanya menimbulkan masalah.

Apabila kita ragu-ragu atau tidak mengerti saat menerima pesan, jangan sungkan untuk meminta kejelasan. Metode ini disebut sebagai mendengarkan secara reflektif. Mendengarkan bukan sekadar berdiam diri ketika mitra kita berbicara, melainkan menyimak baik-baik untuk memahami maksudnya.

Untuk memastikan, ulangi apa yang diucapkan orang itu, dan berilah ia kesempatan untuk menjelaskan. Bu Agung, misalnya, bisa bertanya baik-baik, "Bapak mengajak Ibu berdiet, ya?" Lalu, biarkan Pak Agung menjelaskan apa maksudnya, dan kemudian Bu Agung dapat menanggapi dengan semestinya. Komunikasi yang jelas pun terlaksana

God Bless ^^

MEMULAI DAN MENERUSKAN

Ayat : Filipi 1:3-11 

Dalam pertemuan dengan anak remaja, saya meminta setiap anak menuliskan hal yang membuat mereka bersyukur. Inilah jawaban mereka: sehat, punya orangtua, mendapat rezeki, punya pacar, menang lomba, bisa sekolah, bisa bermusik, dan sebagainya. Lalu saya bertanya apa-kah mereka masih dapat bersyukur bila satu per satu hal tadi tidak dimiliki. Kami pun sama-sama menyadari bahwa lebih mudah bersyukur untuk sesuatu yang didapat, dibanding sesuatu yang tidak didapat. Bahkan, seorang anak secara jujur berkata bahwa kadang untuk hal-hal yang didapat pun, kerap lupa bersyukur.

Sulit membayangkan bahwa bacaan Alkitab hari ini adalah bagian dari surat yang ditulis Paulus ketika terpenjara. Ketika Paulus kehilangan kebebasannya, ia masih dapat mengucap syu-kur; ia masih dapat mendoakan orang-orang lain dengan sukacita; dan ia masih dapat menghibur serta menguatkan mereka. Paulus tahu, Tuhan telah memakai dirinya untuk memulai suatu pekerjaan baik di Filipi. Susah dan senang adalah bagian dari proses yang harus ia jalani; semua situasi tidak menghalangi pekerjaan baik Tuhan.

Para remaja yang bersama saya juga menyadari bahwa situasi keluarga, situasi lingkungan, situasi sekolah, situasi persekutuan mereka, tidak selalu seperti yang mereka harapkan. Namun, jika di tempat-tempat itu Tuhan mau memakai mereka untuk memulai suatu pekerjaan baik, mereka akan selalu punya alasan bersyukur dalam segala situasi. Sebab, Tuhan akan meneruskan pekerjaan baik itu bersama mereka sampai akhir, hingga menghasilkan buah kebenaran yang memuliakan Allah. Bagaimana dengan kita?

God Bless ^^

BIBLIOBURRO


Bertahun-tahun ini Luis Soriano (38 tahun), seorang guru pria dari kota Magdalena, Kolombia, dengan setia menjalankan biblioburro-perpustakaan di atas keledai, ke daerah-daerah terpencil. Ia membawa ratusan buku di punggung dua keledainya, agar anak-anak di daerah pinggiran dapat belajar membaca, terbantu mengerjakan PR, dan mengenal dunia. Padahal untuk mencapai anak-anak itu, ia harus berjalan empat jam sekali jalan, dengan berbagai risiko. Hingga kini, sekitar 4.000 anak telah mendapat manfaat dari program biblioburro yang Soriano jalankan sejak 1990. Juga ratusan orangtua dan orang dewasa yang ikut belajar di situ.

Musa-juga adalah seorang guru bagi Yosua. Musa banyak mengajari Yosua, dengan mengikutsertakannya dalam pengalaman Musa. Termasuk ketika Musa bertemu dengan Allah di Kemah Pertemuan, Yosua pun ada di situ (ayat 11). Ya, sebagai pemimpin yang dihargai Allah dan disegani seluruh umat Israel (ayat 8, 10), Musa sadar ia tidak dapat terus ada bersama-sama Israel. Sementara, pekerjaan Tuhan harus terus berlangsung. Itu sebabnya, membimbing Yosua adalah salah satu tugas pentingnya.

Inilah peran mulia guru. Mewariskan sebaik mungkin segala pengetahuan dan pengalamannya, demi keberlangsungan hidup masa depan yang lebih baik. Untuk itu, guru bahkan mesti berbagi hidup dengan murid-muridnya. Mereka berkorban, seperti Soriano. Mereka setia membimbing, seperti Musa. Mari hargai setiap orang yang berperan sebagai guru bagi kita, pada hari spesial pendidikan ini. Kiranya Tuhan memperbarui semangat dan kemampuan setiap guru-untuk memberi lebih!

God Bless ^^

SABAT UNTUK MANUSIA


Tuhan mencipta manusia segambar dengan-Nya. Maka, seperti Allah beristirahat setelah 6 hari mencipta, manusia juga butuh istirahat setelah 6 hari bekerja, untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohaninya. Namun orang Farisi mengartikan lain. Mereka komplain ketika murid Yesus memetik gandum pada hari Sabat. Para murid dianggap melanggar Sabat seperti ketentuan para Farisi, tetapi sesungguhnya tidak menurut Taurat.

Yesus tak pernah membatalkan Sabat. Justru Dia berupaya meletakkan fungsi Sabat yang sesuai maksud Allah. Yakni untuk menyejahterakan manusia, bukan membebaninya. Sabat mengingatkan manusia akan Allah Penciptanya, yang memberinya tanggung jawab mengelola cipta-an-Nya selama 6 hari. Agar pada hari ke-7 manusia dapat beristirahat, menikmati jerih lelahnya (Pengkhotbah 2:22, 24), dan memulihkan kesegaran relasi dengan Allah dan sesama, sehingga seluruh hidupnya dipenuhi ucapan syukur. Bagi Israel, Sabat juga mengingatkan akan pembebasan Allah dari Mesir dan masuknya mereka ke Kanaan, negeri perjanjian (Ulangan 5:15).

Mengabaikan Sabat berarti mengabaikan Allah, Pencipta yang memelihara dan menyelamatkan manusia. Menikmati ciptaan tanpa memedulikan penciptanya membuat manusia mengilahkan materi dan dirinya sendiri. Inilah dosa terbesar. Kedatangan Kristus membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan hukum buatannya sendiri, yang membelenggunya. Apakah Anda masih diperbudak pekerjaan demi mengejar materi dan pemuasan nafsu jasmani? Datanglah kepada Yesus Sang Pembebas. Belajarlah kepada-Nya agar Anda mampu menikmati hidup sebagaimana yang Allah mau --SST

God Bless ^^

10 May 2011

Jakarta For Jesus Photo









Is Big Revival in Jakarta.
This photo is under copyright GMS Favour (2011)

08 May 2011

BABAH GEMUK


Sewaktu kecil, saya pernah membaca sebuah komik yang ceritanya didasarkan pada perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Judul komik itu adalah Babah Gemuk. Babah Gemuk adalah seorang penjual kelontong yang baik hati, sehingga ia disukai banyak orang. Namun, ada satu keluarga yang sangat membencinya. Mereka sering menghina dan menyakiti hati Babah Gemuk. Sampai suatu ketika, orang yang membenci Babah Gemuk itu dirampok di perjalanan dan dilukai sampai tak berdaya. Tak seorang pun mau menolong, kecuali Babah Gemuk.

Setelah menjadi seorang mangkubumi, Yusuf sebenarnya memiliki kesempatan untuk membalas segala kepahitan hatinya atas saudara-saudaranya. Yusuf bisa saja menangkap saudara-saudaranya dengan tuduhan mata-mata, atau menjual gandum kepada mereka dengan harga yang sangat mahal. Akan tetapi Yusuf tak melakukannya, bahkan ia memberi saudara-saudaranya gandum secara cuma-cuma. Mengapa? Karena ia sangat mengasihi saudara-saudaranya. Kasih yang Tuhan taruh di dalam hatinya dapat mengalahkan rasa benci, sakit hati, keinginan untuk membalas dendam, dan segala kepahitan yang mungkin pernah muncul di hatinya.

Tak ada yang bisa melepaskan kita dari belenggu kemarahan, kebencian, iri hati, dan kepahitan di dalam hati kita, selain kasih. Kasih adalah obat mujarab untuk menghancurkan segala belenggu emosi dan sikap negatif di dalam diri kita. Dan, kasih yang seperti itu bisa kita dapatkan hanya di dalam Kristus. Mintalah kasih Kristus memenuhi hati Anda, niscaya Anda akan bebas dari segala belenggu yang mencoba menggerogoti di sana --RY

God Bless ^^

BAYANG-BAYANG GELAP

Ayat : Hosea 1:2-9 

Pemuda itu sedih akibat perlakuan teman-teman di gereja. Mereka menjauhinya karena tahu ayahnya berselingkuh. Ibunya mengajukan cerai. Semua orang memperbincangkan isu itu. Lalu mempersoalkan keaktifannya di kepengurusan pemuda. Ia menemui pendeta, menyampaikan kesedihan sekaligus kebimbangannya. Ia bertanya, "Apakah saya tidak layak lagi melayani karena keluarga saya berantakan?" Pemuda ini tidak sendirian. Banyak orang tidak yakin pada dirinya akibat bayang-bayang gelap keluarganya.
Alkitab menyingkapkan dengan jujur kehidupan Hosea. Gomer, perempuan yang dinikahinya, tidak setia. Dari tiga anak yang dilahirkannya, hanya si sulung yang membawa benih Hosea. Dari nama-nama mereka, tercermin bahwa kedua anak berikutnya bukan keturunan nabi itu (ayat 6 dan 9). Hosea harus menelan kenyataan pahit memiliki anak-anak dari buah perzinahan istrinya. Namun, dengan cara-Nya, Tuhan memakai situasi kelam itu sebagai gambaran ketidaksetiaan Israel kepada-Nya. Sekaligus, kesetiaan Hosea melukiskan kasih dan kesetiaan Tuhan sendiri. Artinya, dalam segala keburukan kondisi keluarganya, Tuhan tetap memakai Hosea.

Dalam kenyataan, banyak keluarga berantakan karena ada anggota keluarga yang "tidak berjalan di relnya". Suami yang masuk penjara. Istri yang berselingkuh. Ayah yang pemabuk. Anak yang terjerat narkoba. Akibatnya, anggota keluarganya harus menelan kenyataan pahit. Namun, apa mereka tidak layak diberi peran karenanya? Apakah adil jika mereka ikut "dihukum"? Syukurlah, Tuhan tidak terhalang memakai hamba-Nya walau ada latar belakang keluarga yang hitam. Kalau Tuhan saja tidak, mestinya kita juga tidak --PAD

God Bless ^^

SESUMBAR VOLTAIRE


Dua belas nelayan Yahudi yang bodoh memulai kekristenan; satu orang Prancis yang bijaksana akan menghentikannya." Ini pernyataan filsuf Prancis, Voltaire, saat menghadap Raja Prusia. Ia memperkirakan bahwa dalam waktu 100 tahun Alkitab akan musnah, dan 92 buku karyanya akan menggantikannya.
Namun, 20 tahun setelah kematiannya, Lembaga Alkitab Jenewa membeli rumah peninggalannya untuk dijadikan tempat mencetak Alkitab. Rumah itu kemudian menjadi markas Lembaga Alkitab Bahasa Inggris dan Bahasa Asing. Selain itu, Alkitab terus menjadi buku laris; adapun 6 jilid karya Voltaire pernah terjual hanya seharga delapan ribu rupiah.

Yesus mengajarkan bahwa sebelum Dia datang kembali untuk kedua kali, kabar baik tentang Kerajaan-Nya, yaitu berita keselamatan, akan dikabarkan ke seluruh dunia. Injil yang penuh anugerah itu akan membawa kita ke dalam Kerajaan-Nya yang mulia. Sebagai kesaksian bagi semua bangsa, Injil menyatakan pikiran dan kehendak Allah bagi manusia, serta upah Allah bagi mereka yang setia. Bagi mereka yang percaya, Injil mendatangkan keselamatan. Adapun mereka yang bersikeras tidak percaya, akan dibinasakan.

Tuhan Yesus memercayakan misi pemberitaan Injil kepada para murid-Nya, dan orang percaya sepanjang sejarah gereja telah melanjutkannya. Tidak ada yang sanggup menghentikan misi yang sekarang ada di pundak kita ini. Kita dapat turut memberitakan Injil ketika Tuhan membukakan kesempatan dan juga dengan mendukung proyek penterjemahan Alkitab atau pelayanan yang melakukan penyebarluasan Alkitab --ARS

God Bless ^^

PANTASKAH?

Ayat : Amsal 31:1-9 

Sari berang. Istri pendeta tadi menegurnya di gereja, karena ia mengenakan kaus dan rok mini ketika mengikuti ibadah Minggu. "Kita perlu berpakaian pantas saat beribadah, " kata istri sang pendeta. Di dalam hati Sari mengumpat, "Apanya yang tidak pantas? Tidak bolehkah aku mengikuti perkembangan mode? Apakah menurut Alkitab, memakai rok mini itu dosa?"

Pantas artinya cocok, sesuai, patut, atau layak. Berbicara soal kepantasan tidak selalu berkaitan dengan dosa. Ini menyangkut hikmat dalam membawa diri, sesuai dengan status dan lingkungan. Di Israel, misalnya, tidak ada larangan bagi raja untuk meminum anggur. Rakyat jelata pun biasa minum anggur sampai mabuk guna melupakan sejenak susahnya hidup (ayat 6, 7). Dalam pesta perjamuan raja, minum anggur adalah hal biasa. Namun, Lemuel dinasihati ibunya untuk tidak meminum anggur. "Tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, " katanya. Mengapa? Minuman keras bisa memabukkan. Jika seorang kepala negara mabuk, ia tidak dapat memutuskan perkara dengan benar dan adil. Akibatnya, rakyat bisa menjadi korban ketidakadilan dan penindasan!

Bicara soal kepantasan bukan melulu mempersoalkan benar salahnya suatu tindakan. Ada hal yang tidak salah, tetapi tidak pantas dilakukan oleh seorang dengan status atau jabatan tertentu. Orang bisa tersandung jika melakukannya. Setiap kita berstatus "orang kristiani". Sebagian lagi bahkan pemimpin kristiani. Sering-seringlah bertanya pada diri sendiri: Sudahkah saya bersikap, berperilaku, berbicara dan berpenampilan pantas, sesuai status yang saya sandang? --JTI

God Bless ^^

SUKSES TETAPI KASIHAN


Sungguh pemuda sukses yang hebat! Ia masih belia, tetapi sudah menjadi pemimpin dan kaya raya (bandingkan Matius 19:20-22 dengan Lukas 18:18). Tak hanya kaya materi, tetapi juga secara "rohani". Sejak muda ia dididik mendalami Hukum Taurat dan menjalankannya (ayat 20). Ia dikagumi di lingkungan komunitas Yahudi saat itu. Ia juga dipandang berbakti kepada orangtua, sebab ia menghormati ayah-ibunya sejak belia dan tetap menghormatinya meski sudah sukses. Siapa tak bangga punya anak seperti ini?

Dengan kerinduan dan semangat, ia berlutut di hadapan Yesus rabi muda yang menyedot massa karena kharisma dan kuasa-Nya dalam berkhotbah dan mengadakan tanda ilahi. Ia mohon petunjuk Yesus; apa lagi yang perlu diperbuat agar layak masuk ke Kerajaan Allah. Dalam berelasi dengan sesama, ia patut diacungi jempol. Dalam berbuat baik, ia hebat. Namun, ada satu yang kurang, dan hanya Yesus yang tahu: bahwa kekayaan materi, martabat sosial, dan "kekayaan rohani" yang ia punya menjadi ilah yang diandalkan sebagai "tiket" ke surga menggantikan Allah. Maka, ia diminta menjual semua, membagikannya ke orang miskin, dan mengikut Yesus, sebagai bukti bahwa ia diselamatkan hanya oleh belas kasihan Allah. Betulkah ia merasa perlu petunjuk Yesus? Tidak! Sebab ia kecewa dan mengabaikan tawaran sejati untuk memasuki Kerajaan Allah. Alasan utamanya karena "banyak hartanya" (ayat 22).

Pemuda "sehebat" ini ternyata tak layak masuk Kerajaan Allah. Bagaimana dengan Anda? Beranikah Anda meletakkan seluruh kebanggaan Anda sebagai manusia, lalu datang kepada Allah sebagai orang yang miskin dan haus akan kebenaran? --SST

God Bless ^^

PENGHALANG MATA IMAN


Tuhan Yesus sudah bangkit. Namun, sikap para murid beragam; ada yang percaya, ada yang ragu-ragu, ada juga yang masih bingung dan tidak percaya. Lalu di jalan yang menuju ke Emaus itu, Tuhan Yesus menampakkan diri lagi. Kali ini kepada dua orang murid, yang rupanya tidak termasuk ke dalam dua belas murid yang pertama. Anehnya, kedua murid itu tidak mengenali Dia. Padahal sudah sekian lama mereka bersama-Nya. Dikatakan, "Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka" (ayat 16).

Dalam hidup kita sebagai orang percaya, bukankah kita pun kerap mengalami hal serupa ketika kita kehilangan kepekaan akan kehadiran Tuhan Yesus? Seolah-olah ada sesuatu yang menghalangi mata iman kita. Sesuatu itu bisa berupa pikiran negatif; seperti kekhawatiran, kekecewaan, kemarahan, kebencian, atau berupa ambisi-ambisi yang tidak pada tempatnya.

Akibatnya, hidup beriman kita jadi terganggu. Kita merasa hampa. Tuhan seakan-akan sangat jauh. Kita juga menjadi sulit bersyukur dan tidak bisa lagi menikmati hidup ini sebagai anugerah Allah. Lalu bagaimana? Para murid akhirnya menyadari kehadiran Tuhan Yesus, setelah mereka mengundang Dia untuk tinggal bersama mereka (ayat 29).

Adakah kita merasa hidup ini begitu muram, Tuhan seolah-olah jauh dari hidup kita? Tidak ada cara lain, bukalah pintu hati kita buat Dia. Undang Dia masuk ke dalam hidup kita, dan persilakan Dia menjadi pandu atas seluruh langkah kita. Ketika itulah mata iman kita akan dicelikkan, betapa sesungguhnya Dia tidak pernah jauh dari kita --AYA

God Bless ^^

KEBANGKITAN YESUS


Beberapa dekade belakangan, beberapa kalangan gencar menyerang kesejarahan kebangkitan Yesus. Sebagian orang kristiani mengambil jalan tengah dengan berkata bahwa tak masalah apakah Yesus sungguh-sungguh bangkit, sepanjang Dia ada di hati kita. Sepintas kalimat ini terdengar "aman". Namun, sesungguhnya kebangkitan jasmani Yesus adalah tonggak dasar fondasi iman kristiani. Sebab, untuk menjadi Mesias yang dijanjikan dalam nubuat-nubuat di Perjanjian Lama, Yesus tidak boleh mati dan ditundukkan maut selamanya. Maka, kebangkitan-Nya harus benar-benar pernah terjadi. Peristiwa ini juga sangat penting karena kemenangan Yesus atas maut adalah dasar pengharapan kita akan hidup kekal.

Para penulis Perjanjian Baru sendiri meyakini kesejarahan peristiwa ini. Itu sebabnya semua kitab Injil ditutup dengan catatan tentang kebangkitan Yesus. Dalam bacaan hari ini pun Rasul Paulus berpendapat secara teologis maupun historis, untuk membuktikan kebenaran peristiwa ini. Di situ ia mengatakan bahwa setidaknya ada lima ratus saksi mata peristiwa kebangkitan yang saat itu kebanyakan masih hidup, sehingga bisa bersaksi secara langsung tentang kebenarannya.

Hari ini kita kembali merayakan peristiwa akbar kebangkitan jasmani Kristus. Ini adalah momen yang tepat untuk kita mengingat kembali pengharapan yang kita punya karena peristiwa ini, dan memperbarui hidup kita menjadi hidup yang optimis berdasarkan pengharapan itu. Ini juga adalah momen untuk mengambil tekad membagikan berita sukacita tentang pengharapan ini kepada mereka yang belum mendengarnya --ALS

God Bless ^^

CIUMAN YUDAS

Ayat : Lukas 22:47-53

Yulia, istri pendeta, tampak sedih sekali. "Ada apa, Bu? Bisa saya bantu?" tanya Irma, anggota jemat yang sangat dekat dengannya. Sikapnya yang hangat dan ramah membuat Yulia merasa aman. Ia lalu menceritakan pergumulan pribadinya, termasuk konflik yang terjadi dalam rumah tangganya. Seminggu kemudian, dalam rapat gereja beredar cerita buruk tentang ketidakharmonisan keluarga pendeta ini. Dan, kabar itu ternyata datang dari Irma! Apa yang diceritakan Yulia, ia sampaikan lagi kepada beberapa majelis, dengan alasan "untuk didoakan." Yulia merasa dikhianati.

Pengalaman dikhianati sangat menyakitkan, apalagi jika sang pengkhianat bisa membungkusnya dengan apik dalam "kemasan rohani." Yudas memakai ciuman untuk mengkhianati Yesus. Ciuman di kening adalah tanda kasih, kedekatan, dan persaudaraan. Dengan ciuman itu Yudas berharap bisa menangkap Yesus secara elegan. Pikirnya, Yesus dan para murid pasti mengira ia masih tetap mengasihi Yesus. Sandiwara cinta ini mungkin bisa menipu para murid, tetapi Yesus tidak bisa ditipu. Dia tahu ciuman Yudas tidak tulus. Bukan tanda kasih, melainkan tanda pengkhianatan. Maka Dia menegur Yudas dan menyimpulkan, "inilah kuasa kegelapan itu" (ayat 53).

Bersikap ramah dan hangat itu perlu. Sebuah jabat tangan, pelukan, ciuman, dan sikap penuh perhatian penting untuk menyatakan kasih. Namun, pastikan kita melakukannya dengan tulus. Tanpa kamuflase. Sebab jika kita memakainya sekadar untuk menjaga "topeng kerohanian" kita, orang akan merasa ditipu dan dikhianati. Tidak jauh beda dengan ciuman Yudas! --JTI

God Bless ^^

TERTUTUP DARAH


Pada 26 November 2008 segerombolan teroris menyerbu Taj Mahal Palace di Mumbai, India. Korban mencapai 200 jiwa, tetapi ada seorang tamu hotel yang selamat secara ajaib. Ia dan teman-temannya sedang makan malam ketika terdengar suara tembakan. Seseorang merenggutnya dan menyeretnya ke bawah meja. Teroris memasuki restoran, menembak ke segala arah, sampai setiap orang (menurut perkiraan mereka) tewas. Ternyata, pria tadi terluput. Ketika diwawancarai wartawan, ia menjelaskan, "Karena saya tertutupi oleh darah orang lain, mereka mengira saya sudah mati."

Bangsa Israel memiliki kesan yang amat mendalam terhadap darah. Menjelang Tuhan menimpakan tulah kesepuluh ke atas Mesir, Dia memerintahkan bangsa Israel untuk mengadakan persiapan untuk meninggalkan negeri yang memperbudak mereka itu. Antara lain, mereka harus menyembelih domba dan menyapukan darahnya pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu. Setiap rumah yang ditandai dengan darah akan terluput dari tulah, dan bangsa Israel pun terbebas dari Mesir.

Pengalaman bangsa Israel merupakan simbol dari karunia Allah melalui Yesus Kristus bagi kita semua.
Karena Dia sudah membayar hukuman atas dosa kita karena kita ditutupi oleh darah pengorbanan-Nya kita diselamatkan dan memperoleh kehidupan kekal. Kita mungkin sulit memahami bagaimana darah-Nya "menutupi" kita, tetapi kita dapat menerima dan mengalaminya oleh iman. Hari ini, bagaimana kalau kita meluangkan waktu secara khusus untuk merenungkan suatu ayat atau menyanyikan lagu tentang darah Kristus? --ARS

God Bless ^^

BERKELIT


Ada sebuah video game klasik berjudul 1942. Dalam permainan ini, kita mengendalikan sebuah pesawat dan bertugas menghancurkan pesawat-pesawat musuh. Untuk itu, kita dibekali dengan senjata dan tiga kali kesempatan berkelit dari segala bahaya, yakni dengan bermanuver. Kesempatan berkelit ini sangat berguna saat kita tengah dalam keadaan terjepit akibat serangan musuh yang bertubi-tubi.

Kita juga mungkin terbiasa menghadapi kesusahan dengan cara "berkelit" seperti dalam game itu. Caranya mungkin dengan menenggelamkan diri dalam pekerjaan, hobi, atau hal yang lain. Namun, mari belajar dari Yesus yang tidak bersikap demikian. Dalam situasi sangat susah dan gentar karena harus menanggung hukuman salib, Yesus datang kepada Bapa. Di situ dengan jujur Dia mengakui kegentaran-Nya, sekaligus keinginan-Nya untuk tetap patuh pada kehendak Bapa (ayat 39, 42). Allah Bapa lantas memberinya penguatan melalui seorang malaikat (Lukas 22:43). Setelah itu, dicatat bahwa Yesus menjadi siap untuk menghadapi hukuman salib tersebut (Matius 26:45-46).

Adalah manusiawi kalau kita gentar dan ingin berkelit dari masalah yang sedang kita hadapi. Namun, berkelit tidaklah menyelesaikan masalah, bahkan kerap memperburuk situasi yang ada. Baiklah kita datang kepada Tuhan, mengakui kegentaran kita dan meminta kekuatan serta hikmat kepada-Nya. Sama seperti yang Yesus alami, Allah juga akan menjawab doa kita dengan memberi kekuatan untuk menghadapi situasi yang ada. Kemudian, dengan berbekal kekuatan tersebut, kita hadapi dan berusaha menyelesaikan masalah yang ada --ALS

God Bless ^^

SI KIDAL


Setiap orang pasti sensitif terhadap apa yang dipandang sebagai "kekurangan" pada fisiknya. Apalagi kalau orang-orang di sekitar memakainya sebagai bahan ejekan. Menyebut kekurangan itu untuk memaki. Bahkan, para pelawak yang kehabisan lelucon memakainya juga untuk memunculkan kelucuan. Akibatnya, jauh di dalam hati, "kekurangan" fisik menimbulkan tekanan dan rasa minder yang mengusik jiwa pemiliknya. Namun, benarkah itu "kekurangan"?

Pada masa lampau seorang yang kidal juga dipandang "kurang". Tidak lazim. Janggal. Dipandang kurang terampil. Jika lelaki, ia akan dipandang sebelah mata dalam ketentaraan. Namun, kisah hakim Ehud berkata lain. Justru tatkala bangsanya membutuhkan pemimpin, Tuhan "membangkitkan bagi mereka seorang penyelamat" (ayat 15). Seorang yang kemudian memimpin pertempuran melawan musuh, yakni bangsa Moab. Bahkan membunuh Raja Moab dengan tangannya sendiri (ayat 21); tangan yang kidal (ayat 15). Tuhan justru menggunakan kekidalannya menjadi keuntungan untuk menerabas hingga ke basis pertahanan lawan.

Jangan pernah meremehkan kondisi fisik seseorang, Apalagi jika orang itu adalah diri Anda sendiri. Dunia ini penuh orang "berkekurangan" fisik, tetapi berprestasi besar. Sebut saja gadis buta sekaligus tunarungu, Hellen Keller. Pianis "bertangan kepiting" (masing-masing tangan berjari dua) dari Korea, Hee Ah Lee. Wanita lumpuh (dari leher ke bawah), pelukis dan motivator hebat, Joni Eareckson Tada. Dan, masih banyak lagi. Jika Tuhan berkenan memakai mereka, tak ada yang sanggup menghalangi. Termasuk keterbatasan fisik mereka --PAD

God Bless ^^

KESEMPATAN GAGAL


Dalam bukunya Growing Kids God's Way, Gary dan Anne Marie Ezzo mengatakan bahwa orangtua kerap tak memberi kebebasan kepada anak untuk mengalami kegagalan. Umumnya orang tua begitu suka akan kemenangan, hingga agak kehilangan perspektif dan tak bisa menghargai pelajaran yang dapat dipetik dari kegagalan. Maka anak lebih memperjuangkan bagaimana caranya ia tidak gagal dan mengecewakan orangtua, walau untuk itu ia kemudian takut pada tantangan.

Barnabas adalah sosok gembala yang memperhatikan orang-orang yang dibimbingnya. Suatu kali seorang muda bernama Markus menjadi murid bimbingnya. Sayang, Markus ini pernah gagal menjalankan tugasnya ia meninggalkan rombongan misi Paulus hingga mereka kekurangan orang di Pamfilia. Ini membuat Paulus kecewa (ayat 38). Tak heran, ketika Paulus hendak mengadakan perjalanan misi kembali, ia menolak permintaan Barnabas untuk mengajak Markus lagi. Namun Barnabas tetap memperjuangkan Markus hingga ia berpisah dengan Paulus (ayat 39). Oleh kegigihan Barnabas yang tidak menyerah membimbing pribadi yang pernah gagal, Markus menjadi pelayan Tuhan yang berharga.

Ketika orang-orang dekat kita keluarga, sahabat, rekan kerja mengalami kegagalan; gagal memenuhi harapan, gagal menepati janji, gagal mengambil keputusan yang benar, tak ada gunanya kita menunjukkan kekecewaan. Sebaliknya, yang perlu kita lakukan adalah menjadi pendukung yang tetap ada bagi mereka dan tak menyerah mendampingi. Tetap memberinya kesempatan dan kepercayaan baru. Tetap mendukungnya saat ia belajar tentang arti perjuangan, kerendahan hati, serta penyerahan diri kepada Tuhan --AW

God Bless ^^

TEORI ATAU PRAKTIK?


Sebuah humor menceritakan tentang seseorang yang ke surga. Di sana ia melihat sebuah rak berisi benda-benda yang tampak aneh. "Apa itu?" tanyanya kepada malaikat. Jawab malaikat, "Itu telinga dari orang-orang yang ketika hidup di dunia mendengarkan hal-hal yang harus mereka lakukan, tetapi tidak melakukannya. Jadi waktu meninggal, telinga mereka saja yang masuk ke surga sementara bagian tubuh yang lain tidak." Lalu ada rak yang lain, dan malaikat menjelaskan, "Ini lidah orang-orang yang ketika hidup di dunia memberi tahu orang lain untuk berbuat baik dan hidup baik, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Maka ketika meninggal, lidah-lidah mereka saja yang masuk ke surga dan bagian tubuh yang lain tidak."

Humor ini mengingatkan kita untuk berhenti menjadi orang kristiani yang hanya suka mendengarkan khotbah atau seminar yang berbobot, tetapi tak pernah melakukan firman Tuhan yang didengar. Berhenti menjadi orang kristiani yang fasih berbicara tentang hal rohani, tetapi tak ada tindakan nyata. Berhenti menjadi orang kristiani yang pandai berteori, tetapi tak pernah mempraktikkannya.

Ada orang kristiani yang bangga dengan pengetahuannya tentang Allah dan hal-hal rohani. Namun, jika tidak dibarengi perbuatan nyata, semuanya sia-sia. Sebab, di surga nanti kita tidak akan ditanya sejauh mana kita memahami Alkitab atau sejauh mana pengetahuan kita tentang kekristenan. Kita tidak sekadar mempertanggungjawabkan apa yang kita ketahui, tetapi apa yang kita perbuat. Tuhan menuntut buah-buah yang nyata yang bisa dirasakan, dinikmati, dan memberkati orang lain --PK

God Bless ^^

PELAYAN TUHAN SEJATI

Ayat : Markus 1:1-8

Sungguh memprihatinkan bila banyak gereja sebagai umat Tuhan terpecah-belah. Bukan hanya dalam denominasi-denominasi besar. Dalam satu denominasi pun, tak jarang terjadi perpecahan. Bahkan, dalam satu gereja bisa juga terjadi perpecahan. Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab, tetapi salah satu penyebab besarnya adalah fanatisme umat terhadap sosok hamba Tuhan. Tak jarang ada hamba Tuhan yang tanpa sadar membangun kekaguman jemaat kepada diri sendiri. Mengajarkan prinsip agama dan moral hasil penemuannya sendiri, dan bukan pada Alkitab. Memang ada ayat-ayat Alkitab yang dikutip, tetapi sekadar mendukung pendapatnya sendiri.

Sungguh berbeda dengan Yohanes Pembaptis. Ia hanya memperkenalkan diri sebagai suara orang yang berseru-seru di padang belantara. Seruannya ditujukan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus, Mesias yang dijanjikan. Ia memanggil semua orang agar bertobat dan dibaptis, sebagai bagian dari persiapan menyambut kedatangan Yesus. Ia tidak membangun popularitasnya sendiri atau mengumpulkan banyak pengikut fanatik yang mengaguminya. Ia mengarahkan semua orang kepada Yesus. Sebab, Yesuslah yang menjadi pusat pelayanannya. Ia menyatakan bahwa Yesus lebih besar dari dirinya. Ia juga memberitakan firman Tuhan bukan untuk memperkaya diri ia tidak memusingkan apa yang ia pakai, ia makan, atau minum (ayat 6), asal Injil diberitakan.

Sebagai anggota gereja Tuhan, mari periksa diri, siapakah Kepala gereja kita? Siapakah pusat hidup dan ibadah kita? Sebagai hamba Tuhan, siapakah yang kita layani? Ingatlah Yohanes Pembaptis, dan bertobatlah --SST

God Bless ^^

JANGAN KAGET!


Berita-berita mengenai pembakaran gereja, penganiayaan orang kristiani, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain, kerap membuat kita bertanya-tanya, "Mengapa ini harus terjadi? Bukankah kita melakukan hal yang baik? Bukankah kita melayani Tuhan? Mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi? Apa salah kita?" Kita kaget, terkejut, bahkan mungkin meragukan Tuhan. "Tidakkah Tuhan sanggup melindungi anak-anak-Nya? Kalau Dia Mahakuasa, mengapa Dia membiarkan gereja-Nya dianiaya?"

Pertanyaan ini juga pernah muncul di gereja pada abad mula-mula. Namun dalam suratnya Petrus menegaskan bahwa kita tak perlu heran jika api siksaan datang (ayat 12). Kita juga tak perlu "gembar-gembor" sebab bagi orang percaya penderitaan bukan hal luar biasa (ayat 12). Sebaliknya, Petrus menasihati kita supaya bersukacita, bahkan berbahagia ketika menghadapi penderitaan (ayat 13, 14). Petrus, adalah orang yang sama yang pernah menegur Yesus ketika mengatakan bahwa Dia harus menderita (lihat Matius 16:21-23). Petrus yang dulu tidak setuju Mesias harus menderita, kini sadar bahwa penderitaan di dunia karena nama Kristus bukan hal yang hina atau memalukan. Malahan justru suatu kemuliaan (ayat 14, 16).

Ketika penderitaan atau aniaya kita alami, ada dua hal yang bisa kita lakukan. Pertama, berdoa dan bertanya pada Tuhan, apakah penderitaan ini terjadi karena kesalahan kita? (ayat 15). Kedua, jika kita tidak melakukan hal yang salah, tetapi kita menderita, maka kita jangan malu atau sedih. Sebaliknya, kita bisa memegang erat pengharapan dalam firman Tuhan bahwa kita patut berbahagia jika dihina karena Kristus, karena itu berarti Roh Allah menyertai kita --GS

God Bless ^^

SAYAP RAJAWALI


Di wilayah pegunungan Palestina hidup beberapa jenis burung rajawali. Ada rajawali biasa, spesies yang lazim. Ada rajawali emas dengan bulu berkilau. Ada pula rajawali tutul atau berbintik. Serta hidup juga rajawali pemangsa reptil. Namun yang pasti, semua jenis burung rajawali suka terbang di ketinggian di mana angin berembus kencang. Maka, tak heran rajawali punya sayap yang kuat. Pada sayap itu terletak kekuatan rajawali.
Akan tetapi, sayap rajawali tidak tiba-tiba menjadi kuat. Ada ceritanya. Sejak kecil burung ini memang terlatih untuk terbang tinggi. Sang induk selalu menempatkan sarangnya di tempat tinggi (Yeremia 49:16). Lalu jika sudah tiba saatnya, ia akan membongkar sarang itu, sehingga anak-anaknya "terjun bebas" di udara. Dipaksa untuk belajar terbang di tengah empasan angin kencang. Sementara sang induk melayang-layang di atas, sembari menjaga. Jika mereka tidak mampu terbang lagi, ia melesat ke bawah untuk menopang mereka di atas kepak sayapnya. Seperti itulah Tuhan melatih umat-Nya, agar bertumbuh kuat dan dewasa dalam iman.
Acap kali orang hanya menaruh perhatian pada pertambahan. Tambah usia, gaji, pangkat, kekayaan, popularitas. Namun, mengabaikan pertumbuhan-tumbuh dalam iman dan kedewasaan. Padahal itulah yang menjadi perhatian Tuhan. Dia mau kita bertumbuh. Bagai induk rajawali, Dia melatih kita di tengah empasan "angin" kesukaran dan tantangan hidup. Sebab, iman tidak tumbuh dalam kemudahan hidup, tetapi sebaliknya. Dan, ketika Tuhan mengizinkan kesukaran terjadi, Dia tetap mengawasi sembari melatih iman kita agar bertumbuh --PAD

God Bless ^^

KESUKSESAN

Ayat : Yesaya 6:8-13 

Ada beragam definisi kesuksesan. Bagi sebagian orang, kesuksesan adalah kondisi ketika seseorang sudah memiliki uang dan harta dalam jumlah tertentu. Atau, jika sudah memiliki pengikut setia yang banyak. Atau, jika berhasil menjadi yang terbaik dalam bidang tertentu. Atau, jika sudah memiliki keluarga yang harmonis. Bermacam definisi ini muncul, tergantung pada tata nilai dan latar belakang seseorang. Namun, secara umum kesuksesan kerap diukur berdasarkan pencapaian atau buah yang diperoleh.

Definisi kesuksesan bagi Tuhan, khususnya dalam konteks panggilan-Nya kepada Yesaya, beda dengan yang umumnya manusia pegang. Hari ini kita membaca bagaimana Yesaya diutus untuk menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel. Uniknya, Tuhan sudah mengatakan bahwa Israel tidak akan memedulikan Yesaya. Pelayanan Yesaya akan tidak berbuah. Dengan kata lain, berdasarkan definisi umum, Yesaya akan gagal. Namun demikian, Tuhan tetap menyuruh Yesaya menjalani panggilan-Nya tersebut dan hanya memintanya setia. Itulah arti kesuksesan bagi Tuhan, yaitu setia kepada panggilan-Nya sampai akhir, bagaimanapun beratnya situasi.

Definisi kesuksesan ini penting kita miliki dalam menjalani hidup. Tuhan tidak menuntut kita memiliki pencapaian yang spektakuler. Atau, tampak terpandang di mata orang-orang. Karenanya, jangan malu kalau kita tampak "kalah" berprestasi dibandingkan orang lain. Jangan pula tergoda mengambil jalan pintas yang tidak sesuai firman-Nya, hanya agar dipandang berhasil oleh dunia. Melainkan, berusahalah dinilai sukses oleh Tuhan dengan terus berusaha setia kepada panggilan-Nya --ALS

God Bless ^^

PENUNDAAN MAUT

Ayat : Yosua 18:1-6 

Archis, hakim kota Thebes di Yunani Kuno, sedang menikmati anggur dengan para perwira setempat. Tiba-tiba, muncul seorang kurir yang membawa surat berisi pemberitahuan bahwa ada persengkongkolan yang hendak menghabisi nyawanya. Maka ia diperingatkan untuk melarikan diri. Archis menerima surat itu. Akan tetapi, alih-alih membukanya, ia memasukkannya ke dalam kantong dan berkata kepada kurir itu, "Urusan bisnis besok saja." Keesokan harinya, ia tewas. Sebelum sempat membuka surat itu ia sudah ditangkap, dan ketika ia sempat membacanya semua sudah terlambat.

Yosua menegur tujuh suku bangsa Israel yang menunda pendudukan Tanah Kanaan. Mereka sudah memasuki Tanah Perjanjian. Sebagian suku sudah menempati daerah yang ditetapkan bagi mereka. Namun, ketujuh suku itu memilih beristirahat barang sejenak. Ah, tidak, tampaknya mereka bukan sekadar rehat untuk memulihkan tenaga; mereka sudah kelewat batas, sehingga Yosua menghardik mereka dengan kata-kata keras: "bermalas-malas"! Kalau dibiarkan terus berleha-leha, bisa-bisa mereka merusak rencana Allah atas bangsa itu.

Penundaan memang tidak selalu berakibat fatal seperti yang menimpa Archis. Namun, kecenderungan menunda tugas biasanya menunjukkan kurangnya disiplin pribadi, buruknya pengelolaan waktu, dan bisa jadi seperti dalam kasus Israel merupakan ketidaktaatan terhadap Allah. Bahwa suatu tugas terasa berat, membosankan, atau tak menyenangkan itu bukan alasan valid untuk menundanya. Kita justru perlu meminta Tuhan memberi kita kekuatan dan konsentrasi ekstra untuk menyelesaikannya pada waktunya --ARS

God Bless ^^

KESEMPATAN


Tom Bahler jatuh cinta kepada Karen Carpenter. Gayung bersambut. Dua tahun mereka berpacaran. Namun, belakangan Tom tidak lagi memandang kehadiran Karen sebagai kesempatan istimewa. Ia tidak memberi kepastian tentang arah hubungan mereka. Akhirnya, Karen meninggalkannya. Saat itu baru Tom sadar, kesempatan berharga telah lewat! Dengan hati remuk, digubahnya lagu berjudul She's out of my life. "Akhirnya aku belajar sesuatu, " kata Tom, "tetapi semua sudah terlambat."

Kesempatan bagaikan burung. Jika tidak segera ditangkap, ia pergi dan tidak kembali. Kesempatan ialah momen yang tepat untuk berbuat sesuatu. Atau, sebuah situasi di mana Anda lebih mudah untuk berbuat sesuatu. Menurut Pengkhotbah, "untuk segala sesuatu ada waktunya". Ada gilirannya. Allah mengizinkan berbagai peristiwa mampir dalam hidup kita, silih berganti. Di setiap kejadian, ada kesempatan untuk melakukan apa yang bernilai kekal. Sayang, kita kerap "tidak dapat menyelami pekerjaan Allah" (ayat 11). 

Karena terjebak oleh rutinitas hidup, kita menjalani hidup seperti mesin. Tidak bisa melihat bahwa dalam tiap rutinitias, ada kesempatan indah untuk berbuat sesuatu. Akibatnya, momen demi momen lenyap!
Hari ini, saat bertemu seseorang atau menjalani rutinitas, renungkan: adakah kesempatan bagi saya untuk menyatakan kasih Allah? Sebuah senyuman atau kalimat pembangkit semangat bisa menyentuh hidup seseorang. Sikap simpatik dan peduli bisa sangat berarti. Pakai setiap kesempatan untuk menabur kasih Allah. Anda akan mengamini: Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya --JTI

God Bless ^^

TRANSFORMASI KEHIDUPAN

Ayat : Kolose 3:5-17 

Ketika masih kecil, kakak saya pernah berteriak histeris karena seekor ulat daun yang hijau bergaris-garis kuning menempel di bajunya, meliuk-liuk menjijikkan, sembari bulu-bulunya mengeluarkan zat yang membuat gatal. Malamnya, ia terbangun mengigau ketakutan membayangkan tubuhnya dirambati banyak ulat. Namun, keesokan harinya ia sudah ceria berlari-lari di taman bunga mengejar kupu-kupu yang berwarna-warni indah. Seakan-akan ia lupa bahwa kupu-kupu cantik itu berasal dari ulat daun yang gatal dan sangat menjijikkan baginya. Hanya, ulat jelek itu harus berubah melalui metamorfosa yang menjadikannya kupu-kupu cantik.

Paulus mengingatkan jemaat di Kolose bahwa kondisi kehidupan lama mereka sesungguhnya penuh dengan dosa menjijikkan bagai ulat daun yang mendatangkan murka Allah. Namun, kini hidup mereka telah ditransformasikan menjadi kehidupan baru bagaikan kupu-kupu cantik. Maka, Paulus menasihati agar mereka sungguh-sungguh menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui agar semakin serupa dengan gambar Sang Khalik. Yakni mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelembutan, kesabaran, sifat saling mengampuni dan kasih.

Kita pun perlu menguji kembali hidup kita saat ini. Apakah hidup kita masih dikuasai hawa nafsu daging; yaitu keserakahan, percabulan, kenajisan, marah, geram, fitnah, kata-kata kotor? Atau, kita mau memberi diri agar hidup kita ditransformasikan menjadi kehidupan yang terus-menerus diperbarui setiap hari hingga memberkati orang lain dan memuliakan Tuhan? --SST

God Bless ^^

CARA MEMANDANG FIRMAN


Cara kita memandang firman Tuhan akan sangat memengaruhi sikap kita terhadapnya. Bila kita memandang firman Tuhan sebagai peraturan yang mengekang kebebasan kita bertindak, maka kita akan menjadi orang yang membuang firman itu jauh-jauh dari kehidupan kita. Maka firman Tuhan hanya berlaku di hari Minggu, sedangkan hari Senin hingga Sabtu tidak berlaku lagi. Apabila kita memandang firman Tuhan sebagai sesuatu yang sulit untuk dilakukan, maka kita akan menjadi orang yang enggan untuk melakukannya. "Ya, saya tahu isi firman Tuhan, tetapi sulit untuk melakukannya, " begitulah kita beralasan.

Pembacaan firman Tuhan hari ini memberi kita sudut pandang yang menarik. Tuhan mengatakan bahwa firman-Nya bukan untuk mengekang atau mempersulit hidup manusia, melainkan membuat hidup manusia lebih baik. Perintah Tuhan untuk melakukan firman Tuhan dengan setia dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri adalah agar hati manusia senantiasa terarah dan hormat pada Dia dan demi kebaikan manusia itu sendiri (ayat 29, 33).

Sikap yang harus kita bentuk adalah menjadikan firman Tuhan sebagai pedoman hidup kita seperti manual book bagi kehidupan kita. Tanpa manual book, kita akan salah menggunakan sebuah alat elektronik yang kita beli. Demikian pula dengan hidup kita, kita bisa salah jalan atau memiliki cara hidup yang tidak baik kalau kita tidak sungguh-sungguh memperhatikan dan melakukan perintah dalam manual book rohani kita, yakni firman Allah. Dan, karena setiap firman itu baik untuk kita, hendaklah kita mempelajari dan melakukan setiap nasihat firman --RY

God Bless ^^

KETIKA ASA PUTUS


Obor blarak merupakan sebuah idiom Jawa yang menggambarkan semangat yang mudah menyala, tetapi seketika kemudian surut ke titik nol. Bagai blarak (daun kelapa) yang bila dibakar akan menyala terang, tetapi sebentar kemudian segera mati.

Kedatangan Musa dan Harun di hadapan Firaun, membuat penguasa Mesir itu semakin mempersulit tugas para budak (ayat 6). Tak heran orang Israel marah kepada Musa dan Harun. Akibatnya, mereka "tidak mendengarkan Musa karena mereka putus asa dan karena perbudakan yang berat itu" (ayat 8). Tekanan yang berat membuat orang Israel tak lagi mampu meyakini janji pembebasan dari Tuhan. Musa sendiri sempat dihinggapi rasa putus asa karena respons negatif orang Israel terhadap dirinya (ayat 11). Namun, Tuhan terus menguatkan Musa untuk menjadi agen pembebasan bagi bangsanya, menjadi sarana teguran bagi Firaun, sekaligus mendampingi dan mendidik umat Israel yang mudah putus asa itu (ayat 12). Baik Musa maupun bangsa Israel, tidak diizinkan Tuhan untuk menjadi seperti "obor blarak".

Tatkala hendak memulai langkah baru, kita kerap berapi-api: bertanya kepada Tuhan, meminta hikmat-Nya, berdoa, berpuasa, dan sebagainya. Namun, bila jawaban tak kunjung datang dan malah kesulitan yang menghadang, kita menjadi kecil hati, patah semangat, dan melupakan Tuhan. Sikap semacam ini perlu kita waspadai. Jangan mudah menyerah kalah pada tantangan. Sesungguhnya Tuhan terus ada untuk memimpin setiap langkah, setiap karya pelayanan kita di rumah tangga, tempat belajar, tempat kerja, lingkungan masyarakat, dan sebagainya --DKL

God Bless ^^

KRISTUS ITU TUHAN


Sebelum anak pertama lahir, kami sibuk memilih nama yang berarti buat kami dan bayi yang kami nantikan. Akhirnya, pilihan jatuh pada nama "Christhea", yang berarti "Kristus itu Tuhan". Kami rindu agar setiap kali memanggilnya, kami diingatkan bahwa Yesus bukan hanya Penyelamat hidup kami. Yang terutama, Dia adalah Tuhan kami, Tuan di atas segala tuan yang kami kasihi. Pemilik hidup kami yang patut kami taati, dan hanya kepada-Nya kami sekeluarga mengabdikan hidup.

Pilihan ini terinspirasi dari perjumpaan Tomas dan Yesus setelah Dia bangkit. Tomas tidak mau percaya begitu saja sebelum ia mencucukkan jarinya pada bekas luka Yesus. Syukur, Yesus yang bangkit berkenan menjumpainya: "lihatlah tangan-Ku ... dan lambung-Ku, dan jangan engkau tidak percaya lagi" (ayat 27). 

Saya rasa Tomas bukan tipe manusia peragu, tetapi tipe manusia abad modern yang mau percaya setelah membuktikannya sendiri, bukan sekadar percaya "apa kata orang". Namun ketika Yesus memberi bukti maka dari semua murid, Tomaslah yang paling konsekuen. Ketika Yesus membuktikan Dia sungguh Allah, Tomas tanpa ragu menyatakan imannya: "Ya, Tuhanku dan Allahku!" Ia mengakui Yesus sebagai Tuhan yang berhak atas hidupnya. Sejarah gereja mencatat bahwa Tomas setia memberitakan Injil, bahkan ke daerah paling sulit-sampai ke India. Dan, orang meyakini bahwa di bawah bangunan gereja Mar Thoma di India, Tomas mengakhiri hidupnya sebagai martir pembela Injil karena ketaatannya kepada Yesus.

Bila Anda percaya kepada Yesus Kristus, sungguhkah Dia menjadi Penyelamat dan Tuan atas hidup Anda, yang Anda percayai dan taati? Mari satukan kata dan tindakan kita --SST

God Bless ^^

MAKNA BEKERJA


Pak Lim, di usianya yang sudah 60-an, bekerja di sebuah hotel bintang lima di Singapura. Tugasnya memastikan puluhan engsel pintu di setiap kamar hotel itu berfungsi baik. Itu harus ia lakukan setiap hari. Padahal ada 600 kamar di situ! Dan, ketika engsel-engsel pintu di kamar ke-600 selesai dicek, ia harus kembali ke kamar pertama! Begitu terus-menerus.

Ketika ditanya, apa yang membuatnya tetap teliti dan tak bosan bekerja, ia mengaku telah menemukan makna di balik pekerjaannya yang tampak menjemukan. Bahwa setiap tamu hotel bintang lima itu pasti seorang kepala keluarga atau pimpinan perusahaan yang memiliki banyak staf. Andai terjadi kebakaran, dan salah satu engsel pintu tak berfungsi hingga tamu terkunci dan tewas di situ, maka kerugiannya sangat besar. Tak hanya bagi hotel, tetapi juga bagi keluarga, perusahaan, dan banyak karyawan yang hidupnya dipengaruhi oleh peran sang tamu. Jadi, Pak Lim tak sekadar bekerja memeriksa engsel, tapi menyelamatkan nyawa para kepala keluarga dan pemimpin perusahaan!

Mari cermati pekerjaan kita. Tak hanya apa yang tampak dari luar, melainkan makna yang mendasarinya hingga pekerjaan itu penting untuk dikerjakan. Orang yang tak mengerti makna pekerjaannya bisa merasa jemu dan sia-sia bekerja (Pengkhotbah 2:11). Akan tetapi, anak-anak Tuhan perlu memahami makna pekerjaannya. Pertama, Tuhan sendiri memanggil kita untuk bekerja-bekerja yang halal, bukan yang cemar (1 Tesalonika 4:7). Kedua, Tuhan mau kita menjadi berkat bagi sesama saudara, melalui pekerjaan kita (ayat 9). Ketiga, Tuhan rindu kita bersaksi bahwa Tuhan memelihara, karena dengan bekerja kita tak bergantung kepada orang lain (ayat 12) --AW

God Bless ^^

NASIB KELELAWAR


Dalam dongeng Aesop, suatu saat pasukan burung dan pasukan binatang buas berperang. Kelelawar mengamat-amati. Saat pasukan burung menang, si kelelawar mengaku-aku dirinya burung. Sebaliknya, saat pasukan binatang buas berjaya, ia mengaku-aku dirinya binatang buas. Sayang, muslihatnya ketahuan. Ia pun dibenci, baik oleh burung maupun oleh binatang buas. Sejak saat itu kelelawar suka menyembunyikan diri pada siang hari, dan baru keluar untuk mencari makan pada malam hari.

Dalam peperangan, tidak mungkin kita menjejakkan kaki sekaligus di atas dua kubu yang berlawanan. Begitu juga dalam mengikut Kristus Yesus. Mengikuti Kristus berarti meninggalkan segala sesuatu yang berlawanan dengan Dia. Kita tidak lagi mengejar pemuasan keinginan pribadi, tetapi memilih untuk menganut kehendak-Nya. Paulus menyebutnya sebagai "menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya" (ayat 24). Kita tidak dapat mengikuti jalan Tuhan sekaligus memuaskan hawa nafsu daging. Kristus menuntut pemisahan yang tegas.

Mengikut Kristus memberi kita kuasa atas dosa dan kedagingan. Bukan berarti kita tidak akan lagi mengalami pencobaan; sebaliknya, pencobaan terhadap kita malah akan semakin intensif. Namun, sekarang kita bukan lagi tanpa daya, melainkan dimampukan untuk menolak dan melawannya. Dalam Lukas 9:23, Yesus berkata bahwa pengikut-Nya harus "memikul salibnya setiap hari". Setiap hari kita perlu menyerahkan kecenderungan untuk berdosa itu kepada Allah. Setiap hari menyalibkannya, dan dari waktu ke waktu meminta kuasa Roh Kudus memampukan kita mengatasinya --ARS

God Bless ^^

GODAAN RASIO


Ada satu jenis godaan yang mungkin jarang kita dengar, yaitu godaan rasio. Godaan ini berupa suara lembut yang mendorong kita untuk bertindak berdasarkan rasio. Padahal ada kalanya Tuhan menghendaki kita bertindak dengan iman, yang bisa saja bertolak belakang dengan pikiran kita. Saat kita dihadapkan pada situasi seperti ini, sebenarnya kita punya kesempatan untuk melihat kuasa dan mukjizat Allah dinyatakan di hidup kita, lewat iman.

Saat murid-murid diminta mengumpulkan makanan yang ada untuk memberi makan lima ribu orang, mereka hanya mendapat lima roti dan dua ikan. Dalam kondisi demikian, sebenarnya mereka bisa mudah tergoda untuk tidak taat kepada Tuhan dengan tidak menyerahkan makanan yang sedikit itu. Toh, mustahil sedikit makanan itu bisa mencukupi makan lima ribu orang. Gampang sekali bagi Andreas untuk mengembalikan lima roti dan dua ikan itu kepada si anak kecil dan berkata, "Nih, ambil kembali saja. Sebab tidak akan cukup untuk memberi makan orang sebanyak ini." Namun bersyukur, mereka tak tergoda untuk memakai rasio.

Tuhan kita yang mahakuasa, bisa bekerja dalam berbagai ketidakmungkinan. Walau ini tentu melatih iman dan percaya kita kepada-Nya. Inilah alasan mengapa terkadang Dia mengizinkan kita mengalami masalah-masalah yang sangat sulit diselesaikan oleh rasio manusia. Mungkin kita sedang mengalami hal itu. Rasio kita sudah membisikkan kata tidak mungkin, tidak bisa, tidak sanggup, dan sebagainya. Rasio dan iman percaya harus diterapkan dalam ketundukan pada Tuhan, sehingga tidak membatasi kuasa serta mukjizat Tuhan bekerja di dalam dan melalui hidup kita --PK

God Bless ^^

PENDIDIK DAN PEMBIDIK


Dulu, sekolah kami mempunyai regu bola voli yang cukup tangguh. Salah seorang pemain berpostur tinggi dan memiliki pukulan smash yang tajam dan keras. Melalui tembakan smashnya, tim mengumpulkan sebagian besar nilai. Dengan cerdik dan kompak, rekan-rekannya selalu berupaya mengolah bola untuk melempar umpan kepadanya. Melalui kerja sama seperti itu, angka demi angka diraih.

Injil Lukas ditulis oleh tabib Lukas. Lewat karyanya, ia menyampaikan pengajaran kepada umat kristiani sezaman. Ia mendidik umat. Targetnya: orang-orang kaya dan terhormat di kalangan orang kristiani Yunani. Tak heran, di situ bertaburan cerita, nasihat, dan contoh tentang bagaimana pengikut Yesus memakai kekayaannya. Namun agar pesan ini tersampaikan, Lukas "melempar umpan" kepada petinggi kristiani yang bisa diandalkan untuk "membidik tepat ke sasaran". Yang berpotensi memperbanyak naskah Injil itu, sekaligus menyebarkannya kepada teman-temannya. Yakni Teofilus, pejabat yang punya kedudukan dan kemampuan untuk memainkan peran tersebut. Lukas menjadi pendidik, Teofilus menjadi pembidik. Dengan kerja sama mereka, Injil diwartakan sampai ke tujuan.

Dalam pewartaan Injil, kerja sama selalu diperlukan. Salah satunya pembagian peran yang sesuai, agar hasilnya lebih efektif. Ada yang mendidik dan mempersiapkan tenaga. Ada yang terjun sebagai pembidik di lapangan. Ada pengajar, ada penyebar. Ada edukator, ada komunikator. Ada pencetus gagasan, ada penerus gagasan. Ada pemberi materi ajaran, ada pemberi fasilitas pengajaran. Keduanya tak boleh saling meremehkan, justru harus saling menghargai dan melengkapi untuk memuliakan Tuhan --PAD
  
God Bless ^^

PUASA BAGI MURID YESUS


Ada beberapa denominasi gereja tertentu memiliki tradisi berpuasa dan sangat mementingkan ajaran tentang puasa dan ada yang tidak. Bagi bangsa Yahudi, puasa merupakan tradisi keagamaan yang sangat penting, golongan Farisi bahkan memiliki kebiasaan berpuasa dua kali seminggu (Lukas 18:12). Di Perjanjian Lama, ada seruan berpuasa sebagai ungkapan kesedihan (1 Samuel 31:13, 2 Samuel 1:12), atau ungkapan pertobatan (1 Samuel 7:6). Tetapi bagi golongan Farisi, puasa juga merupakan aktivitas rohani yang menampakkan kesalehan supaya berbeda dengan orang lain (Lukas 18:11, 12). Mengapa saat murid-murid Yohanes Pembaptis dan orang Farisi berpuasa, murid Yesus tidak melakukannya?

Bagi Yesus, murid-murid-Nya bagai para sahabat yang sedang menyongsong mempelai laki-laki. Dan, mereka dipenuhi sukacita surga sebab Yesus sang mempelai itu telah datang. Datang untuk membuka relasi baru, yaitu hidup diperdamaikan dengan Allah. Datang untuk mengasihi orang berdosa dan meniadakan dosa yang dibenci-Nya melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Maka, murid-murid itu tak perlu lagi berdukacita atas dosa dan kesalahan mereka.

Namun jangan salah, puasa itu penting. Sebab Yesus tak pernah meniadakan puasa (ayat 20). Yesus justru meluruskan tujuan puasa. Bukan untuk menonjolkan kebanggaan manusia akan kesalehannya. Puasa yang sesungguhnya dilakukan demi membangun relasi yang intim dengan Allah, mengasah kepekaan diri akan kehadiran Allah, menjadi peka akan dosa, dan selalu terbuka untuk mengikuti kehendak-Nya dan bukan pemuasan kehendak diri sendiri. Selamat berpuasa --SST

God Bless ^^

MENJAGA KEKUDUSAN


Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2008, sekitar 63% remaja di kota-kota besar Indonesia mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sebuah peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan hasil survei Yayasan Kusuma Buana pada 1993, yang menunjukkan angka 10-31%. Data ini cukup mencengangkan dan mengkhawatirkan. Mencengangkan karena sebagian dari kita mungkin berpikir bahwa orang-orang Indonesia cukup religius, sehingga tidak akan melakukan hal seperti itu. Juga mengkhawatirkan, karena seks pranikah adalah praktik yang berisiko dan berdampak panjang.

Apa yang terjadi antara Amnon dan Tamar, adalah salah satu contohnya. Amnon jatuh cinta kepada Tamar. Tamar pun sebetulnya tak menolak dinikahi. Namun, Amnon yang dibutakan oleh nafsu memaksa Tamar melakukan hubungan seksual dengannya segera. Akibatnya, cinta Amnon tidak bertumbuh sepantasnya, malah berubah menjadi rasa benci. Di pihak lain, hidup Tamar pun hancur. Dampak lebih luasnya lagi, kakak Tamar, Absalom, terpengaruh membenci Amnon.

Memang wajar bila ada ketertarikan seksual kepada pasangan, ketika seseorang jatuh cinta. Namun, ketertarikan ini harus dikendalikan secara sadar, dilandasi rasa takut akan Tuhan khususnya selama kita masih ada di luar pernikahan. Sebab itu, sebagai orang muda, mintalah bimbingan dan pengawasan dari orang yang lebih tua dan berpengalaman. Sebagai rekan sebaya, biarlah kita saling mengingatkan antarsahabat. Sebagai orangtua, bantulah mereka yang masih muda dengan bijaksana tanpa membuat mereka merasa tidak nyaman --ALS

God Bless ^^

SEANDAINYA

Ayat : 1 Korintus 7:17-24

Seandainya saya menikah-tentu saya tidak kesepian lagi. Seandainya gaji saya lebih besar tentu kehidupan keluarga saya lebih harmonis. Seandainya saya tidak terjebak di kota kecil ini tentu bisnis saya berjalan lebih lancar. Seandainya istri saya penuh pengertian tentu saya bisa melayani Tuhan secara lebih leluasa. Seandainya. Seandainya. Seandainya.

Pernahkah pikiran semacam itu mengerumuni benak Anda? Lumayan sering, ya? Kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, lebih bahagia. Dan, kita mengira, jalan untuk mencapainya ialah berubahnya keadaan atau orang di sekitar kita.

Jemaat di Korintus juga berpikiran demikian. Untuk menjadi orang kristiani yang lebih baik, orang yang tak bersunat perlu bersunat; seorang hamba perlu memerdekakan diri; yang melajang perlu menikah. Bagaimana tanggapan Paulus? Menurutnya, bagi orang yang telah dipanggil Allah, tidaklah penting keadaan lahiriahnya. Kalau bisa diubah menjadi lebih baik, mengapa tidak? Namun kalau tetap sama, tak perlu dipaksakan untuk berubah. Kalaupun malah menjadi lebih buruk karena kita dianiaya, misalnya itu pun tidak masalah.

Faktor yang paling menentukan ialah kehidupan baru yang dianugerahkan kepada kita: bahwa sekarang kita "tinggal di hadapan Allah", hidup bersama dengan Allah. Kebahagiaan hidup kita tidak lagi ditentukan oleh faktor lahiriah, melainkan oleh faktor batiniah: hubungan kita dengan Allah. Kita menjadi milik-Nya, dipanggil untuk mengasihi dan menaati-Nya. Dengan kesadaran ini kita dapat hidup tenang dan tenteram, bagaimanapun kondisi lahiriah kita, terbebas dari lingkaran setan "seandainya" --ARS

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC