ShareThis

29 September 2011

BERKELUH KESAH

Ayat : Ayub 7:1-21 (TB)

1"Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? 2 Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nantikan upahnya, 
3 demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan. 
4 Bila aku pergi tidur, maka pikirku: Bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dinihari. 
5 Berenga dan abu menutupi tubuhku, kulitku menjadi keras, lalu pecah. 
6 Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan. 
7 Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat yang baik. 
8 Orang yang memandang aku, tidak akan melihat aku lagi, sementara Engkau memandang aku, aku tidak ada lagi. 
9 Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali. 
10 Ia tidak lagi kembali ke rumahnya, dan tidak dikenal lagi oleh tempat tinggalnya. 
11 Oleh sebab itu akupun tidak akan menahan mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku. 
12 Apakah aku ini laut atau naga, sehingga Engkau menempatkan penjaga terhadap aku? 
13 Apabila aku berpikir: Tempat tidurku akan memberi aku penghiburan, dan tempat pembaringanku akan meringankan keluh kesahku, 
14 maka Engkau mengagetkan aku dengan impian dan mengejutkan aku dengan khayal, 
15 sehingga aku lebih suka dicekik dan mati dari pada menanggung kesusahanku. 
16 Aku jemu, aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya. Biarkanlah aku, karena hari-hariku hanya seperti hembusan nafas saja. 
17 Apakah gerangan manusia, sehingga dia Kauanggap agung, dan Kauperhatikan, 
18 dan Kaudatangi setiap pagi, dan Kauuji setiap saat? 
19 Bilakah Engkau mengalihkan pandangan-Mu dari padaku, dan membiarkan aku, sehingga aku sempat menelan ludahku? 
20 Kalau aku berbuat dosa, apakah yang telah kulakukan terhadap Engkau, ya Penjaga manusia? Mengapa Engkau menjadikan aku sasaran-Mu, sehingga aku menjadi beban bagi diriku? 
21 Dan mengapa Engkau tidak mengampuni pelanggaranku, dan tidak menghapuskan kesalahanku? Karena sekarang aku terbaring dalam debu, lalu Engkau akan mencari aku, tetapi aku tidak akan ada lagi."

Setiap kali Pendeta Matt selesai berkhotbah, David selalu menambahkan hal yang dianggapnya kurang atau tidak tepat. Mula-mula Matt bisa menerima. Namun, setelah 2 tahun dikritik terus, ia pun marah. "Apa maksudmu selalu mengkritik khotbahku?" tanya Matt. David kaget. Ia berkata, "Maaf, Pak Matt, saya tak bermaksud apa-apa. Saya orang Yahudi. Kami biasa memperdebatkan Alkitab. Setiap kali saya berharap Bapak menyanggah kritikan saya, supaya terjadi dialog yang menarik. Dari situ kita bisa makin akrab!"

Sejak dulu, orang Yahudi biasa berdialog terbuka kepada Tuhan maupun sesama. Saat berdoa, mereka berani membahas segala topik, termasuk yang tidak menyenangkan: kekecewaan, keluh-kesah bahkan kemarahan. Ini tampak dari syair-syair Mazmur, Ratapan, juga dari doa Ayub. Ia mengeluh karena hari-hari hidupnya terasa hampa dan sia-sia (ayat 1-7). Ia ingin segera mati (ayat 8-10). Ia menuduh Tuhan memberinya mimpi buruk waktu tidur (ayat 12-15). Ia kecewa Tuhan membuatnya menderita, padahal ia hidup baik-baik (ayat 20-21). Tidak semua perkataan Ayub benar. Belakangan Tuhan menegur kata-katanya yang "tidak berpengetahuan" (Ayub 38:2). Namun, keluh kesahnya didengar! Dengan jujur mencurahkan isi hati, Ayub dapat menghadapi kekecewaan dengan cara sehat. Ia tidak membenci Tuhan atau melukai diri sendiri.

Apakah Anda kecewa terhadap Tuhan, gereja, atau sesama? Daripada bersungut-sungut di depan orang, lebih baik curahkan isi hati Anda kepada-Nya. Bapa di surga tahu kegundahan hati Anda. Dia akan menghibur sekaligus menegur cara pandang Anda yang keliru. Damai pun akan kembali hadir di hati.

God Bless ^^

26 September 2011

PAHIT JADI MANIS



Mana yang lebih Anda sukai: minum jamu beras kencur manis dulu baru minum jamu bratawali yang pahit; atau minum jamu bratawali yang pahit dulu baru minum jamu beras kencur manis sebagai penawar? Biasanya orang akan memilih meminum beras kencur yang manis setelah minum bratawali yang pahit.

Segera setelah peristiwa Laut Teberau yang mencengangkan dan menggembirakan, orang Israel mengalami kesulitan: tiga hari mereka berjalan di padang gurun tanpa air. Ketika sampai di sebuah tempat berair bernama Mara, mereka tetap tak dapat minum sebab air di situ pahit. Namun, di situ terjadi kembali pertolongan Tuhan yang mengubah air pahit di Mara menjadi air yang manis (ayat 25). Di tempat kepahitan (Mara), air berubah menjadi manis (bahasa Ibrani: Mathaq, yang berarti "manis", menggembirakan). Begitulah Tuhan mendidik umat Israel, bahwa Dia adalah Allah yang dapat membuat Mara menjadi Mathaq; yang dapat membuat apa yang tak bisa dinikmati menjadi sesuatu yang menggembirakan. Ini akan terjadi apabila umat Tuhan "sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan, Allah, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telinga kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya ..." (ayat 26).

Dalam kisah hidup kita, kadang ada kejadian pahit yang terjadi dan membuat hati kita merana karenanya. Bila hal itu terjadi, apakah Anda ingin hati Anda yang pahit diubahkan menjadi manis? Allah kita mampu mengubahnya, asal kita sungguh-sungguh bersedia mendengarkan perintah Tuhan dan melakukan apa yang benar, dengan setia.

God Bless ^^

KASIH YANG BERANI

Ayat : Matius 14:3-12 


Yohanes Pembaptis adalah nabi yang unik. Umur dan masa pelayanannya sangat pendek. Khotbahnya juga pendek, tetapi "menyambar" semua golongan tanpa kecuali membuat telinga panas, muka merah, hati gelisah. Orang dunia menganggapnya bodoh karena membuat kesalahan besar yang menyebabkan usia dan pelayanannya pendek. Mengapa? Ia berani menegur Herodes karena merebut Herodias, istri Filipus, saudaranya sendiri. Ah, siapakah ia sehingga berani menegur raja?

Namun benarkah Yohanes mencemarkan nama raja karena telah menegur langsung? Atau, ia mengasihi rajanya dan tak ingin sang raja hidup dalam dosa yang membinasakan? Memang dari sudut pandang duniawi, Yohanes melanggar tata krama. Namun dari sudut pandang kebenaran, keberanian Yohanes patut diacungi jempol, sebab ia mengasihi raja dan rakyatnya. Bukankah dosa raja berdampak buruk bagi bangsanya? Sayangnya, kejujuran dan kebenaran tak dihargai di dunia ini. Suara kenabian dan kejujuran biasanya dijauhkan dari raja. Yang ada di sekitar raja hanya para penjilat dan penggembira hati yang memabukkan. Kalaupun ada orang yang baik dan jujur di sekitar raja, biasanya ia cenderung memilih diam agar selamat.

Saudara, apabila Anda adalah "raja" baik di rumah, di tempat kerja, di gereja, di lembaga pelayanan, atau di masyarakat, waspadalah! Jagalah hati. Peliharalah persekutuan dengan Tuhan. Bukalah pintu hati bagi teguran, sekalipun itu membuat wajah merah dan hati gerah. Jangan tergesa mematikan suara itu. Siapa tahu itu adalah suara Tuhan yang berseru-seru di padang gersang kehidupan, agar jalan Anda yang bengkok diluruskan (Matius 3:3)

God Bless ^^

SUNGAI YORDAN



Jaringan televisi E! menayangkan reality show berjudul Bridalplasty, di mana 12 wanita calon pengantin memperebutkan hadiah utama berupa multiple plastic surgery (layanan bedah plastik) untuk hari pernikahan mereka. Bridalplasty ialah pengembangan dari acara make over (mendandani seseorang begitu rupa hingga menjadi sangat berbeda dari sebelumnya) yang sejak lama sangat populer; baik di majalah mingguan remaja, tabloid wanita, hingga program televisi. Peminat program ini ternyata tak pernah surut.

Dalam bacaan hari ini, Tuhan pun melakukan "make over" kepada Naaman yang penampilan fisiknya rusak karena kusta. Melalui perantaraan Nabi Elisa, Tuhan meminta Naaman mandi di Sungai Yordan untuk kesembuhannya. Lalu kenapa Naaman mulanya enggan untuk menjalankannya? Yordan adalah lembah yang paling rendah di dunia. Bahkan kata "Yordan" sendiri bermakna "turun ke bawah". Sungainya kotor dan sangat tidak diperhitungkan. Berkebalikan dengan para peserta make over yang biasanya dibawa ke salon para selebriti dan butik paling mewah; Naaman malah diminta Tuhan untuk "turun ke bawah".

Ketika Naaman taat dengan bersedia "turun ke bawah", maka ia menjadi manusia yang lebih baik. Setelah berendam di sungai Yordan, Naaman sembuh dari kustanya, karakternya pun berubah. Terhadap setiap pribadi, Tuhan juga rindu mengadakan "make over" kehidupan, sehingga membuat iman dan karakternya sangat berbeda dari yang dulu. Adakah program make over di dunia yang dapat melakukannya? Hanya Tuhan kita yang dapat. Bersediakah Anda merendahkan diri dan taat agar diubahkan oleh-Nya?

God Bless ^^

GEGABAH



Pada tahun 1930-an, untuk mengatasi wabah kumbang perusak tanaman tebu di Australia, pemerintah setempat dengan gegabah mengimpor sejenis katak khas Amerika Latin tanpa memikirkan dampak lingkungannya. Keputusan ini ternyata bukan hanya gagal menyelesaikan masalah yang dihadapi, malah kemudian menjadi masalah besar bagi Australia hingga saat ini. Sebab, katak-katak ini berkembang biak tanpa bisa dikontrol dan mengganggu keseimbangan ekosistem di sana.

Keputusan yang gegabah cenderung menimbulkan masalah yang tidak perlu. Hal serupa juga pernah terjadi pada bangsa Israel dalam masa pemerintahan Raja Saul, seperti yang tercatat dalam perikop Alkitab kita hari ini. Saat itu bangsa Israel sedang berperang melawan orang Filistin. Dalam keadaan terdesak, Saul memaksa semua orang berpuasa (ayat 24). Ini tentu keputusan yang ganjil, sebab bagaimana bangsa itu bisa berperang dengan tangguh jika mereka lapar dan haus (ayat 29-30)? Selanjutnya, meski Tuhan memberi kemenangan, akibat rasa lapar yang diderita orang Israel karena titah Saul, mereka merayakan kemenangan dengan cara yang tidak pantas (ayat 32). Tindakan gegabah ini akhirnya menjadi salah satu catatan buruk dalam sejarah pemerintahan Raja Saul.

Setiap kali kita hendak berkata-kata, bertindak, apalagi mengambil keputusan, ambillah waktu untuk memikirkan dan mempertimbangkan dengan matang. Pikirkan tujuan dan akibat tindakan tersebut, dampaknya bagi diri kita sendiri, orang lain, masyarakat, khususnya bagi Tuhan. Dengan demikian, akan ada banyak masalah, kesulitan, dan tragedi yang bisa kita hindarkan.

God Bless ^^

HANGATKAN HATINYA



Orang yang merasa bersalah, biasanya juga takut. Pernahkah Anda dikejar-kejar oleh dua perasaan yang saling terkait ini? Sebuah tindakan jahat di masa lalu bisa terus tersimpan di ingatan pelakunya, kecuali si pelaku sudah berhati batu. Jika hati Anda lembut, rasa bersalah itu akan terus menghantui dan membuat hidup tidak tenang. Itulah yang terjadi pada saudara-saudara Yusuf.

Mereka sangat menyadari kesalahan mereka di masa lalu. Maka, ketika Yakub meninggal, mereka kembali dihinggapi ketakutan, bahwa Yusuf akan membalas kejahatan mereka dan tidak lagi bersikap baik kepada mereka. Maka, setelah tujuh belas tahun hidup bersama di Mesir, mereka kembali memohon pengampunan Yusuf atas kesalahan mereka di masa lalu.

Bahkan mereka menyatakan bersedia menjadi budak Yusuf. Bagaimana sikap Yusuf? Yusuf menunjukkan bahwa sikapnya tetap sama; baik semasa Yakub masih hidup maupun setelah Yakub tiada. Yusuf memang tak lupa pada kejahatan mereka dulu. Namun, Yusuf telah menemukan makna peristiwa masa lalu itu; yakni agar ia dapat memelihara hidup suatu bangsa yang besar (ayat 20). Jadi, ia melegakan hati saudara-saudaranya dengan berkata: "Jangan takut". Sikap, kata, refleksi, dan tindakan Yusuf menenangkan dan menghibur hati mereka.

Bagi Anda yang dirundung ketakutan karena rasa bersalah, sungguh menenangkan hati jika Anda segera menuntaskannya. Bagi Anda yang berada di posisi seperti Yusuf, janganlah menunda untuk melegakan hati orang yang datang kepada Anda dengan rasa takut dan sesal. Segera hangatkan hatinya dengan pengampunan dan harapan baru.

God Bless ^^

MENGUTAMAKAN KELUARGA

Ayat : Efesus 5:22-33 


Chris Spielman adalah pemain bola kenamaan di Liga Nasional Amerika. Publik selalu menantikan penampilannya. Suatu hari, menjelang dimulainya musim kompetisi, datang berita bahwa istrinya mengidap kanker. Spielman memutuskan untuk berhenti bermain demi bisa merawat istrinya. Banyak pihak kecewa. Namun, kepada wartawan ia berkata: "Aku berjanji pada Stephanie untuk menemaninya selama berobat. Berada di sisinya waktu kesakitan, dan merawat keempat anak kami." Ketika menjalani kemoterapi, rambut istrinya rontok. Lalu Spielman mencukur habis rambutnya sebagai tanda solidaritas. Setahun kemudian istrinya meninggal. Spielman bersyukur, bisa mendampingi istrinya sampai maut memisahkan mereka berdua.

Betapa indah kesaksian hidup pasangan yang bisa menjalankan perannya dengan baik. Dalam Efesus 5 dijelaskan apa peran suami maupun istri. Suami diminta merawat istri "seperti merawat tubuhnya sendiri". Ini tidak mudah. Butuh pengorbanan. Bagi Spielman, merawat istri berarti mengorbankan kariernya; mengorbankan peluang untuk memperoleh lebih banyak uang dan popularitas. Begitu pula, seorang istri perlu "tunduk kepada suaminya seperti kepada Tuhan". Menundukkan diri butuh pengorbanan harga diri. Tunduk bukan berarti rela ditindas, melainkan belajar menghargai kepemimpinan suami.

Kapan suami istri bisa berkorban? Saat masing-masing mementingkan pasangannya lebih dari diri sendiri. Lebih dari yang lain. Relasi antara orangtua dan anak pun demikian. Saling berkorban hanya mungkin terjadi jika keluarga diutamakan. Diprioritaskan. Sudahkah Anda mengutamakan keluarga?

God Bless ^^

KANGEN, KAPAN PULANG?

Ayat :  Roma 8:14-23 


Setelah sekian waktu tinggal di Amerika, hampir empat tahun saya terhambat untuk pulang ke tanah air. Tak ayal, ketika akhirnya Tuhan beri saya kesempatan untuk pulang kampung, maka betapa padatnya hari-hari saya. Tiada hari tanpa rapat. Jam demi jam dilalui begitu cepat; bertemu donatur, relasi, anak buah, jemaat, sahabat, keluarga besar, dan teman-teman lama. Tak salah jika ibu saya berkomentar: "Wah, pulang cuma sebentar, tapi nggak bisa dipegang ’ekornya’."

Setelah satu bulan, dua hari menjelang kembali ke Atlanta, saya terkesiap membaca email anak saya: "Papa kapan pulang, Thea kangen." Tiba-tiba hati ini ingin cepat terbang kembali ke tengah keluarga yang saya tinggalkan nun jauh di sana. Betapa campur aduknya perasaan di hati: haru, bangga, kangen, karena rasa cinta saya yang besar kepada anak istri saya. Dua hari yang masih tersisa sebelum pulang jadi terasa begitu lambat, sebab rasa rindu itu seakan-akan tidak tertahankan.

Saudara, seperti itukah kerinduan kita menanti kedatangan Yesus yang kedua kali? Dia pasti datang kembali menjemput kita dari dunia, di mana Dia menempatkan kita untuk hidup sebagai saksi-Nya. Adakah kita rindu bertemu muka dengan muka, dan tidak tahan menantikan saat indah itu, sebab sekarang kita hanya mengenal Dia secara samar-samar? Atau, kita sedang terlena dengan kesibukan bekerja, menumpuk kekayaan di dunia, dan membangun kenikmatan sesaat yang pasti kita tinggalkan kelak? Mari berkarya sementara hidup di dunia, tetapi dengan mata hati tertuju ke surga, di mana Yesus kekasih hati kita berada. Dia juga sangat rindu bertemu dengan kita segera.

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC