ShareThis

25 June 2011

AKAR PAHIT



Salah satu tugas saya di rumah setiap dua minggu sekali adalah memotong rumput dan semak di halaman rumah. Ketika melakukannya saya harus sangat berhati-hati, sebab ada sejenis semak liar di situ, yang akar dan batangnya berduri. Apabila sampai tergores sedikit saja, racunnya bisa membuat seluruh tubuh bebercak merah, terasa gatal dan panas.

Akar pahit yang menyerang hati manusia juga bagai duri; sedikit saja menggores hati kita, racunnya akan menyebar ke seluruh hidup kita. Itu sebabnya dalam Alkitab banyak sekali ayat yang mengingatkan orang beriman agar menjaga hati. Sebab, seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati mencerminkan manusia itu. Lalu, bagaimana menjaga hati agar tidak "ditumbuhi" akar pahit? Ibrani 12:15 mengingatkan jemaat agar jangan menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, sebab itu akan menimbulkan akar pahit. Sebaliknya, jemaat Tuhan dipanggil untuk hidup kudus. Yakni, mengkhususkan hidup untuk menaati Allah, hidup dalam kasih dan kemurahan Allah, dan berdamai dengan semua orang (ayat 10, 14). Menjauhi percabulan dan pemuasan nafsu yang rendah seperti Esau, yang hanya mengutamakan kebutuhan lahiriah dan mengabaikan hal-hal yang bernilai kekal (ayat 16, 17).

Jagalah hati kita agar tidak ditumbuhi akar pahit. Orang yang hatinya dipenuhi akar pahit hanya akan menularkannya pada orang lain; dan membuat hidup serbapahit, murung, penuh ketidakpuasan, pertengkaran, selalu mencari kesalahan orang sebagai bahan kritik yang menyakitkan. Akan tetapi, orang yang hatinya dipenuhi kasih karunia Allah akan selalu menularkan perdamaian, persahabatan, dan nasihat yang membangun serta membesarkan hati.

God Bless ^^

DOA BUNTU



Tahukah Anda dead letter office (kantor surat buntu)? Sejak 1825 Kantor Pos Amerika Serikat menyediakan kantor surat buntu untuk menampung surat yang tidak dapat dikirimkan. Surat buntu biasanya karena alamat tujuan dan alamat pengirim tidak jelas, seperti surat kepada Sinterklas. Pada 2006 saja jumlah surat buntu mencapai 90 juta. Untuk melindungi privasi konsumen, surat tanpa identitas jelas itu dihancurkan, kecuali lampiran berharganya yang diambil untuk dilelang.

Kalau ada surat buntu, apakah ada doa buntu? Apabila yang dimaksudkan adalah doa-doa yang tidak terjawab, firman Tuhan menjawabnya secara tegas: Ada. Rasul Yakobus menyebutkan salah satu penyebabnya. Kita berdoa, bisa jadi dengan tekun dan bersungguh-sungguh, namun kita salah arah. Bisa salah permintaan, bisa juga salah motivasi. Doa kita egois, hanya berfokus pada kepentingan diri. Kita meminta sesuatu untuk memuaskan kesenangan pribadi. Atau, tanpa meminta petunjuk Allah, kita sudah menyusun rencana tertentu, dan dengan berdoa kita berharap Dia akan menerakan cap persetujuan-Nya tanpa campur tangan lebih jauh. Seperti surat buntu yang dihancurkan, doa buntu berujung pada kesia-siaan.

Doa bukanlah sarana untuk memelintir tangan Allah agar mengikuti apa saja keinginan kita. Sebaliknya, doa adalah kesempatan untuk menyelaraskan langkah kita agar seiring dengan langkah Tuhan. Kita berdoa dengan meneladani Anak Allah di Getsemani, penuh kerelaan untuk merendahkan diri dan berserah, "Bukan kehendakku, tetapi kehendak-Mulah yang terjadi." Bagaimana Allah dapat menolak doa yang seperti itu?

God Bless ^^

PERTOBATAN SEJATI



Apa bedanya bertobat dan menyesal? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penyesalan adalah pengakuan yang menyatakan bahwa kita telah salah langkah. Sementara itu, pertobatan adalah pengakuan ditambah sikap rela memperbaiki kesalahan, dengan cara kembali tunduk pada perintah-perintah Allah. Pertobatan tanpa kesediaan untuk memperbaiki diri bukanlah pertobatan, melainkan baru penyesalan.

Untuk lebih memahami perbedaan keduanya, mari kita menyimak kisah yang ditulis dalam Ulangan 1 ini. Allah memerintahkan bangsa Israel untuk pergi dan menduduki pegunungan Amori (1:7), tetapi mereka menolaknya. Walaupun bangsa Israel memiliki alasan (1:28), jelas bahwa hal ini merupakan pemberontakan terhadap Allah, Sang Pemberi perintah. Dan, pemberontakan tersebut akhirnya mendatangkan penghukuman bagi mereka. Akan tetapi, ternyata berita penghukuman dari Allah tersebut tidak membawa mereka pada pertobatan, tetapi hanya sampai pada titik penyesalan. Mereka mengaku salah dan dengan emosional menyatakan hendak memperbaiki kesalahan dengan menyatakan diri siap untuk berperang. Akan tetapi, kali ini Allah melarang mereka untuk maju berperang. Ironisnya, sekali lagi mereka tidak mau mendengar dan taat pada perintah Allah.

Pertobatan tanpa disertai kesediaan untuk taat kepada Allah adalah pertobatan yang semu. Jadi, pertobatan bukanlah sekadar mengaku perbuatan-perbuatan salah lalu dengan emosional berupaya memperbaiki kesalahan tersebut. Pertobatan yang sejati hanya terjadi apabila kita bersedia merendahkan dan menundukkan diri kita kembali di hadapan Allah.

God Bless ^^

PEMBUNUH RAKSASA



Permainan tradisional anak-anak "main sut" masih punya pesan yang bagus sampai kini. Caranya, dua anak saling beradu gerakan jari tangan. Telunjuk mewakili orang. Kelingking mewakili semut. Ibu jari mewakili gajah. Telunjuk menang melawan kelingking, tetapi kelingking mengalahkan ibu jari. Sedang ibu jari menang atas telunjuk. Prinsipnya, tak ada jari yang akan menang terus. Tak ada pemenang mutlak.

Hidup manusia juga begitu. Siapa yang unggul atas siapa, akan silih berganti. Kita tahu Goliat si raksasa Filistin tewas di tangan Daud (1 Samuel 17:48-50). Kita mengenal Daud sebagai pembunuh raksasa. Namun, Alkitab juga punya kisah lain. Di kemudian hari, Daud pernah nyaris dibunuh raksasa Filistin bernama Yisbi Benob, karena sangat letih berperang. Syukurlah Tuhan menolongnya melalui Abisai yang membunuh raksasa itu (ayat 16). Selanjutnya, pembunuh raksasa Filistin berganti-ganti. Sibkhai membunuh Staf (ayat 18). Elhanan, orang Betlehem, menewaskan Lahmi, saudara Goliat (ayat 19-1 Tawarikh 20:5). Dan, satu lagi raksasa Filistin binasa di tangan Yonatan, kemenakan Daud (ayat 20, 21). Ternyata pembunuh raksasa Filistin bukan hanya Daud.

Di dalam hidup ini, tidak ada peran tunggal. Orang satu sama lain saling membutuhkan. Sekarang saya kuat, bisa jadi esok malah melemah. Kini saya mampu memberi, lusa saya perlu menerima dari orang lain. Kini ia berprestasi, lain kali orang lain yang tampil cemerlang. Kita dipanggil untuk saling menopang. Saling bergantian memikul tanggung jawab. Keunggulan perlu diraih, diperjuangkan, dan dinikmati bersama. Sedangkan yang tetap jadi pemeran utama hanya ada satu: Tuhan!

God Bless ^^

MELIHAT TUHAN



Setiap Minggu Eko beribadah, tetapi hatinya tetap terasa jauh dari Tuhan. "Saya tidak mendapat apa-apa, " katanya. Semula hal itu ia kira terjadi karena khotbah dan nyanyian ibadah yang tidak menyentuh. Ia pun berpindah-pindah gereja, menyimak khotbah para pengkhotbah ternama. Namun, hasilnya sama saja. Akhirnya ia sadar, rasa jauh itu muncul karena hatinya yang tidak lurus. Sikap suka mencela, suka mengkritik, merasa "sudah tahu" dan sombong rohani membuatnya tidak puas saat beribadah di mana pun!

Menurut Yesus, hanya orang yang suci hatinya bisa melihat Allah. Kata "suci" berarti murni. Bersih. Tidak bercampur dengan apa pun. Hati yang suci mempunyai motivasi murni. Tidak mendua. Semata-mata ingin memuliakan Tuhan. Apabila orang beribadah dengan hati suci dan murni, ia pasti akan mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi. Entah lewat firman, nyanyian, bahkan ketika berdiam diri sekalipun. Sebaliknya, tanpa kesucian hati, ibadah menjadi sia-sia. Lihatlah Ananias dan Safira. Keduanya memberi persembahan istimewa. Menjual tanah untuk Tuhan, tetapi tidak dengan hati suci. Mereka memberi sambil pamer diri. Para rasul bahkan dibohongi soal jumlah yang dipersembahkan. Akibatnya, mereka tidak melihat Tuhan, malah dihukum Tuhan!

Apakah Anda sering merasa tidak puas ketika beribadah di gereja? Daripada menyalahkan apa dan siapa, periksalah diri sendiri. Sudahkah Anda beribadah dengan kesucian hati? Jika "ya", Anda tidak memerlukan khotbah hebat atau tata ibadah yang luar biasa untuk bisa bertemu Tuhan. Baru saja masuk ke rumah Allah, Anda sudah akan disapa dan berjumpa dengan-Nya!

God Bless ^^

HARMONIS

Ayat : Rut 1:1-22


Ketika sebuah pernikahan terjadi, maka terhubunglah banyak pribadi yang tadinya bukan kerabat, kini menjadi dekat. Sayangnya, hubungan baru ini tak selalu lancar. Ada kalanya muncul ketidaksesuaian. Bisa antara anak menantu dengan mertua, antara adik dan kakak ipar, antara paman dan keponakan yang baru, dan sebagainya.

Menilik besarnya kemungkinan terjadinya hubungan yang kurang harmonis di antara anggota-anggota keluarga baru ini, kita perlu belajar dari Naomi. Lihatlah bahwa sebagai mertua, ia merasa bahagia. Betapa tidak? Dua menantunya penuh perhatian, hormat, dan sangat mencintainya. Ketika menghadapi masa tua yang sulit, ditinggal mati suami juga dua anaknya, dan harus menumpang di negeri orang, mereka tak mengizinkan Naomi berjuang sendiri. Ketika Naomi mendorong dua menantunya yang masih muda untuk membangun keluarga baru, mereka berdua pun menangis (ayat 9, 10).

Apakah rahasia keharmonisan hubungan mereka? Bukan tanpa usaha Naomi mendapat menantu-menantu yang baik. Pertama, hidup dan iman Naomi menjadi teladan bagi kedua menantunya. Kedua, Naomi rela berkorban dengan meminta dua menantunya pulang, demi kebaikan mereka. Sebaliknya, kita juga mendapati Rut dan Orpa sangat menghargai dan memikirkan kepentingan mertua mereka, sebagaimana mereka mengasihi suami mereka (ayat 8).

Pertahankan sikap hormat, saling menghargai, dan saling mengasihi, sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan. Baik dengan mertua, menantu, kakak atau adik, paman atau bibi, dan sebagainya bagaimana pun kondisi mereka.

God Bless ^^

DUA RESPON



Yesus bercerita tentang seorang bapa yang mempunyai dua anak. Ketika sang bapa menyuruh dua anaknya bekerja di kebun anggur, ada dua respons yang berbeda. Anak yang pertama mengiyakan, tetapi setelah berlalu dari hadapan sang bapa, ia tak jadi melakukannya (ayat 29). Yang kedua menolak, tetapi setelah pergi, ia pun menyesal dan kemudian melakukan perintah bapanya itu (ayat 30). Di akhir perumpamaan, Yesus membawa para imam kepala dan tua-tua Yahudi untuk menyimpulkan bahwa yang lebih berharga adalah anak yang taat melakukan perintah bapanya. Secara mengejutkan, Yesus berkata, "... sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah" (ayat 31).

Apakah maksud Tuhan? Pertama, Tuhan tidak terpesona pada janji di mulut. Dia lebih menanti bukti ketaatan. Tuhan tidak mau kita berjanji manis ketika menaikkan banyak pujian dan doa dalam ibadah, tetapi setelah itu kita lupa melakukan apa yang kita janjikan.

Kedua, Tuhan tidak mau kita menghakimi orang lain yang kita anggap "sedang lemah secara rohani" orang-orang yang sedang menjalani hidup yang tak berkenan kepada Tuhan. Lalu berpikir bahwa mereka pasti akan "tertinggal" di belakang. Jangan salah. Tuhan dapat memakai segala cara untuk menjangkau mereka. Dan, jika mereka bertobat dan mau taat, mereka bahkan bisa "mendahului" kita. Maka, daripada kita menghakimi dan kemudian justru tertinggal, mari menjadi pribadi yang dipakai Tuhan untuk menjangkau saudara-saudara yang belum bertobat. Ingatlah, Tuhan lebih mencari hati yang taat.

God Bless ^^

PENCURI



Pencurian merupakan peristiwa kriminal merugikan yang kerap terjadi di sekitar kita. Pencurian uang, kendaraan, dan harta benda lainnya. Akan tetapi, tidak ada pencuri yang lebih profesional dari Iblis. Cara kerjanya sangat halus dan rapi sehingga banyak orang kristiani yang menjadi target Iblis seakan-akan tidak menyadari bahwa ada begitu banyak hal di dalam hidupnya telah dicuri oleh Iblis. Mereka baru menyadari ketika segala sesuatu sudah habis. Apa saja yang kerap dicuri oleh Iblis?

Kegembiraan: Iblis ingin mencuri sukacita kita. 
Keyakinan: Iblis ingin kita meragukan Allah. 
Pendirian: Iblis ingin kita berdiri untuk sesuatu yang kosong. 
Belas kasihan: Iblis ingin kita menjadi egois, tidak memedulikan orang lain. 
Komitmen: Iblis ingin kita menjadi orang yang tidak berketetapan hati. 
Damai sejahtera: Iblis ingin kita hidup dalam kehampaan. 
Kepastian: Iblis ingin kita meragukan keselamatan yang kita terima dari Yesus. 
Karakter: Iblis ingin kita tidak bertumbuh dalam Kristus. 
Kekudusan: Iblis ingin hidup kita tidak layak di hadapan-Nya. 
Iblis ingin mencuri segala yang baik dari hidup kita dengan cara-cara keji; membunuh dan membinasakan kita (ayat 10) jasmani dan rohani. Ini sangat kontras dengan tawaran Yesus, Gembala kita. Dia datang untuk memberikan hidup (ayat 10).

Apakah hari-hari ini kita kehilangan kasih, sukacita, damai sejahtera, komitmen, keyakinan, karakter Allah, dan sebagainya? Bisa jadi Iblis telah memanfaatkan setiap kesempatan untuk mencurinya. Mintalah kuasa Tuhan untuk merebut kembali semua "kekayaan" surgawi yang sudah dicuri Iblis.

God Bless ^^

BERANI BERKATA TIDAK



Sugeng sedang merintis karier sebagai penerjemah. Ia menerima tawaran untuk menerjemahkan buku spiritualisme populer dari sebuah penerbit besar. Ketika menerjemahkan sampelnya, ia sudah merasa kurang nyaman. Namun, ia merasa tawaran itu bisa menjadi batu loncatan bagi kariernya. Ia menerimanya. Akibatnya, selama menerjemahkan ia merasa tersiksa. Dari segi bahasa, buku itu relatif mudah dialihbahasakan. Masalahnya, dari segi isi, buku itu memaparkan pandangan berdasarkan berbagai filsafat dan kepercayaan yang tidak selalu selaras dengan Kitab Suci. Setelah menyelesaikan-nya, ia memetik pelajaran berharga: Seharusnya ia berani untuk berkata tidak.

Bukan hanya tawaran yang meresahkan, tawaran yang baik pun tidak mesti selalu kita iyakan. Perhatikan saja jejak pelayanan Yesus. Saat itu pelayanan-Nya sudah menjadi buah bibir masyarakat; orang banyak mencari-Nya; permintaan pelayanan meningkat tajam. Hari itu, misalnya, pagi-pagi para murid sudah kebingungan mencari Dia yang sedang berwaktu teduh di tempat yang sunyi. "Semua orang mencari Engkau, " kata mereka. Apakah Yesus memenuhi permintaan itu? Kali ini Dia menggelengkan kepala. Dia memilih pergi ke kota-kota di dekat situ. Mengapa? "Karena untuk itu Aku datang." Yesus berkata tidak, agar Dia dapat mengerjakan perkara yang Dia prioritaskan.

Tubuh kita hanya satu. Waktu kita terbatas. Tidak mungkin kita meluluskan setiap permintaan. Berarti, kita perlu menimbang dan memilih secara bijaksana. Menolak tawaran negatif sudah pasti. Namun, tak jarang kita juga mesti menyisihkan yang baik, agar dapat mengejar yang terbaik.

God Bless ^^

KEKAYAAN



Fortune adalah majalah bisnis di Amerika yang didirikan oleh Henry Luce pada 1930. Majalah ini dikenal oleh masyarakat dunia karena kerap menuliskan daftar orang terkaya di dunia. Dan, daftar tersebut selalu menimbulkan daya tarik tersendiri buat orang banyak. Mungkin karena kekayaan adalah hal yang selalu dicari oleh manusia.

Alkitab sendiri tidak mencatat bahwa kekayaan atau menjadi kaya itu salah. Justru Alkitab mencatat kekayaan sebagai salah satu berkat dari Tuhan (Amsal 10:22). Akan tetapi, apabila kita tidak berhati-hati, kekayaan dapat mengarahkan hati kita kepada kesombongan dan makin menjauh dari Tuhan seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel pada zaman Yesaya. Pada saat itu bangsa Israel sedang berada dalam kondisi makmur (ayat 7). Namun, kondisi tersebut tidak membuat mereka bersyukur kepada Tuhan. Mereka malah menjauh dari Tuhan, menyembah berhala, dan menjadi sombong. Allah pun menegur dan menghukum mereka.

Berhati-hati dan waspadalah dengan kekayaan. Prinsip yang mengatakan bahwa "segala sesuatu bisa dilakukan asal ada uang" memang banyak berlaku di mana-mana. Prinsip itulah yang biasanya membuat diri kita merasa mampu melakukan segala sesuatu tanpa pertolongan Tuhan, dan akhirnya membuat kita menjauh dari-Nya dan menjadi sombong takabur. Menjadi kaya bukanlah hal yang keliru. Akan tetapi, kita harus memandang kekayaan sebagai berkat atau pemberian dari Tuhan. Karena hanya dengan cara itulah kita dapat bersyukur kepada Tuhan dan menjaga hati kita untuk tidak sombong.

God Bless ^^

JIKA TUAN MAU



Penderita kusta pada zaman Yesus sungguh menderita. Ia dikucilkan, juga wajib selalu membawa bel kecil yang ia bunyikan sambil berteriak, "Najis, najis!" agar orang yang berjumpa dengannya jangan sampai menyentuhnya. Jangankan bersentuhan, mengenai bayangannya saja membuat orang lain najis dan harus mentahirkan diri. Sungguh menyedihkan ketika si kusta harus meneriakkan kepada orang lain bahwa dirinya najis hingga orang lain patut menjauhinya. Lebih menyakitkan lagi, jika ia tahu ada sumber pertolongan, tetapi ia tidak diperbolehkan datang dan meminta kesembuhan.

Akan tetapi, si kusta yang satu ini berbeda. Ia nekat menerobos masuk ke kota tempat Yesus berada, karena ia yakin Yesus satu-satunya Pribadi yang mampu mengubah hidupnya. Dengan penuh harap, ia memohon belas kasihan Yesus: "Tuan, jika tuan mau, tuan dapat mentahirkan aku". Ia yakin Yesus mampu, tetapi ia sadar tidak punya hak apa pun untuk memaksa Yesus memedulikannya, kecuali Dia mau. Ternyata Yesus memang mau. Bahkan, Yesus melakukannya dengan menyentuh tubuh si kusta yang dianggap najis itu.

Anda dan saya sebagai orang berdosa tak lebih dari si kusta yang membutuhkan belas kasihan Allah. Namun, kerap kali kita tidak menanti kemauan Allah terjadi atas hidup kita, tetapi menyodorkan banyak kemauan kita untuk Dia restui. Memaksakan kehendak kita agar menjadi kehendak-Nya. Mari belajar meletakkan diri kita secara benar di hadapan Allah. Kita boleh membawa setiap kebutuhan kita kepada-Nya, tetapi biarlah kehendak-Nya yang jadi atas hidup kita.

God Bless ^^

PERSEMBAHAN YANG HIDUP

Ayat : Roma 12:1-2


Seekor induk ayam tiba-tiba berkotek-kotek tidak keruan. Ia memanggil anak-anaknya, berputar-putar sambil celingak-celinguk ke sana kemari. Suaranya nyaring, gelagatnya gelisah. Matanya terus-terusan melihat ke langit. Ternyata, seekor elang sedang terbang. Kelihatannya elang itu hendak menyambar anak-anak ayam tersebut. Melihat bahaya yang pasti datang dan mengancam, induk ayam tidak mau ambil risiko. Ia meneriakkan tanda bahaya pada anak-anaknya.

Isi surat Paulus dalam Roma 12 ini bernada seolah-olah ia tengah berteriak-berseru dan mengingatkan jemaat Tuhan untuk waspada. Paulus meminta perhatian jemaat Roma untuk memperhatikan ancaman bagi kehidupan jemaat Tuhan yang berasal dari dunia (ayat 2). Ancaman itu begitu nyata dan jelas, bahkan berbahaya, sehingga Paulus perlu memberikan peringatan dini untuk waspada. Isinya pesannya jelas, yaitu tubuh ini harus digunakan untuk memuliakan Tuhan (ayat 1). Keduniawian bisa begitu menggoda hingga kita mengabaikan pentingnya memberikan tubuh sebagai alat rohani bagi Tuhan dalam dunia ini. Dan, itu bagaikan "elang" yang mengancam kehidupan anak-anak Tuhan.

Sekarang ini, konsep keduniawian seperti itu kerap memengaruhi cara berpikir kita. Kita menjadi orang kristiani yang taat hanya pada hari Minggu. Kita juga menganggap bahwa beribadah hanya pada saat di rumah Tuhan. Kita mengabaikan bahwa kita adalah anak Tuhan kapan pun, di mana pun, dan dalam kondisi apa pun. Paulus mengingatkan supaya kita menjadikan hidup kita sebagai persembahan yang hidup dalam segala aspek hidup dan setiap waktu kita.

God Bless ^^

MENYEDIAKAN DIRI



Dalam sebuah acara pemakaman, seorang pria setengah baya tampak terguncang dan menangis tanpa henti. Pria ini ternyata adalah suami dari jenazah yang akan segera dikuburkan. Ia sangat bersedih atas kepergian istrinya. Ternyata, lebih dari merasa kehilangan, sang suami merasa menyesal tidak menyediakan diri dan memberikan cukup waktu untuk menikmati kebersamaan dan kebahagiaan bersama istrinya itu ketika masih hidup. Selama ini ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Sekarang semua sudah terlambat. Istrinya sudah pergi.

Perempuan dalam perikop bacaan hari ini juga mengalami penyesalan setelah gagal menyediakan diri untuk kekasihnya. Suatu malam ketika ia sedang tertidur lelap, sang kekasih datang dengan tergopoh-gopoh. Akan tetapi, ia merasa malas dan berat untuk beranjak dari tempat tidurnya. Ia tak mau repot mengenakan baju serta mengotori kakinya yang telah terbasuh (ayat 3). Sementara itu si kekasih terus menanti dan bahkan sempat berusaha membuka pintu sendiri (ayat 4). Ketika akhirnya si perempuan berhasil mendorong dirinya untuk bangkit dan membukakan pintu, ternyata si kekasih sudah pergi. Si perempuan sangat menyesal, bahkan sampai mencari kekasihnya ke mana-mana, tetapi sudah hilang entah ke mana (ayat 6).

Siapa saja orang-orang yang kita kasihi dan berharga bagi kita? Sudahkah kita memberikan cukup waktu untuk mereka? Jangan sampai kita terlalu sibuk atau malas sehingga tidak bisa menyediakan diri untuk mereka. Prioritaskan pula mereka di hidup kita. Sebelum habis kesempatan untuk melakukannya dan kita hanya bisa menyesal.

God BLess ^^

ANAK PANAH NYASAR



Di sebuah laga sepak bola terjadi keunikan ini. Bola digiring mendekati gawang, diumpankan ke posisi tembak yang strategis. Umpan disambut tendangan keras, tetapi membentur tiang gawang. Bola terpental, jatuh di kaki penyerang lain; ditendang lagi tak kalah keras. Kali ini bola membentur mistar gawang; terpental lagi. Untuk ketiga kalinya bola berusaha disarangkan ke gawang, tetapi malah melambung dan keluar lapangan. Orang bilang, "Itulah kalau belum saatnya gol."

Raja Ahab licik dan jahat. Dalam pertempuran melawan Aram, ia membujuk Raja Yosafat menjalin aliansi militer dengannya. Bahkan, ia "mengumpankan" besannya itu sebagai sasaran musuh. Ia menyamar sebagai prajurit agar musuh menyangka Yosafat adalah dirinya, supaya Yosafat menjadi target. Taktik licik ini nyaris berhasil (ayat 31). Namun, Tuhan menyelamatkan Yosafat. Sebaliknya, meski Ahab menyamar, sebatang anak panah yang sembarang ditembakkan "menyasar" tepat di celah baju zirah-nya (ayat 33). Ia terluka dan mati. "Sudah waktunya" Ahab binasa, sementara "belum waktunya" Yosafat wafat. Sebab, bukan kematian Yosafat, melainkan Ahab, yang dikehendaki Tuhan.

Entah baik atau jahat, manusia hanya bisa berencana. Tuhan yang menentukan. Sadar atau tidak, ada kalanya hidup kita tertindih oleh rencana jahat pihak lain. Atasan yang sengaja menekan; rekan sejawat yang berniat menyingkirkan; kenalan yang merasa tersaingi lalu bersiasat licik; rekanan bisnis yang berniat merugikan. Pokoknya semua tindakan yang membahayakan Anda. Namun, tak ada yang akan membawa hasil, jika Dia tidak berkehendak. Percayalah, tiada rencana yang bakal terjadi jika Tuhan tidak berkenan.

God Bless ^^

LATIHAN GANDA



Untuk menurunkan berat badan dan menjaga kebugaran, orang biasanya memadukan dua latihan. Latihan pasif: menahan diri dengan mengikuti pola makan tertentu. Latihan aktif: berolahraga untuk membakar kalori dan lemak yang berlebihan.

Begitu juga dengan ibadah atau disiplin rohani. Ada yang aktif, yaitu disiplin keterlibatan, sesuatu yang kita lakukan; dan ada yang pasif, yaitu disiplin berpantang, sesuatu yang kita hindari. Ini berkaitan dengan jenis dosa yang kita hadapi. Ada dosa pelanggaran, yaitu secara aktif melanggar perintah Tuhan (1 Yohanes 3:4). Ada dosa pengabaian, yaitu secara pasif melalaikan perbuatan baik yang semestinya kita lakukan (Yakobus 4:17).

Bagaimana disiplin rohani itu dapat bermanfaat bagi kita? Secara umum, menurut John Ortberg, ketika kita bergumul dengan suatu dosa pengabaian, kita akan tertolong melalui disiplin keterlibatan. Sebaliknya, ketika kita bergumul dengan suatu dosa perbuatan, kita akan tertolong melalui disiplin berpantang. Sebagai contoh, jika kita cenderung murung, kita akan tertolong dengan berlatih merayakan kehidupan ini. Apabila kita bergumul melawan keserakahan, kita akan tertolong dengan berlatih memberi. Sebaliknya, jika kita rentan bergosip, kita akan tertolong dengan berlatih menutup mulut. Apabila kita suka melebih-lebihkan sesuatu, kita akan tertolong dengan berlatih berbicara secara jujur.

Disiplin rohani tidak lain ialah sarana untuk mencapai tujuan. Tujuannya: kehidupan rohani yang sehat sehingga kita menjadi bugar; baik dalam hidup yang sekarang maupun dalam hidup yang akan datang.

God Bless ^^

BUTUH DUA ORANG

Ayat : Kejadian 13:1-9 


Selalu dibutuhkan dua orang untuk bertengkar", demikian kata sebuah pepatah lama. Benar, ketika ada dua pihak yang sama-sama berniat memperebutkan "kemenangan pribadi", maka pertengkaran pun "sukses" diciptakan. Padahal, jika salah seorang mau menyadarkan dirinya untuk berhenti memusatkan perhatian pada masalah dan mengarah pada pencarian solusi, maka pertengkaran takkan berpanjang umur. Sebuah fakta yang kerap "tertutupi" saat dua orang terlibat adu argumentasi atau perselisihan.

Para gembala ternak Abraham dan Lot juga pernah bertengkar dan berkelahi karena ladang dan air untuk menggembala tidak cukup bagi mereka (ayat 6, 7). Maka, masalah itu diteruskan kepada Lot dan Abraham. Sangat wajar jika kemudian mereka "meneruskan" pertengkaran tersebut, sebab masing-masing bisa merasa punya hak yang patut dipertahankan. Syukurlah, Abraham mampu mengendalikan dirinya dan melihat bahwa kekerabatannya dengan Lot-lah yang harus dipertahankan (ayat 8). Itu sebabnya ia memilih untuk segera menghentikan pertengkaran dengan cara mengalah.

Kita belajar dari Abraham bahwa saat hamba-hambanya bertengkar, Abraham tak berpikir pesimis, "Ah, mungkin hubunganku dengan Lot harus berakhir di sini." Sebaliknya, ia melihat bahwa Lot tetaplah kerabatnya sampai kapan pun. Itu sebabnya ia menujukan pikirannya pada "apa yang bisa dilakukan supaya hubungannya dengan Lot tak sampai terputus". Maka, keputusan dan tindakannya bukan lagi didasarkan pada emosi sesaat, melainkan pada kebijaksanaan yang bermanfaat. Kiranya Tuhan memberi kita hikmat seperti ini, ketika sebuah pertengkaran diperhadapkan pada kita.

God Bless ^^

IMAN YANG BESAR

Ayat : Lukas 7:1-10 


Dapatkah Anda membayangkan bagaimana rasanya dikagumi oleh orang besar, misalnya seorang presiden? Wah, tentu kita merasa sangat tersanjung! Lalu, bagaimana jika Allah Sang Putra Yesus Kristus mengagumi manusia? Rasanya belum pernah terdengar, bukan?

Perhatikan kisah ini. Ada perwira Romawi yang menjadi penguasa di Kapernaum. Ia baik hati, suka berderma, dan memperhatikan kesejahteraan rakyat yang dijajahnya. Sekalipun menurut orang Yahudi ia dianggap kafir, ia bermurah hati membangun rumah ibadah Yahudi. Ketika pembantunya sakit keras, ia sangat gelisah. Padahal, pembantu pada zaman itu identik dengan budak dan biasanya bukan warga Romawi. Diutusnya para pemuka Yahudi untuk memohon pertolongan Yesus hingga mereka pun memaksa Yesus menolong si perwira, sebab ia penguasa yang berjasa.

Perwira ini menyadari ketidaklayakannya. Karena itu, ia yakin bahwa jika Yesus mau menyembuhkan, Dia tak perlu datang ke rumahnya. Sebab, dari jauh Yesus bisa memerintahkan kuasa-Nya untuk menyembuhkan (ayat 6-8). Mungkinkah perwira ini meyakini bahwa Yesus adalah Mesias, penguasa surga yang sedang melawat dunia? Ketika umat Israel masih memperdebatkan apakah Yesus utusan Allah atau penyesat, perwira ini membuat Yesus tercengang. Yang dianggap kafir justru memiliki iman yang jauh lebih besar daripada orang yang menganggap dirinya umat pilihan Allah.

Milikilah iman sang perwira. Ia merendahkan diri, menyadari ketidaklayakannya di hadapan Yesus. Namun, ia sangat meyakini ketuhanan dan kebesaran Yesus. Ia mempercayai Yesus dengan sepenuh hatinya. Tuhan senang melihat iman seperti ini.

God Bless ^^

SEKOLAH PADANG GURUN



Eric Wilson, seorang dosen, ingin hidup lebih bahagia. Berbagai cara dicobanya. Ia membaca berbagai buku, mencoba banyak tersenyum, mengucapkan kata-kata positif, dan menonton film komedi. Semuanya tidak menolong. Akhirnya, ia mengarang buku berjudul Against Happiness (Melawan Kebahagiaan). Menurutnya, kebahagiaan tidak bisa dikejar atau dibuat. Ia akan muncul sendiri setelah kita berhasil menghadapi persoalan sulit, ketidakpuasan, bahkan penderitaan. Jadi, jalan untuk mencapai kebahagiaan ialah harus melalui kesulitan!

Musa menghabiskan masa mudanya di istana Firaun. Hidupnya nyaman, tetapi tidak bahagia. Suatu saat, datanglah jalan yang sulit. Setelah membunuh seorang Mesir, Musa ketakutan lalu melarikan diri ke padang gurun. Hidupnya berubah drastis. Dulu serbaada, kini serba tidak punya. Anak raja Mesir itu kini hanyalah seorang pendatang di gurun Midian. Namun, di padang gurun itu justru Musa belajar banyak tentang kesendirian; tentang kerasnya kehidupan gurun; tentang susahnya menghadapi orang sulit. Tanpa sadar, Tuhan menempatkan dan menempanya di sekolah padang gurun itu untuk mempersiapkannya menjadi pemimpin umat. Musa akhirnya berjumpa Tuhan dan menemukan kebahagiaan ketika menjalani panggilannya.

Kebahagiaan muncul ketika kita berjuang, lalu berhasil. Oleh sebab itu, jangan menggerutu jika Anda sedang ditempa oleh Tuhan dengan melewati "sekolah padang gurun". Berjuanglah. Syukurilah tiap pengalaman hidup yang sulit. Belajarlah sesuatu dari sana dengan terus meyakini bahwa setelah "lulus" nanti, kebahagiaan menanti!

God Bless ^^

DIMETERAI

Ayat :  Efesus 1:13-19


Meterai adalah sebuah tanda yang menunjukkan kepemilikan yang sah. Bahwa segala sesuatu yang dimeterai merupakan milik sah dari sang pemberi meterai. Tidak ada pihak lain yang berhak merebut dan memilikinya. Dan, sejak meterai itu diberikan, maka sang empunya berhak, sekaligus bertanggung jawab, atas apa yang dimilikinya itu.

Ketika kita sungguh-sungguh menyatakan percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Penyelamat jiwa kita, maka Tuhan memeteraikan kita dengan Roh Kudus (ayat 13). Dengan meterai ini, kita "ditandai" sebagai milik sah Yesus Kristus, yang berhak atas segala hal yang disediakan Tuhan bagi kita (ayat 14). Juga yang akan menerima pimpinan Roh untuk makin mengenal Tuhan dengan benar (ayat 17). Bahkan diizinkan untuk melihat dan mengalami betapa hebat kuasa-Nya (ayat 19)!

Benar, oleh meterai Roh Kudus posisi kita sudah pasti kita adalah anak Allah! (Roma 8:16). Oleh meterai Roh Kudus, Dia tidak membiarkan seorang pun merebut kita dari tangan-Nya (Yohanes 10:28). Oleh meterai Roh Kudus, Tuhan memberi kita kekuatan untuk tahu membedakan yang baik dan yang jahat agar kita hidup senantiasa menyenangkan Dia (Galatia 5:16). Oleh meterai Roh Kudus, Tuhan menolong kita dalam kelemahan (Roma 8:26). Oleh meterai Roh Kudus, kita diberi Penghibur dan Pengajar yang sejati (Yohanes 14:26).

Begitu indahnya hidup yang dimeterai oleh Allah! Punya tujuan pasti, disertai di sepanjang perjalanan, dan berujung pada akhir yang mulia bersama-Nya. Maka, yakinilah kepemilikan-Nya. Harapkan semua yang dijanjikan-Nya. Hiduplah sesuai kemauan-Nya.

God Bless ^^

19 June 2011

Bertekun dalam penantian



Bagi sebagian orang, menanti bukanlah perkara mudah. Apalagi menantikan sesuatu yang tidak diketahui kapan berakhirnya. Dalam perikop hari ini, kita membaca bagaimana para rasul juga diperhadapkan pada sebuah penantian. Mereka menantikan janji Bapa, yaitu turunnya Roh Kudus. Bagaimanakah mereka menanti?

Mereka menanti dengan taat. Ketaatan para murid pada perintah Tuhan Yesus ditunjukkan dengan kembali ke Yerusalem untuk menantikan janji Bapa terpenuhi. Setiba di Yerusalem, mereka menuju suatu rumah yang seringkali mereka pakai untuk pertemuan. Di tempat ini mereka bertekun dengan sehati dalam doa (13-14). Doa dalam kehidupan jemaat mula-mula merupakan bagian yang sangat penting.

Mereka menanti dengan mencari kehendak Tuhan. Petrus mengambil inisiatif untuk mengusulkan mencari pengganti Yudas, si pengkhianat, untuk menggenapi jumlah dua belas rasul. Petrus menguraikan bahwa kematian Yudas ini sudah diramalkan di dalam Perjanjian Lama (bdk. Mzm. 108:9). Maka ia mengusulkan untuk memilih pengganti Yudas dengan memberikan beberapa kriteria (21-22). Sekalipun para rasul menggunakan undian untuk mencari kehendak Tuhan, jelas bukan undian yang mereka utamakan, karena sebelum membuang undi mereka semua telah berdoa dengan sungguh-sungguh (24-25). Mereka percaya bahwa Allah yang tahu hati manusia akan menunjukkan jalan-Nya. Allah menggunakan undian berdasarkan doa yang sungguh-sungguh untuk menyatakan kehendak-Nya (bdk. Ams. 16:33).

Konteks kita memang berbeda dengan para rasul. Mereka menantikan janji Bapa sedangkan kita sudah memiliki janji Bapa, yaitu Roh Kudus, saat kita percaya. Yang kita nantikan saat ini adalah kedatangan Tuhan Yesus kembali (Kis. 1:11). Apa yang harus kita lakukan dalam penantian ini? Tetap bertekun dan dengan sehati berdoa bersama saudara-saudara seiman. Percayalah bahwa Roh Kudus yang ada di dalam diri kita memberi kuasa untuk melakukan kehendak Tuhan dan menjadi saksi-Nya.

God Bless ^^

Kesempatan untuk menjadi saksi



Philip Yancey, dalam bukunya "Bukan Yesus yang Saya Kenal", mencoba menjawab pertanyaan tentang yang dilakukan Yesus setelah naik ke surga. Mungkin kita akan menjawab bahwa Yesus naik ke surga untuk menerima kemuliaan dan duduk kembali di takhta suci-Nya. Itu benar, tetapi menurut Yancey, tak hanya itu. Kenaikan Yesus memberikan kesempatan bagi orang percaya untuk menjadi saksi-Nya.
Dalam perikop ini kita belajar tentang tugas, kuasa, dan jangkauan seorang saksi Tuhan. Tugas saksi Tuhan adalah memberitakan kebenaran tentang Tuhan Yesus. Bukan tentang gereja, tentang diri sendiri, atau tentang keunggulan faham teologis yang yang kita anut. Tugas menjadi saksi merupakan tugas semua orang Kristen, bukan hanya rohaniwan. Jemaat pun harus memberitakan Injil (lihat Kis. 8:1b, 4).

Tugas menjadi saksi tidaklah mudah. Maka Tuhan Yesus memberikan 'kuasa' (Yunani: dunamis, yang berarti kekuatan yang besar). Kuasa itu berasal dari Roh Kudus. Jadi kemampuan dalam bersaksi bukan berasal dari kefasihan berbicara atau metode yang kita pakai.

Jangkauan seorang saksi adalah seluruh pelosok bumi. Para murid menganggap bahwa kerajaan Allah terbatas untuk bangsa Israel atau orang-orang Yahudi saja, hal ini terlihat dari kata-kata 'kerajaan bagi Israel' (6). Tuhan Yesus mengoreksi kesalahan mereka dengan mengatakan bahwa mereka harus menjadi saksi, bukan hanya di Yerusalem dan Yudea saja, tetapi juga di Samaria, dan sampai ke ujung bumi (8). Urut-urutan tersebut menunjukkan bahwa pemberitaan Injil tidak dibatasi hanya pada daerah-daerah tertentu, tetapi dimulai dari tempat kita masing-masing sampai ke seluruh pelosok bumi ini, sehingga semua orang mendengarkan Injil.

Sudahkah kita menggunakan setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk bersaksi? Mari kita mulai dari 'Yerusalem' kita masing-masing, yaitu keluarga, tempat kerja, sekolah/kampus atau lingkungan kita. Ingat, keberhasilan dalam pemberitaan Injil bukan pada kemampuan kita dalam berbicara, sepenuhnya bergantung kepada kuasa Roh Kudus.

God Bless ^^

Berita benar, sikap benar



Kebenaran objektif di dalam kekristenan bukanlah suatu spekulasi dari keyakinan yang buta, melainkan melalui pembuktian yang sudah dilakukan oleh ribuan bahkan jutaan orang. Alkitab memuat banyak kebenaran objektif. Demikian juga ketika dokter Lukas menyampaikan kebenaran Injil kepada Teofilus.
Dari perikop ini kita dapat mempelajari tiga prinsip dalam memberitakan kebenaran objektif dari Injil. Pertama, fokus berita Injil yang benar adalah Kristus, bukan diri si pemberita. Lukas memaparkan segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Tuhan Yesus (1), yang mencakup ajaran-Nya, mukjizat-Nya, tindakan kasih-Nya, serta kematian dan kebangkitan-Nya. Berita Injil yang diberitakan Lukas berpusat kepada Pribadi Kristus dan karya-Nya.

Kedua, isi berita Injil yang benar adalah Yesus yang telah mati dan bangkit. Lukas memaparkan fakta bahwa Yesus sunguh-sungguh hidup (3). Selama 40 hari Dia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara tentang Kerajaan Allah kepada para murid. Bahkan Ia juga makan bersama-sama mereka. Kematian dan kebangkitan Yesus penting dalam pemberitaan Injil karena fakta inilah yang membedakan Yesus dari para pemimpin dunia/agama lainnya.

Ketiga, sikap pemberita Injil yang benar adalah taat. Murid-murid disuruh menantikan janji Bapa karena sebentar lagi mereka akan berjuang dalam tugas pemberitaan Injil (4). Tuhan Yesus menyuruh mereka menunggu supaya kesatuan mereka bisa terlihat dengan menerima Roh Kudus bersama-sama. Di samping itu dengan menunggu, murid-murid diajar taat. Ketaatan adalah penting bagi pemberita Injil. Bagaimana mungkin kita menyuruh orang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kalau kita sendiri tidak taat kepada Dia?

Sudahkah kita taat pada panggilan Allah untuk memberitakan Injil? Bagaimana cara dan upaya kita dalam memberitakan Injil? Siapakah yang kita beritakan, diri sendiri atau Tuhan Yesus yang mati dan sudah bangkit? Ingatlah bahwa pemberitaan Injil harus dilakukan sesuai dengan firman-Nya. Jangan sampai kita mencuri kemuliaan Allah!

God Bless ^^

Iman yang melampaui keterbatasan



Iman yang Tuhan berikan kepada Abraham agar mempunyai kekuatan untuk meninggalkan kemapanan kaum keluarganya di Haran, tampak meninggalkan pola yang sangat jelas dalam sikap Abraham terhadap kemapanan dan harta benda. Pertama, Abraham adalah orang yang sangat murah hati dalam memberi. Sikap ini terlihat jelas dalam sikapnya terhadap Lot dan Abimelekh. Kedua, Abraham sangat berhati-hati dalam menerima pemberian agar jangan sampai berkat dan pemeliharaan Tuhan jadi tersamarkan (bdk. Kej. 14:22-24). Kedua sikap ini menunjukkan kesungguhan mentalnya sebagai orang beriman. Di tengah ketidakpastian hidup, ia tetap menggantungkan seluruh keberadaannya kepada Tuhan.

Dalam kisah wafatnya Sara, sikap Abraham berbicara banyak tentang siapa dia serta perjalanan imannya di hadapan Allah. Sebagai nomaden yang masih mengharapkan Tanah Perjanjian, Abraham tidak memiliki sebidang tanah pun untuk menguburkan istrinya. Padahal menurut kebiasaan Timur, seorang yang meninggal akan dikuburkan di makam keluarganya. Iman yang telah terbentuk membuat Abraham menolak makam yang akan diberikan kepadanya secara gratis (6), tampaknya dengan alasan yang sama dengan Kejadian 14:22-24. Malah pada akhirnya ia dengan murah hati membeli seluruh ladang milik Efron. Walaupun awalnya ia hanya berniat membeli gua Makhpela yang terletak di dalam ladang itu dengan membayar harga yang sangat tinggi.

Jumlah ayat yang digunakan untuk mengisahkan proses yang dilalui Abraham untuk menguburkan Sarah dibandingkan dengan ayat-ayat yang mengisahkan kematian dan penguburan menunjukkan bahwa Abraham tidak lagi menengok ke belakang, kepada kaum keluarga yang telah ia tinggalkan, tetapi ia menatap ke depan, kepada saat di mana ladang ini akan menjadi petak pertama dari negeri yang kelak akan dimiliki keturunannya. Walaupun usia semakin uzur dan kematian jelas-jelas menghadang di depan, iman Abraham mampu melihat melampaui keterbatasan umurnya.

God Bless ^^

Kualitas orang beriman



Hidup di tengah orang asing tidaklah mudah, apalagi pada masa Abraham ketika komunikasi jauh lebih terbatas. Sebab itu Abraham hanya memiliki akses yang terbatas pada perkembangan keluarga dan kaum kerabatnya. Di dalam perikop ini, setelah puluhan tahun Abraham meninggalkan keluarga besarnya baru dikisahkan lagi perkembangan keluarganya. Nahor, satu-satunya saudara laki-lakinya yang masih hidup (Kej. 11:27-29), telah mempunyai 12 orang anak laki-laki; 8 orang anak berasal dari istrinya yang masih keluarganya dan 4 orang anak berasal dari gundiknya.

Ayat 21 menerangkan bahwa dari keluarga besar inilah akan dilahirkan orang-orang Aram. Poin penting dari perikop ini adalah perannya sebagai latar bagi kelanjutan kisah keluarga Abraham. Di dalam perikop sebelumnya, kita mendapati sebuah konfirmasi bagaimana Abraham dalam kehidupan imannya berulang kali menunjukkan ketaatan yang luar biasa dan kesigapan untuk bertindak dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah.

Abraham telah melihat cara hidup bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, tetapi ia telah menerima janji Allah bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi semua bangsa di bumi (Kej. 22:17-18). Dan bagian dari paket panggilan itu adalah untuk menjadi berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Sebagai ayah, tugas Abraham adalah untuk meneruskan proses estafet panggilan dan pembentukan jati diri sebagai orang beriman itu kepada anaknya, Ishak, yang juga telah menunjukkan kualitas sebagai seorang beriman (Kej. 22:1-19). Sebagai seorang yang telah ditebus, Ishak akan menjadi penerus perjanjian Allah dengan Abraham. Sebagai ayah, Abraham akan memastikan bahwa sang penerus perjanjian ini akan mendapatkan pasangan yang terbaik, yang berkenan kepada Allah, dan yang akan dipakai Allah juga untuk meneruskan garis keturunan perjanjian ini. Karena alasan-alasan inilah maka keturunan Nahor menjadi penting untuk dipaparkan sebagai jembatan kepada babak berikutnya dalam kehidupan bapak-bapak leluhur bangsa Israel ini.

God Bless ^^

Tuhan-yang-menyediakan-pengganti



"Keesokan harinya pagi-pagi" adalah sebuah frase yang berulang dalam kisah Abraham, sebuah kisah ketaatan Abraham bahkan di saat-saat sulit dalam hidupnya. Ketika Tuhan berbicara, Abraham menaatinya pada kesempatan pertama (bdk. Kej. 21:14). Di dalam narasi ini kita melihat kisah ketaatan yang luar biasa pada kedua tokoh di dalamnya, yaitu Abraham dan Ishak, anaknya.

Sementara Abraham dikenal sebagai Bapak Orang Beriman, di sini untuk pertama kalinya dikisahkan ketaatan Ishak sebagai seorang dewasa. Kita tahu bahwa Ishak sudah dewasa karena ayat 6 mengatakan "Abraham ... memikulkannya ke atas bahu Ishak ...." Hanya lelaki dewasa yang bahunya sudah bertumbuh kokoh yang bisa memikul barang di atas bahunya. Ishak pada saat ini sudah berusia 20-an tahun sementara Abraham 120-an tahun. Namun Ishak menuruti ayahnya dan tidak melawan, kendati perjalanan berhari-hari tentu menyediakan banyak sekali kesempatan untuk bercakap-cakap. Tentu bukan perkara mudah bagi Abraham untuk menanggung pikiran bahwa anak tunggalnya harus dijadikan korban bakaran, walaupun kita tahu ia berpikir bahwa Allah akan membangkitkan Ishak kembali dari kematian (bdk. Ibr. 11:17-19). Di sini, mereka menunjukkan kepatutan karakter mereka menjadi leluhur orang beriman.

Di luar kelazimankah permintaan Tuhan agar Abraham mengorbankan Ishak? Ternyata tidak. Hal itu dilakukan banyak bangsa pada masa itu (2Raj. 3:27, bdk. Im. 18:21, Ul. 12:31, Mzm. 106:37, Yeh. 20-21). Jadi permintaan Tuhan ini pada awalnya mungkin bukan sesuatu yang mengejutkan Abraham, yang berasal dari lingkungan yang tidak mengenal Tuhan. Namun elemen yang paling mengejutkan dalam kisah ini justru ada di ayat 13-14, mengenai penyediaan korban pengganti untuk anak yang seharusnya mati. Di sinilah kita temukan kisah penebusan yang otentik dari Tuhan, yang tidak dikenal oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan-yang-hidup, Tuhan-yang-menyediakan-pengganti dan Tuhan-yang-menggantikan. Terpujilah nama Tuhan!

God Bless ^^

Kemuliaan Allah

Ayat : Mazmur 19


Apa yang Bukan dan apa yang Ya dari Mazmur ini? Mazmur ini bukan pembuktian bahwa Allah ada karena alam semesta membuktikannya (2-7) dan Allah ada karena hati nurani dan nilai-nilai moral (Taurat) yang dirujuk manusia, terutama Israel (8-15).

Ya! Mazmur ini adalah proklamasi pemazmur akan Allah yang menyatakan diri-Nya lewat karya ciptaan-Nya dan lewat hukum Taurat-Nya. Keduanya bukan hal yang terpisah melainkan satu paket penyataan Allah yang komprehensif. Pemazmur secara sederhana menguraikan pengamatannya akan kegiatan alam dalam kesehariannya: matahari terbit dan terbenam, siang dan malam silih berganti (2-7). Semua itu menandakan Sang Pencipta dan Perancang sempurna. Dosa mengaburkan tanda-tanda tersebut, sehingga yang terjadi adalah matahari disembah dan alam didewakan.

Pemazmur melanjutkan pengamatannya kepada Taurat (8-12) yang secara spesifik diberikan Tuhan kepada umat-Nya, tetapi juga yang kemudian menetap dalam hati saat dibaca dan direnungkan serta dipraktikkan (15). Taurat merupakan petunjuk objektif mengenal Tuhan dan kehendak-Nya agar manusia hidup serasi dengan Dia, selaras dengan alam, serta harmonis dengan sesama. Sekali lagi dosa membutakan mata rohani hingga orang tidak mengerti apalagi sanggup menerapkan kehendak Tuhan. Maka pemazmur berdoa (13-14) agar dirinya terbebas dari pelanggaran dan kesalahan.

Alam memberikan tanda keberadaan Allah, Alkitab menjelaskan keberadaan Allah. Hati yang dipenuhi dengan kekaguman dan ketundukan kepada Allah menjadi kesaksian akan keberadaan Allah di dalam hidup anak-anak Tuhan. Kristus yang dinyatakan dalam Alkitab memerdekakan hati dan pikiran kita dari kesesatan dan tipu daya Iblis yang hendak merampas pengenalan yang benar akan Allah, Sang Pencipta dan Sang Penebus. Jangan biarkan diri kita disesatkan. Baca Alkitab dan saksikan Allah kepada dunia ini!

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC