ShareThis

11 June 2012

SAHABAT BAGI YANG LELAH


Di tengah dunia yang bergerak makin cepat, angka penderita depresi juga makin meningkat. Depresi adalah kelelahan mental yang disebabkan oleh tekanan hidup terus-menerus. Depresi menjadikan seseorang mengalami perubahan negatif dalam pikiran, suasana hati, dan tingkah laku. Banyak orang yang tidak mampu melewati kelelahan panjang pada masa depresi ini, lalu memilih untuk mengakhiri hidup. Statistik WHO menyatakan bahwa depresi merenggut lebih dari 850.000 jiwa setiap tahun!

Alkitab mencatat ada seorang nabi yang menderita kelelahan mental akut, yaitu Elia. Alih-alih berada dalam euforia kemenangan setelah menaklukkan 450 nabi Baal di gunung Karmel, Elia malahan terpuruk dan ingin mati setelah mendapat ancaman dari permaisuri raja Ahab. Izebel (1 Raja-raja 19:4). Menanggapi keadaan Elia, Tuhan tidaklah menjadi marah. Dia malah bertindak layaknya sahabat bagi Elia. Pertama, melalui malaikat-Nya Tuhan memenuhi kebutuhan fisik Elia (ayat 6-8). Kedua, Tuhan mendengarkan keluh kesah Elia (ayat 9-14). Ketiga, Tuhan meminta Elia kembali melakukan pekerjaan pelayanan (ayat 15-17). Keempat, Tuhan menyatakan ada banyak rekan pelayanan bagi Elia (ayat 18).

Apakah Anda sedang lelah secara mental didera berbagai permasalahan kehidupan? Alamilah sendiri kehadiran dan persahabatan dari Tuhan yang memulihkan. Apakah di sekitar Anda ada orang yang sedang mengalami keterpurukan jiwa? Sebagaimana Allah telah menjadi sahabat bagi Elia, marilah kita menjadi sahabat bagi mereka.

God Bless ^^

INJIL PALSU


Menurut cerita, ada kebiasaan unik di lingkungan bank untuk melatih pegawainya mengenali uang palsu. Selama beberapa bulan mereka diminta untuk menghitung uang, yang tentunya asli, dalam jumlah banyak. Kemudian setelahnya, diselipkan beberapa lembar uang palsu didalam tumpukan yang harus dihitung. Menarik sekali, dengan mudah para pegawai ini mengenali uang palsu tersebut. Kebiasaan memegang uang asli menolong mereka dengan cepat merasakan adanya uang palsu.

Paulus sangat geram ketika jemaat Galatia dengan mudah menerima suatu pengajaran yang berbeda dengan yang pernah ia ajarkan. Dengan mudah para pengajar Injil palsu ini memutarbalikkan kebenaran dan mengacaukan jemaat (ayat 7). Jemaat dengan cepat menerima dan dikacaukan karena mungkin pengajaran ini memiliki beberapa kemiripan dengan pengajaran yang pernah mereka terima. Namun, sesuatu yang mirip tetap bukanlah sesuatu yang asli. Sesuatu yang "agak salah" jelas bukanlah sesuatu yang benar. Bahkan Paulus tidak segan-segan mengatakan mereka yang memberitakan Injil yang berbeda itu sebagai "terkutuk" (ayat 8-9). Seseorang yang menggeser pentingnya salib Kristus dari kehidupan orang percaya, sesungguhnya sedang merendahkan karya agung Allah.

Terkadang kita sulit membedakan keaslian atau kepalsuan suatu pengajaran. Apa upaya kita untuk terhindar dari meyakini pengajaran yang salah? Paling tidak sudahkah kita secara pribadi tekun membaca sumber kebenaran, yaitu Alkitab? Kebiasaan untuk bergaul dengan Injil yang murni akan mempermudah kita mengenali yang tidak murni. 

God Bless ^^

NAPAS ALLAH


Tahukah Anda bahwa Alkitab yang kita miliki sekarang ini merupakan kumpulan dari 66 buku, yang terdiri lebih dari 30 ribu ayat, ditulis dalam 3 bahasa, oleh 40 orang berbeda, dalam waktu kurang lebih 1500 tahun? Kebanyakan penulisnya tidak saling mengenal karena hidup dalam kurun dan tempat yang berbeda. Mereka juga memiliki latar belakang yang sangat beragam, mulai dari rakyat biasa sampai seorang raja. Meskipun demikian, tulisan-tulisannya selaras saling berkesinambungan, sejalan tanpa saling bertentangan.

Sebenarnya apakah rahasianya? Ada satu Pribadi, yaitu Allah, yang memberi inspirasi atau ilham bagi semua penulis Alkitab (ayat 16a). Kata "diilhamkan Allah" berasal dari kata Theopneustos yang berarti " Allah yang menapaskan". Gambarannya seperti seorang meniup seruling, yang mengembuskan napasnya ke dalam seruling sehingga menghasilkan nada-nada yang indah. Seruling tidak akan menghasilkan suara apa pun jika tidak ada yang meniup. Allah memberi wahyu kepada para penulis untuk menyampaikan isi hati-Nya kepada manusia. Alkitab dapat menuntun pembaca untuk percaya kepada Pribadi Kristus yang memberikan keselamatan (ayat 15). Tulisan-tulisannya mengajar dan mengubah kita untuk hidup di dalam jalan kebenaran-Nya (ayat 16). Segala Firman-Nya memperlengkapi tiap-tiap kita untuk setiap pekerjaan baik (ayat 16-17).

Ingatlah bahwa meski Alkitab ditulis oleh manusia biasa, tetapi Allah adalah Pengarangnya. Bagaimana Anda menempatkan firman yang telah "dinapaskan" Allah itu dalam hidup Anda?

God Bless ^^

ALLAH YANG CEMBURU


"Mami, saya sedang bicara dengan Mami, kenapa Mami malah bicara terus dengannya?" protes Sean, anak teman saya, ketika ibunya asyik mengobrol dengan saya. Sean cemburu. Ia ingin perhatian yang tak terbagi. Ia butuh perhatian ibunya. Ia protes ketika sang ibu sibuk mengurusi hal selain dirinya.

Tuhan menyebut diri-Nya sebagai Allah yang cemburu (ayat 14). Apakah Tuhan begitu membutuhkan perhatian, sehingga tidak rela jika umat-Nya itu mengurusi "allah" lain? Dan, jika tidak diperhatikan, Dia bisa protes, marah, dan membuat umat-Nya susah? Jauh dari gambaran itu. Ayat 10-11 menunjukkan pada kita betapa dahsyatnya Tuhan. Dia berkuasa melakukan segala sesuatu, bahkan menentukan hidup mati bangsa-bangsa! Dan Tuhan bertujuan agar melalui umat-Nya, Israel, segala bangsa "akan melihat perbuatan Tuhan" (ayat 10b). Namun, ketika hati umat-Nya berpaut pada yang lain, mereka tidak lagi dapat menjadi cerminan kemuliaan Tuhan. Mereka merusak kehormatan Tuhan karena menggantikan Tuhan dengan sesuatu yang tidak sebanding dengan-Nya (14-17). Inilah yang tidak dikehendaki Tuhan!

Sungguh, kita patut gentar sekaligus bersyukur memiliki Tuhan yang cemburu, bukan karena Dia kekanak-kanakan atau membutuhkan kita, melainkan karena Dia memang adalah satu-satunya Pribadi yang layak menerima segala penghormatan dari ciptaan-Nya. Seperti bangsa Israel, kerapkali kita juga lebih memilih mengikuti apa yang baik menurut pandangan manusia. Sikap kita tidak menunjukkan bahwa Tuhan layak dihormati dan ditaati. Ingatlah, Tuhan kita adalah Allah yang cemburu. Mari hidup bagi kehormatan-Nya!

God Bless ^^

SANG AKHIR YANG MENENTUKAN


Seorang pengkhotbah pernah memperingatkan: "Jalan mana pun yang ditempuh, akan berujung pada Tuhan. Anda pasti akan menemui-Nya, entah sebagai terang dan kehidupan, atau sebagai api dan siksaan." Ia benar. Tuhan sendiri menyatakan diri-Nya bukan saja sebagai Yang Awal, melainkan juga Yang Akhir. Alfa dan Omega. Alfa adalah huruf pertama alfabet Yunani, Omega adalah huruf terakhir. Pernyataan diri Tuhan ini punya konsekuensi yang serius bagi setiap ciptaan-Nya.

Ada dua "akhir" yang dijelaskan Tuhan dalam bagian firman yang kita baca. Akhir yang pertama adalah akhir bagi mereka yang menang (ayat 7). Mereka akan memperoleh semua yang disebutkan dalam ayat 1-4. Mereka haus akan Tuhan, dan Sang Sumber Hidup akan memuaskan kehausan mereka selamanya (ayat 6). Akhir yang kedua adalah akhir bagi mereka yang tidak menang (ayat 8). Mereka disebut sebagai orang-orang "penakut dan tidak percaya". Tuhan tidak menarik bagi mereka. Mereka haus akan kekerasan dan pembalasan dendam (keji, pembunuh), haus akan kepuasan seksual di luar cara yang direstui Tuhan (sundal), haus akan kuasa gaib (sihir), haus akan "Tuhan yang sesuai keinginannya" (berhala), haus akan sukses hasil kebohongan (dusta). Bukannya menikmati mata air kehidupan, mereka berakhir dalam lautan api dan belerang.

Bagaimana kita akan menjalani hidup tiap hari dengan kesadaran bahwa Tuhan adalah Sang Omega, Yang Akhir, Pribadi yang akan kita hadapi setelah hidup di dunia ini usai? Apa yang menjadi kehausan Anda dalam hidup ini? Kecuali kita haus akan Tuhan, mendambakan Dia lebih dari segala sesuatu, kita tidak akan dipuaskan pada akhirnya.

God Bless ^^

SANG AWAL YANG MENAKJUBKAN


Mengunjungi sahabat lama, saya disambut dua makhluk kecil dengan senyum lebar. "Lain kali kamu datang sudah tambah satu lagi, " ujar sahabat saya menunjuk perut isterinya sambil tertawa. Menakjubkan. Yang tadinya tidak ada kini ada. Yang tadinya kecil jadi besar. Yang semula tak bisa apa-apa bisa belajar berucap dan bertingkah banyak. Dari ketinggian rumah susun lantai 28 yang mereka tinggali, saya disuguhi pemandangan yang tak kalah menakjubkan: hamparan kota yang berselimut kabut di pagi hari dan bermandi cahaya di malam hari. Wow!

Betapa pun menakjubkannya, semua yang kita lihat tiap hari ada awalnya. Tadinya tidak ada, lalu menjadi ada. Tidak demikian halnya dengan Tuhan. Sang Pencipta. "Akulah yang terdahulu, " sabda-Nya (ayat 6). Dalam bahasa Ibrani: ri'shon. Yang Pertama. Sang Awal. Yang sudah ada sebelum semuanya ada. Tidak pernah Dia tidak ada. Dia menjadikan, membentuk, dan mengatur ciptaan-Nya (ayat 2-4). Masa lalu dan masa depan ada dalam kuasa-Nya (ayat 7-8). Pernyataan menakjubkan ini mengontraskan Tuhan dengan yang bukan Tuhan (ayat 9-20).

Ketika mengagumi kedahsyatan alam, kecanggihan peradaban, atau pribadi-pribadi yang sangat menginspirasi, ingatlah bahwa semua itu ciptaan yang terbatas. Yang Mahakuasa, Mahabijak, Mahabenar, Mahakasih bukanlah sebuah produk peradaban pelengkap hidup. Dia mengawali dan mengendalikan dunia, bukan sebaliknya. Bahkan ketika segala sesuatu berakhir, Dia berkuasa memberikan awal baru, yang lebih menakjubkan dari semua yang pernah ada (Wahyu 21:5). Hanya kepada Pribadi yang demikianlah, kita dapat bergantung penuh dan menjalani hidup dengan tidak gentar.

God Bless ^^

PENONTON ATAU PENYEMBAH?

Ayat : Mazmur 57

Ah saya tidak bisa menyembah nih. Musiknya tidak pas di hati!" keluh seorang jemaat di akhir ibadah. Sepintas, keluhan ini terdengar wajar. Namun, keluhan ini berasal dari mentalitas penonton yang kerap kali menjangkiti banyak orang percaya. Bagi seorang penonton, ia akan bernyanyi jika musik berhasil menggugah dirinya. Dengan kata lain, penyembahannya tergantung dari musik. Jika musiknya tak sesuai selera, ia mogok menyembah Tuhan. Ia melemparkan kesalahan pada musik. Sikap apakah yang diinginkan Tuhan ketika kita menyembah-Nya?

Mazmur 57, yang ditulis Daud ketika lari dari kejaran Saul, meneladankan sikap seorang penyembah yang sejati. Perhatikan urutannya. Hati harus siap sebelum bernyanyi (ayat 8). Jiwa harus bangkit sebelum alat musik dimainkan (ayat 9). Hati mesti bergelora menyembah-Nya bahkan sebelum musik mengalun. Hati penyembahan tidak didikte atau dibatalkan oleh musik. Prioritasnya tidak tertuju pada selera musik melainkan pada kebenaran Tuhan (ayat 11). Ia tidak meninggikan "kemuliaan musik", tetapi kemuliaan Tuhan (ayat 12).

Setiap Minggu kita beribadah di gereja. Periksalah diri kita dengan jujur, apakah kita datang sebagai seorang penonton atau penyembah? Apakah kita seperti "mesin diesel" yang harus dipanaskan terlebih dulu oleh musik supaya kita bisa menyembah-Nya? Atau, apakah kita menghampiri hadirat Tuhan dengan kerinduan dan kekaguman akan Dia? Berhentilah menjadi penonton dalam ibadah. Jadilah penyembah-Nya!

God Bless ^^

TUHAN VS PELAYAN RESTORAN


Pernah ke restoran? Di sana kita dilayani oleh para pelayan. Kita memanggil mereka apabila perlu saja, lalu kita tinggal menunggu pesanan kita. Kalau makanan lama muncul, kita menggerutu. Kalau cepat, kita cukup berkata "terima kasih". Kita tidak merasa perlu kenal lebih jauh dengan si pelayan. Yang penting mereka melaksanakan tugasnya dengan baik, kita senang dan puas.

Perhatikan sikap orang Israel dalam bacaan kita hari ini: mereka bersungut-sungut ketika butuh makanan (ayat 2). Dulu, mereka bersyukur memuji Tuhan ketika dibebaskan dari perbudakan Mesir (lihat Keluaran 15). Akan tetapi, kini mereka jengkel karena Tuhan tidak menyediakan makanan pada saat dibutuhkan (ayat 3). Sikap bangsa Israel tersebut persis seperti memperlakukan seorang pelayan, bukan? Tuhan kemudian memang mengirim makanan, bahkan dengan cara yang luar biasa. Manna di pagi hari dan burung puyuh di petang hari. Bukan karena Tuhan bisa seenaknya disuruh, melainkan karena Dia menginginkan agar umat-Nya tahu dan kenal dengan sungguh-sungguh bahwa Dialah Tuhan, Allah yang berkuasa memelihara mereka (ayat 12).

Apakah kita juga memperlakukan Tuhan seperti pelayan restoran? Berdoa hanya di kala butuh, lalu harap-harap cemas menunggu jawaban-Nya. Bersungut-sungut apabila jawaban-Nya terlambat atau tidak seperti yang kita minta. Bersyukur sebentar jika doa terkabul, kemudian melupakan-Nya di tengah kesibukan. Apabila ada kebutuhan mendesak, barulah kita kembali bersimpuh kepada-Nya. Mari membuat komitmen hari ini, untuk tidak berseru pada Tuhan hanya dalam situasi sulit, melainkan mencari wajah-Nya senantiasa.

God Bless ^^

BENAR TIDAK TAHU?


Kata "tidak tahu" kerap punya arti berlapis. Benarkah seorang mahasiswa "tidak tahu" sehingga tidak bisa mengerjakan tugas kuliahnya? Benarkah seseorang "tidak tahu" ketika ia mengambil milik orang lain tanpa permisi? Benarkah seorang karyawan "tidak tahu" ketika tugas yang diberikan padanya tidak kunjung selesai? Jika benar-benar "tidak tahu" tentunya mereka tidak bisa dipersalahkan bukan? Lain halnya jika alasan itu ternyata diberikan untuk menutupi kemalasan, kecerobohan, dan ketidakpeduliannya.

Jika orang-orang yang menyalibkan Yesus benar-benar "tidak tahu" apa yang mereka perbuat, bukankah itu berarti mereka tak bersalah? Mengapa Yesus memohon Bapa mengampuni orang tak bersalah? Jika membaca seluruh Injil, kita melihat bahwa sebenarnya Yesus sudah memberikan cukup bukti bahwa Dia Mesias, Anak Allah. Penyakit, angin ribut, setan-setan, bahkan maut takluk pada-Nya. Pengajaran-Nya penuh hikmat dan kuasa. Orang-orang melihat langit terbuka dan mendengar suara yang menyatakan bahwa Yesus Anak Allah. Yesus sendiri menyatakan diri sebagai Anak Allah. Jadi, "mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" di sini perlu dipahami bukan sebagai kondisi tak bersalah. Mereka seharusnya tahu dengan banyaknya bukti yang mereka lihat. Mereka bersalah karena mengabaikan semua itu dan menyalibkan Mesias. Sebab itu, mereka juga memerlukan pengampunan.

Adakah hal-hal yang jelas tidak sesuai firman Tuhan, tetapi masih kita lakukan? Mohon pengampunan-Nya dan jangan lagi abaikan kebenaran-Nya. Adakah hal-hal yang memang kita tidak tahu, apakah sesuai kehendak-Nya atau tidak? Jangan abaikan firman yang sudah Dia berikan. Buatlah daftar hal-hal yang selama ini belum pernah Anda lihat dengan pandangan alkitabiah, lalu selidikilah apa kata Alkitab tentang hal itu.

God Bless ^^

YESUS MENGHAFAL AYAT?


Siapa bilang disiplin menghafal ayat itu hanya untuk anak Sekolah Minggu? Tuhan Yesus sendiri menyimpan banyak ayat Alkitab dalam memorinya. Kebiasaan ini mungkin sekali sudah dipupuk sejak kanak-kanak. Injil Lukas mencatat bahwa pada usia dua belas tahun saja Yesus dengan cakap bersoal jawab dengan para alim ulama!

Bukan sekadar menghafalkan secara mekanis, perkataan Bapa bagi Yesus ialah sumber kehidupan dan senjata perang. Menghadapi iblis, bisa saja Yesus menghardik "Aku bukan manusia biasa, kamu tak mungkin menang, Blis!" Atau, Dia bisa saja menantang Iblis adu 'kesaktian' seperti saat nabi Elia menantang nabi-nabi Baal (1 Raja-raja 18:20-40). Namun, firman Tuhan yang tertulis sudah cukup bagi Yesus melawan si jahat (ayat 4, 7, 10). Berkali-kali dalam Injil kita akan menemukan Yesus mengutip firman Tuhan saat mengajar, misalnya dalam Matius 12:3, 5; 19:4; 22:31. Meski Yesus ialah Tuhan, Sang Penulis Alkitab, saat itu Dia sedang mengutip perkataan Alkitab yang dihafalkan-Nya sebagai manusia.

Memang banyaknya ayat Alkitab yang dihafal tidak menjamin seseorang hidup serupa Kristus, tetapi terlalu sedikit asupan firman juga tidak akan menghasilkan keserupaan dengan-Nya. Sudah sewajarnya tiap pengikut Kristus, berusaha hidup makin serupa Dia, termasuk makin bergantung pada "setiap firman yang keluar dari mulut Allah". Pendeta John Piper meluangkan waktu 5-10 menit setiap hari untuk menghafalkan ayat Alkitab. Jemaatnya membuat program hafalan Alkitab bersama setiap minggu sepanjang tahun. Hal praktis apa yang dapat Anda lakukan untuk menambah asupan firman Tuhan dalam memori Anda?

God Bless ^^

LUPE


Lupe. Ya, Anda tidak salah baca. Judul ini sengaja dipilih agar tidak mudah dilupakan. Lupe (baca: loo'-pay) adalah bahasa Yunani untuk dukacita, perasaan yang berat, gundah, penuh derita dan kesedihan karena menghadapi saat-saat sulit yang tak terhindarkan. Apa yang biasanya Anda lakukan ketika mengalaminya? Ada yang suka bepergian atau berkumpul dengan teman untuk melupakan masalah. Beberapa lainnya mungkin seperti saya, tidur! Harapannya, dengan tidur, kita tidak lagi lupe atau tidak lagi menderita.

Para murid juga dicatat tidur karena dukacita. Mungkin mereka awalnya berdoa seperti saran Yesus, tetapi karena lelah fisik dan pikiran, mereka pun terlelap. Bisa juga mereka memang memilih tidur karena tak sanggup lagi berdoa. Jika kesulitan tak dapat dihindari, apa gunanya berdoa? Yesus menegur mereka. Berdoa itu vital agar mereka jangan jatuh dalam pencobaan (ayat 46). Makin sulit situasinya, makin perlu kita terhubung dengan Bapa. Yesus sendiri dalam raga manusia gentar dan ingin menghindari penderitaan. Sebab itu, Dia berdoa, memohon agar dalam saat paling kelam, Dia dapat berespons seturut kehendak Bapa (ayat 42). Dengan kekuatan dari Bapa, Yesus menghadapi salib. Murid-murid-Nya? Lari dan menyangkal Yesus.

Iblis tahu bahwa ketika kita terhubung dengan Bapa, kita akan beroleh kekuatan untuk tetap taat melakukan kebenaran, seberat apa pun risikonya. Sebab itu, ia akan menghalangi kita dengan segala cara untuk berdoa. Menjelang kedatangan Kristus kembali, ia akan makin gencar mencobai anak-anak Tuhan. Mari hidup dengan berjaga-jaga dan berdoa. Yesus berjanji, kita akan beroleh kekuatan yang kita perlukan (Lukas 21:36).

God Bless ^^

BUKAN SEKADAR LEWAT

Ayat : Mazmur 1:1-6

Donald S. Whitney mengamati bahwa "banyak jiwa yang merana adalah para pembaca Alkitab yang tekun." Mengapa? Karena mereka hanya membaca saja, dan tidak merenungkannya. Ia menulis, "Jika kita tidak hati-hati, perkataan Alkitab hanya akan menjadi aliran kumpulan kata yang melewati pikiran kita. Segera setelah kata-kata itu lewat dalam pikiran kita ... kita harus segera mengalihkan perhatian pada hal yang sekarang ada di hadapan kita. Ada begitu banyak hal yang harus kita olah dalam otak kita; jika kita tidak menyerap beberapa di antaranya, tidak ada yang akan memengaruhi diri kita."

Yang disebut pemazmur "berbahagia" juga bukan orang yang sekadar membaca firman Tuhan, tetapi yang merenungkannya siang dan malam. Merenungkan firman Tuhan berarti menyerapnya masuk dalam sistem berpikir kita. Pikiran yang dipengaruhi firman Tuhan inilah yang membuat orang tidak lagi suka berdekatan dengan dosa (ayat 1). Orang yang suka merenungkan firman Tuhan diibaratkan seperti pohon di tepi aliran air. Agar tidak layu, air haruslah diserap dan mengaliri semua bagian di dalam pohon itu, bukan sekadar lewat.

Seberapa banyak Anda "merenungkan" firman Tuhan selama ini? Pakailah 25-50% waktu pembacaan Alkitab untuk merenungkan satu ayat, frasa, atau kata. Lontarkan pertanyaan. Berdoalah. Buatlah catatan tentang hal itu. Pikirkan sedikitnya satu cara untuk menerapkannya. Jangan buru-buru. Benamkan diri Anda dalam firman. Jangan lagi biarkan jiwa Anda merana karena tak sempat menyerap apa-apa. Biarkan firman itu mengaliri dan menyegarkan Anda, memengaruhi hidup Anda dan membuat Anda berbuah-buah pada musimnya.

God Bless ^^

"TETAPI" UNTUK TUHAN?

Ayat : Daniel 1

Apakah Anda adalah orang yang menaati Tuhan dengan segenap hati? Ataukah, Anda punya pengecualian jika dihadapkan pada situasi-situasi khusus? "Saya mau taat, tetapi dalam situasi ini semua orang juga pasti melakukannya." "Saya mau taat, tetapi untuk urusan seperti ini tak mungkin bisa jujur." "Saya mau taat, tetapi apa salahnya mengikuti syarat peningkatan jabatan dengan beralih keyakinan, bukankah itu hanya formalitas saja?" "Saya mau taat, tetapi kesempatan ini sungguh sayang jika dilepasbegitu saja."

Bayangkanlah Anda ada pada posisi Daniel. Meski ia termasuk seorang buangan di Babel, ia adalah seorang pemuda dari kaum bangsawan dan punya keunggulan dibanding yang lain (ayat 4). Dengan modal itu ia punya kesempatan dididik secara khusus dan nantinya bekerja bagi raja. Ia dan kawan-kawannya bahkan ditawari makan dan minum dari santapan raja (ayat 5). Siapa pun pada zaman itu pasti mau. Lantas, apa yang dilakukan Daniel dan kawan-kawannya? "Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja" (ayat 8). Seolah-olah ia mau berkata: "Jabatan dan kesempatan itu menggiurkan, tetapi saya hanya mau taat kepada Allah, " bukan "Saya tahu santapan itu menajiskan, tetapi jabatan dan kesempatan itu mungkin bisa menjadi sarana diplomasi." Kata "tetapi" ditujukan kepada raja, bukan kepada Tuhan.

Integritas dan iman kita sebagai orang kristiani akan kerap mendapat ujian. Setiap keputusan membawa risiko. Akankah kita taat dalam segala situasi? Pilihan-pilihan kita menunjukkan seberapa berharga Tuhan dibanding kedudukan, keamanan, atau kenyamanan yang ditawarkan dunia.

God Bless ^^

PENGALAMAN DIKASIHI


Saya sedih sekali ketika dalam sebuah pertemuan diakonia gereja, seorang ibu mengatakan bahwa pelayanan kepada anak-anak jalanan tak ubahnya seperti membuang garam ke laut. Pada kesempatan lain, seorang pemuda menyatakan bahwa mengajari anak-anak di daerah kumuh perkotaan sebagai suatu kegiatan yang nyaris tak memberikan kemajuan berarti. Bagi mereka, upaya besar yang diberikan bagi anak-anak ini tidak sebanding dengan hasil yang didapat.

Dalam surat pribadinya kepada Timotius, Paulus memuji iman anak rohaninya ini (ayat 2). Menariknya, Paulus mengamati kualitas iman yang tulus ikhlas semacam ini lebih dulu ada di dua generasi di atasnya (ayat 5). Anak-anak berisiko dalam kasus di atas tak seberuntung Timotius. Timotius memiliki sang nenek, Lois, serta ibunya, Eunike, yang kehidupan imannya berimbas nyata membentuk imannya. Selain itu, Timotius juga memiliki Paulus yang memuridkan, meneguhkan, dan memberi teladan padanya (ayat 6-18).

Di dunia ini ada begitu banyak anak yang tidak memiliki orang dan lingkungan yang membentuk mereka menjadi pribadi yang baik. Hari demi hari mereka dipaparkan pada kehidupan penuh risiko kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi. Tak mengherankan jika suatu saat mereka menjadi korban sekaligus pelaku kejahatan. Kita punya banyak kesempatan mendoakan dan mewujudkan kehadiran kerajaan Allah di antara mereka. Seperti apa yang diperbuat nenek Lois, ibu Eunike, dan Paulus pada Timotius, mari bergerak memberi ruang dan pengalaman dikasihi bagi bagi anak-anak yang kurang beruntung.

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC