ShareThis

07 April 2012

BUKAN SOSOK TAK BERDAYA


Paskah tiba. Horeee ... seru banyak anak. Saatnya mendapat telur-telur Paskah. Berbagai gereja mungkin punya ragam tradisi dalam menyambut Paskah. Namun, bagaimana Paskah membuat perbedaan dalam hidup kita?

Bacaan hari ini memuat salah satu pernyataan Yesus yang sangat gamblang tentang diri-Nya. Dia menggambarkan diri sebagai Gembala yang baik, yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (ayat 11). Gambaran ini mungkin membangkitkan keharuan. Kalau Dia sudah begitu mengasihi kita hingga menyerahkan nyawa-Nya, bukankah sudah seharusnya kita balas menga-sihi-Nya? Ayat 17-18 membuyarkan konsep ini. Yesus yang mati dan bangkit bukanlah sosok tak berdaya dan memerlukan pertolongan kita. Dia punya kuasa atas nyawa-Nya-kalau Dia mati, itu karena Dia memutuskan untuk memberikannya; dan kalau Dia bangkit, itu karena Dia punya kuasa untuk mengambilnya kembali. Para pendengar-Nya tercengang (ayat 19-21). Engkau kerasukan setan dan gila, Yesus! Siapa yang punya kuasa seperti itu? Namun, itulah faktanya. Yesus yang kita rayakan kebangkitan-Nya bisa bangkit karena Dia Tuhan, yang memiliki kuasa atas kehidupan dan kematian.

Dan, bukankah itu seharusnya memberi perbedaan yang besar dalam hari-hari yang kita jalani? Kalau Yesus menggenggam kehidupan dan kematian di tangan-Nya, adakah hal lain yang di luar kendali-Nya? Pasangan yang sulit, penyakit yang berat, masa depan yang tak menentu, hidup setelah kematian. Paskah membuka mata kita kepada Siapa kita harus berpaling. Ya, kepada Yesus, Sang Pemilik hidup-mati kita.

God Bless ^^

BERANI AMBIL RISIKO


Dalam dunia bisnis ada pepatah "High risk high gain", makin besar risiko yang diambil, makin besar pula hasil yang diperoleh. Dalam pengambilan keputusan, ada orang yang bertipe "risk taker" [pengambil risiko], ada pula yang "safety player" [pemain aman]. Hal yang sama rupanya bisa dijumpai juga dalam menyatakan iman. Ada yang memilih bermain aman, tetapi ada pula yang berani mengambil risiko.

Yusuf dari Arimatea termasuk orang beriman yang berani ambil risiko. Perhatikan apa yang ia lakukan: ia mengurus segala sesuatu agar Yesus menerima penguburan yang layak (ayat 52-53). Sebelum peristiwa ini, nama Yusuf dari Arimatea tidak pernah disebutkan, apalagi dinyatakan se-bagai pengikut Kristus. Ia adalah anggota Majelis Besar (ayat 50), sutradara di balik drama penyaliban Yesus. Bertentangan dengan putusan Majelis yang membuat Yesus tampak sebagai penjahat, Yusuf memperlakukan Yesus sebagai Pribadi terhormat. Tindakannya memperlihatkan iman, kasih, dan keberpihakan pada Yesus di tengah komunitas yang membenci-Nya. Tidakkah itu berisiko merusak reputasi dan kedudukannya?

Dipandang dari keseluruhan kisah, peran Yusuf dari Arimatea tampak kecil dan sederhana. Namun, bandingkanlah sikapnya dengan murid-murid lain yang justru bersembunyi karena takut di-sangkutpautkan dengan Yesus (lihat Matius 26:56). Iman membuat Yusuf berani mengambil risiko dalam bertindak. Apabila iman kita membuat kita harus mempertaruhkan nama baik, harga diri, ja-batan, bahkan nyawa kita, beranikah kita mengambil sikap seperti murid Yesus ini? Selamat beriman!

God Bless ^^

TERSALIB OLEH KITA


Dalam lukisannya yang berjudul "The Raising of the Cross", Rembrandt melakukan sesuatu yang tidak lazim dalam dunia lukis di Eropa saat itu. Ia melukis dirinya sendiri sebagai salah satu orang yang menyalibkan Kristus. Kesedihan menggelantung di raut wajahnya. Namun, kedua tangannya terlihat bersemangat memegang kayu salib. Melalui lukisan ini, ia menyampaikan sebuah paradoks. Ia tidak suka Kristus disalibkan, tetapi dosanyalah yang membuat Kristus naik ke atas kayu salib.

Jauh sebelum Rembrandt lahir, Rasul Petrus telah memahami kebenaran ini. Walau Kristus mati dengan cara disalibkan-sebuah eksekusi yang ditujukan hanya bagi para kriminal kelas kakap, hukuman mati-Nya bukanlah karena Dia adalah seorang penjahat. Dengan tegas Petrus menyatakan bahwa Kristus tidak berbuat dosa (ayat 22). Bahkan, selama Yesus menjalani hukuman, Dia tidak mengeluarkan caci maki dan erangan kemarahan sebagaimana yang sering dilakukan oleh para terpidana mati zaman itu (ayat 23). Mengapa Dia harus mati disalibkan? Karena Dia hendak memikul dosa-dosa kita (ayat 24). Dia menggantikan kita untuk menanggung hukuman dosa kita supaya kita "sembuh"; supaya kita keluar dari ketersesatan kita dan kembali kepada Bapa surgawi (ayat 24-25).

Ketika kita memandang salib, apakah kita hanya melihat Kristus dan kerumunan orang-orang yang membenci-Nya? Adakah, seperti Rembrandt, kita melihat diri kita pun hadir di situ dan turut menyalibkan Dia? Berlututlah di bawah salib itu dan katakanlah dari hatimu, "Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau rela mati bagiku!"

God Bless ^^

BERITAKAN KEMATIAN-NYA


Coba perhatikan sikap jemaat, termasuk diri kita sendiri, saat mengikuti Perjamuan Kudus. Beberapa orang melakukannya dalam rutinitas dan tanpa rasa. Bahkan, beberapa orang lebih suka membahas rasa anggur dan jenis roti yang dipakai, yang mungkin tak sesuai dengan seleranya. Tak pelak lagi, di banyak gereja, Perjamuan Kudus nyaris kehilangan maknanya.

Jemaat di Korintus juga sempat mengalami hal yang sama. Mereka melakukan rutinitas Perjamuan Kudus tanpa menghayati maknanya (ayat 20). Paulus mengingatkan, Perjamuan Kudus diperintahkan oleh Kristus sendiri, dan setiap kali kita makan roti dan minum anggur, kita sebe-narnya sedang memberitakan kematian Tuhan (ayat 23-26). Kematian ini tidak akan pernah sama dengan kematian siapa pun. Bukan kematian akibat tidak mampu melawan maut yang menjemput, melainkan kematian yang direncanakan dan digenapi sebagai wujud kasih yang besar. Tubuh yang tercabik dan darah yang tercurah bercerita tentang luputnya manusia yang berdosa dari murka Allah oleh pengorbanan Kristus. Melalui Perjamuan Kudus, jemaat Tuhan memberitakan kematian-Nya sampai Dia datang kembali (ayat 26).

Sebab itu, tak boleh kita mengangkat roti dan cawan dengan sikap remeh, apalagi angkuh. Kita adalah sesama pendosa yang menerima anugerah pengampunan melalui kematian Yesus. Tiap kali menghadap meja perjamuan, izinkan berita ini memenuhi sanubari kita dengan rasa takjub sekaligus hormat kepada Tuhan. Banyak orang yang belum memahami dan mengalami karya-Nya. Kitalah yang seharusnya memperkenalkan makna roti dan cawan kepada mereka.

God Bless ^^

MENYALIBKAN DOSA


Menjelang Paskah, biasanya saya sibuk dengan berbagai persiapan perayaan, termasuk latihan drama tentang penyaliban Yesus yang catatannya kita baca hari ini. Sambil berlatih saya membayangkan kondisi Yesus saat itu. Setelah pergumulan rohani yang berat di Getsemani tanpa tidur sedikit pun, setelah semua penderitaan fisik dan mental di depan pengadilan, tentulah tubuh yang penuh luka-luka itu sangat lelah dan lemah. Mungkin karena itu Dia tidak kuat memikul salib-Nya, dan Simon dari Kirene ditarik untuk membantu.

Isak tangis para pengikut Yesus mengiringi perjalanan-Nya menuju Bukit Tengkorak. Yang mengejutkan, Yesus menegur mereka agar tidak menangisi diri-Nya, tetapi diri sendiri (ayat 28), ka-rena Yerusalem akan ditimpa kehancuran dahsyat sebagai akibat penolakan Israel terhadap Yesus. Begitu parahnya keadaan saat itu hingga seorang ibu mandul, yang oleh bangsa Israel dianggap kena kutuk, akan mensyukuri keadaannya sebab ia tidak perlu melihat penderitaan anaknya dalam masa sulit itu (ayat 29).

Teguran ini mengingatkan bahwa tak cukup kita sekadar bersimpati pada kedahsyatan penderitaan yang ditanggung Yesus. Penderitaan-Nya seharusnya membangkitkan kearifan tentang betapa lebih mengerikan penderitaan orang yang tidak hidup serasi dengan salib Yesus. Mereka tidak mungkin luput dari murka Allah. Siapakah orang-orang itu? Mungkin diri kita sendiri. Mungkin ke-rabat atau sahabat kita. Menyalibkan dosa berarti memilih untuk diperdamaikan dengan Tuhan. Sudahkah kita melakukannya, atau mendorong orang lain mengambil langkah yang sama? Selamat menyalibkan dosa!

God Bless ^^

TAK INGIN DIKENALI


Apakah Anda murid Yesus? Sebenarnya, apa sih yang diajarkan Yesus? Jika Anda ditanyai seperti itu, akankah Anda menjawab dengan gembira, ataukah uhm ... Anda mendadak gagap, bingung harus menjawab apa agar orang tak menilai Anda terlalu ekstrem dan mungkin memusuhi Anda?

Petrus juga pernah ditanyai tentang statusnya sebagai murid Yesus di halaman istana Imam Besar (ayat 17). Sementara itu, di dalam istana, Yesus sedang menyatakan bahwa diri-Nya tak bersalah; tidak ada yang memalukan atau menyesatkan dari ajaran-Nya sehingga tidak ada yang perlu ditu-tupi, murid-murid-Nya adalah saksi (ayat 19-21). Tanggapan Petrus? Ia tidak ingin dikenali sebagai murid Yesus, apalagi tahu-menahu tentang ajaran-Nya (ayat 17, 25-26). Menarik memperhatikan bagaimana Yohanes merangkai kedua peristiwa ini. Penyangkalan Petrus di halaman istana dibandingkan dengan pernyataan Yesus di dalam istana. Harapan Yesus agar murid-murid-Nya bersaksi tentang Dia sungguh kontras dengan reaksi yang diberikan Petrus.

Sebagian orang pada masa kini juga tak ingin dikenal sebagai murid Kristus. Alasannya, nanti dianggap tidak toleran. Padahal, toleransi sejati adalah menerima dan menghargai perbedaan, bu-kan menghindari atau mengaburkan perbedaan. Mungkin alasan sebenarnya, kita tidak terlalu jelas tentang siapa Yesus. Kita perlu sungguh-sungguh mencari tahu kebenaran, bukan hanya menerima begitu saja dari orang lain. Kenali Yesus dan ajaran-Nya dengan bertekun membaca Alkitab. Ketika kita yakin betul siapa Yesus dan apa ajaran-Nya, kita takkan berusaha mengaburkan status kita sebagai murid-Nya.

God Bless ^^

BAPA, MULIAKANLAH NAMA-MU!


Pernahkah Anda dicekam ketakutan yang sangat, hati gundah-gelisah, rasanya sangat ingin berteriak? Kurang lebih seperti itulah pergolakan emosi Tuhan Yesus menjelang hari ia disalib, yang diterjemahkan: "hati-Ku cemas" (BIS), "I am storm-tossed [badai menerjangku]" (The Message), "My soul is deeply troubled [jiwaku sangatlah gelisah]" (NLT).

Yesus tahu "telah tiba saatnya" Bapa akan menyatakan kemuliaan-Nya (ayat 23), dengan mengalahkan penguasa dunia, yaitu setan (ayat 31), dan membawa semua orang datang kepada-Nya (ayat 32). Namun, itu artinya Dia harus menderita dan mati disalib (ayat 33). Apa yang akan Anda doakan jika berada dalam posisi Yesus? Minta kekuatan ekstra? Mukjizat dari surga? Yesus tahu persis untuk apa Dia diutus ke dunia, mempermuliakan Bapa dengan jalan menyerahkan nyawa-Nya. Dan, Dia taat sampai mati. Doa-Nya, bukan minta dibebaskan dari situasi sulit, bahkan bukan kekuatan ekstra untuk bertahan, melainkan supaya Bapa mempermuliakan diri-Nya sendiri melalui ketaatan-Nya , itulah yang berkenan kepada Bapa (ayat 27-28).

Seperti Bapa telah mengutus-Nya, demikian pula Yesus telah mengutus kita yang telah diselamatkan-Nya ke dalam dunia ini (lihat Yohanes 17:18-20). Setan tak berdaya dan dunia tak dapat berdalih ketika keberadaan anak-anak Tuhan membuat-Nya makin dikenal dan dipuji. Bagaimana orang dapat melihat kemuliaan Tuhan melalui: konflik dalam rumah tangga, pekerjaan yang berat, tabungan yang menipis, dan berbagai situasi sulit yang Dia izinkan terjadi dalam kehidupan kita saat ini?

God Bless ^^

DIA MEMANG RAJA


Hari ini peringatan Minggu Palem, saat Yesus disambut bagaikan Raja oleh banyak orang di Yerusalem dengan sorak-sorai dan lambaian daun palem (ayat 12-13). Apakah saat itu orang sungguh menyadari bahwa Yesus adalah Tuhan, Raja atas segenap semesta? Kita tak tahu pasti. Alkitab mencatat sambutan meriah itu diberikan karena Yesus baru saja membangkitkan orang mati (ayat 17). Mungkin mereka berharap melihat lebih banyak demonstrasi kuasa dari "Raja" ini.

Di tengah riuh massa ada juga celetuk sekelompok Farisi yang terdengar frustrasi. "Lihat sendiri, kamu sama sekali tidak berhasil." Apanya yang tidak berhasil? Menurut Yohanes, kelompok ini selalu berusaha mencari kesalahan Yesus, berusaha menangkap dan membunuh-Nya (lihat pasal 7:32; 8:3-6, 13; 11:47, 57). Mereka tak ingin orang mengikuti, apalagi me-Raja-kan Yesus. Namun, usaha mereka selalu gagal. Merenungkan semua itu Yohanes menyadari bahwa Yesus, Sang Anak Allah, memegang kendali atas dunia. Ia mencatat bahwa Yesus bertindak menurut "saat-Nya" (lihat pasal 7:30; 8:20), bukan saat manusia.

Ya, bukan manusia yang menjadikan Yesus berstatus Raja. Suka atau tidak, diakui atau tidak, Yesus adalah Tuhan, Raja yang patut disembah segenap semesta. Kedatangan dan penyambutan-Nya di Yerusalem telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya (Zakharia 9:9; Mazmur 118:26). Para murid ikut menggenapkan nubuat itu tanpa mereka sadari (ayat 16). Bahkan, celetukan orang Farisi "seluruh dunia datang mengikuti Dia" akan menjadi kenyataan (Filipi 2:9-11). Seberapa jauh pengenalan akan Yesus sebagai Sang Raja membuat perbedaan dalam hidup Anda dan saya?

God Bless ^^

05 April 2012

Photo KKR "A TRIP TO HELL"























KKR "A TRIP TO HELL" SO BLESSED

Source : GMS Favour

04 April 2012

MENGAKHIRI DENGAN BAIK


Mana yang lebih mudah? Memulai sesuatu atau melanjutkan dan menyelesaikan sesuatu yang sudah dimulai? Tergantung tipe orangnya. Bagi orang praktis, apalagi kaya ide, memulai sesuatu hanya semudah ia berpikir atau berucap. Namun, bagi orang yang banyak berhitung, membayangkan dulu proses detailnya, memulai sesuatu adalah tantangan besar. Perlu energi besar untuk mengambil langkah pertama. Sementara bagi yang mudah memulai, energi lebih besar diperlukan untuk tetap bertekun dan tak cepat beralih memulai hal lain lagi.

Perkataan Pengkhotbah dalam ayat pilihan hari ini menarik. Ia tidak cuma menunjukkan suatu perbandingan yang dihayatinya benar: "Akhir suatu hal lebih baik daripada awalnya". Ia juga menyertakan kualifikasi pendukungnya: "Panjang sabar lebih baik daripada tinggi hati". Untuk setia sampai akhir jelas dibutuhkan ke"sabaran yang panjang. Dan, kita perlu waspada agar tidak tergoda untuk berhenti dari sesuatu yang belum selesai karena tinggi hati. Karena takut ketahuan gagal, misalnya; atau bosan; atau tidak siap menjalani proses "perendahan" dan pemurnian karakter yang semakin berat dan sulit.

Yesus telah memberi teladan agung saat Dia melapor kepada Bapa: "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku" (Yohanes 17:4). "Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendah"kan diri-Nya dan taat" (Filipi 2:8). Apakah kita juga rindu memuliakan Tuhan dalam pekerjaan dan pelayanan kita? Mari tunaikan tugas yang dipercayakan kepada kita dengan tidak setengah hati dan juga tidak setengah jadi.

God Bless ^^

SEPERTI BARNABAS


Nama Barnabas pertama kali disebut sebagai salah satu anggota jemaat mula-mula di Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 4:36-37. Barnabas berarti "anak penghiburan", dan memang ia hidup sesuai namanya. Ia menjual ladang miliknya dan mempersembahkan uangnya untuk dipakai membantu jemaat yang kekurangan. Saat Paulus baru bertobat dan banyak yang curiga pada bekas penganiaya jemaat itu, Barnabaslah yang mendampingi dan membelanya.

Dalam bacaan hari ini kita menjumpai namanya lagi. Bersama Paulus, rekannya, Barnabas tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama melayani di Korintus (ayat 6). Sebenarnya wajar saja jika jemaat membiayai hidup Barnabas dan Paulus, karena mereka telah melakukan banyak hal untuk melayani jemaat, tetapi mereka tidak mempergunakan hak itu. Mengapa? Karena tujuan utama mereka adalah membawa orang bertobat dan datang pada Tuhan (ayat 12b), bukan mencari uang. Barnabas memandang uang, tenaga, dan keterampilan kerjanya bukan sebagai hak, tetapi sarana untuk ia pakai melayani.

Kadangkala fokus pelayanan kita juga bisa berangsur kabur. Di tengah dunia yang memberi definisinya sendiri tentang keadilan, bisa jadi kita mulai berhitung apakah pelayanan kita telah cukup dihargai. Perhatian kita lebih tertuju pada hak-hak yang menurut kita harus kita terima, daripada memikirkan bagaimana menggunakan hak melayani yang Tuhan berikan. Seperti Barnabas, mari arahkan fokus kita pada tujuan yang seharusnya, membawa orang makin mengenal dan mengasihi Tuhan. Dan, mari pakai tiap sumber daya yang Tuhan sediakan untuk saling melengkapi dalam tubuh Kristus, guna mencapai tujuan tersebut.

God Bless ^^

BERBAGI KARUNIA ROHANI

Ayat : Roma 1:8-15

Apakah karunia rohani Anda? Cukup banyak metode yang tersedia bagi kita untuk mengenali karunia-karunia rohani. Namun, hati-hati jangan sampai terlalu sibuk "mencari tahu" apa karunia yang dimiliki dan tidak sibuk "mencari kesempatan" menggunakan karunia itu sebagaimana mestinya.

Meski dalam suratnya Paulus mendaftarkan beberapa contoh karunia rohani, ia selalu mengingatkan bahwa karunia-karunia itu diberikan agar jemaat Tuhan dapat saling melayani (lihat 1 Korintus 12, 14). Dalam bacaan hari ini kita melihat kerinduannya untuk menguatkan iman jemaat di Roma dengan karunia rohaninya (ayat 11). Alkitab Terjemahan Baru Edisi 2 menerjemahkan bagian ini: "untuk berbagi karunia rohani", bukan "untuk memberikan karunia rohani". Paulus tidak bermaksud datang untuk memberikan karunia-karunia rohani, melainkan untuk menggunakan karunia rohaninya bagi pertumbuhan iman orang-orang percaya di Roma.

Dalam salah satu khotbah, John Piper mengingatkan jemaat­nya: "Apa pun kemampuan yang dimiliki, jika dalam menggunakannya kita tidak bergantung pada Tuhan dan tidak bertujuan untuk menolong orang lain bergantung pada Tuhan, maka kemampuan itu bukanlah 'karunia rohani'. Tidak 'rohani' karena tidak ada pekerjaan Roh Kudus yang mengalir dari iman kita kepada iman orang lain." Mari tidak berfokus untuk sekadar "menemukan" karunia rohani. Lihatlah ke sekitar Anda. Adakah orang yang butuh dikuatkan imannya? Bawalah orang itu dalam doa dan mohon Roh Kudus memampukan Anda menolong orang itu. Anda akan menemukan bahwa Tuhan sungguh memberikan karunia-karunia rohani yang diperlukan anak-anak-Nya untuk melayani Dia!

God Bless ^^

DITEMPATKAN UNTUK MELAYANI


Pernah membayangkan bekerja sebagai juru minum raja? Mencicipi minuman terbaik dari seluruh penjuru negeri sebelum dinikmati raja, ikut ke mana pun raja pergi, tinggal di istananya, menjadi orang kepercayaannya, tampaknya menyenangkan, ya? Itulah profesi Nehemia. Cukup mengherankan mengingat nenek moyang Nehemia berasal dari Yehuda, yang dijajah Babel, dan kemudian dikuasai kerajaan Persia (2 Tawarikh 36:20). Jika raja Persia hendak memilih orang kepercayaan, mengapa memilih dari kaum jajahan, yang bisa saja ingin meraih kemerdekaan sendiri?

Menarik untuk memperhatikan bagaimana kesempatan ini diberikan Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya (ayat 9). Dia tidak menempatkan Nehemia menjadi seorang imam atau pemuka agama. Tetapi justru sebagai juru minum dan nantinya juga sebagai bupati (Nehemia 5:14). Firman Tuhan membuat Nehemia mengerti bahwa rencana Tuhan bagi bangsanya belum selesai. Dengan kerinduan membawa bangsanya kembali beribadah pada Tuhan, ia pun mohon pertolongan Tuhan untuk bertindak (ayat 10-11). Kesempatan dan kemampuan yang ia miliki tidak dipakai untuk mengejar kenyamanan hidup, tapi untuk melayani Tuhan.

Banyak orang merasa baru "melayani" Tuhan jika ikut paduan suara, mengajar sekolah minggu, atau menjadi pendeta. Jika Tuhan berencana agar semua bangsa mengenal dan menyembah-Nya (Matius 28:19-20), tentu Dia tidak menghendaki anak-anak-Nya melayani hanya di dalam gedung-gedung gereja. Namun, Dia juga ingin kita memengaruhi dunia melalui berbagai bidang profesi: pemerintahan, pen­didikan, media, dan sebagainya. Di manakah Dia menempatkan Anda?

God Bless ^^

BONGKAR MUATAN


Sebuah gambar mengilustrasikan gereja seperti gerobak yang ditarik susah payah oleh seorang pemimpin di depan dan didorong beberapa orang dari belakang. Roda gerobak itu terbuat dari kayu berbentuk kotak. Sementara, muatan gerobak ini adalah roda-roda karet yang bundar. Seperti gerobak itu, banyak gereja "dijalankan susah payah" oleh beberapa pemimpin dan aktivis. Sebagian besar jemaat mungkin seperti "roda-roda karet bundar" itu, tidak memahami di mana dan bagaimana harus melayani. Lalu, bagaimana kita dapat mengenali tempat dan panggilan pelayanan kita?

Paulus memberitahu jemaat di Korintus bahwa tiap anggota tubuh Kristus telah diberi beragam karunia (ayat 11), untuk dipakai bagi kepentingan bersama (ayat 7). Perhatikan tiga kalimat dengan struktur yang sama dalam ayat 4-6, tiap kali dengan perbedaan kata: karunia (kharisma), pelayanan (diakonia), dan perbuatan ajaib (energema). Kharisma merupakan kemampuan istimewa dari Tuhan untuk melayani-Nya. Diakonia tak hanya berarti pelayanan secara umum, tetapi juga bidang pelayanan di mana kemampuan tersebut paling baik digunakan. Energema adalah pengalaman akan pemberdayaan dan kuasa Roh Tuhan ketika kita melayani.

Tiap jemaat dapat terlibat melayani di tempat yang tepat dengan mengenali kemampuan yang Tuhan berikan, bidang keterbebanan di mana karunia tersebut paling baik digunakan, dan mengalami kuasa dari Tuhan ketika melakukannya. Mari kita bongkar muatan: temukan, kembangkan, dan pergunakan anugerah Tuhan yang disediakan bagi kita untuk terlibat dalam karya-Nya, di tengah tubuh Kristus dan di tengah dunia.

God Bless ^^

REFORMASI KEDUA


Berapa banyak orang-orang percaya yang "menganggur" di kerajaan Allah? Hasil survei nasional yang dilakukan Gallup di A.S. mendapati bahwa 10% anggota gereja yang aktif melayani secara pribadi, 50% tidak tertarik untuk melayani, dan 40% tertarik untuk melayani, tetapi tidak pernah diminta atau tidak tahu bagaimana. Kira-kira bagaimana hasilnya jika penelitian yang sama juga dilakukan di gereja atau persekutuan kita?

Pesan Alkitab sangat jelas. Alkitab memerintahkan setiap orang untuk melayani (ayat 10). Itu berarti 100% orang percaya, tanpa kecuali. Penggeraknya? Kasih yang sungguh-sungguh (ayat 8). Perlengkapannya? karunia yang sudah diberikan pada setiap orang percaya (ayat 10). Tanggung jawabnya? Memakai dan mengelola karunia yang sudah dianugerahkan Tuhan, baik itu karunia dalam perkataan maupun tindakan praktis (ayat 10-11). Tujuannya akhirnya? Supaya Allah dimuliakan (ayat 11).

Tuhan dimuliakan melalui komunitas orang percaya ketika anggota-anggotanya saling melayani satu sama lain dengan kasih. Namun, dalam praktiknya bukankah di berbagai tempat kita mendapati hanya segelintir orang tertentu yang sibuk melayani dan kebanyakan jemaat sibuk mengkritik sebagai penonton? Elton Trueblood berkata: "Jika reformasi yang pertama telah mengembalikan Firman Allah kepada umat Allah, kita sekarang memerlukan reformasi kedua untuk mengembalikan pekerjaan Allah kepada umat Allah." Elton benar. Pekerjaan Allah adalah pelayanan dari seluruh orang percaya, bukan hanya orang-orang tertentu. Mari memulai reformasi kedua ini. Dari diri sendiri. Dari komunitas terdekat kita. 

God Bless ^^

DIAKONIA


Teladan jemaat mula-mula terus menantang kita hingga kini. Suatu komunitas orang percaya yang "sehati dan sejiwa" (Kisah Para Rasul 4:32) dan di antara mereka "tidak ada seorang pun yang berkekurangan" (Kisah Para Rasul 4:32). Namun, sebagaimana semua komunitas di dunia ini, masalah cepat atau lambat akan muncul. Ada keluhan yang berkaitan dengan pelayanan yang dirasakan kurang adil (ayat 1). Jika tidak diatasi dengan bijak, bisa berbuntut pada krisis perpecahan dalam jemaat.

Penyebab awalnya adalah karena jumlah murid-murid bertambah (ayat 1). Meningkatnya jumlah ini juga diikuti dengan meningkatnya "pelayanan meja" yang perlu diperhatikan, yaitu kebutuhan sehari-hari dari jemaat yang berkekurangan (ayat 2). Para rasul segera bertindak dengan mengangkat tujuh orang untuk menanganinya (ayat 3). Meskipun penulis kitab ini tidak menggunakan kata diaken, tetapi peristiwa ini meletakkan fondasi bagi pengaturan pelayanan diakonia yang kita kenal sekarang, yaitu membantu orang-orang yang membutuhkan. Hasilnya? Firman Tuhan semakin tersebar dan jumlah murid semakin bertambah (ayat 7)!

Pemberitaan Firman dan diakonia tidak dapat dipisahkan. Diakonia merupakan buah dari pemberitaan Firman sekaligus jembatan bagi pemberitaan Firman. Jemaat Tuhan tidak bisa hanya memperkatakan kasih Tuhan dalam Alkitab tanpa menerapkannya dalam tindakan nyata. Supaya berjalan maksimal, pengelolaan diakonia perlu ditugaskan pada orang-orang tertentu, namun tanggung jawab diakonia ada pada seluruh jemaat Tuhan yang rindu membuat nama Kristus dikenal. Satu diakonia apakah yang dapat Anda lakukan hari ini?

God Bless ^^

03 April 2012

KUALITAS PELAYAN KRISTEN


Ketika Paulus membuat daftar kualifikasi bagi para pemimpin dan pengajar dalam jemaat, ada yang menarik dari daftar tersebut. Hanya satu keterampilan yang dirujuknya, yaitu "cakap mengajar". Selebihnya adalah daftar karakter dan kesaksian hidup. Prinsip pelayanan seperti apa yang hendak Paulus tekankan melalui daftar tersebut?

Paulus melanjutkan dengan daftar kedua, yaitu bagi para diaken, orang-orang yang dipercaya memperhatikan anggota jemaat yang berkekurangan (ayat 8-13). Ternyata prinsipnya sama. Lagi-lagi karakter dan kesaksian hidup mendominasi daftarnya. Para pelayan haruslah orang yang sudah mengenal Allah (bertobat) dan bukan sekadar seorang yang suka dengan kegiatan kekristenan. Ia diharapkan memiliki waktu cukup untuk membuktikan pertobatannya terlebih dahulu sebelum diharapkan untuk melayani secara khusus di hadapan publik. Ia harus terbukti bertumbuh dan memperlihatkan watak kristiani yang baik. Mutu hidup tersebut akan menjadi kesaksian dan juga akan meminimalkan batu sandungan yang akan menghambat pelayanannya. Kehidupan yang baik akan membuat seseorang melayani dengan leluasa. Pada kenyataannya, bukankah banyak pelayanan gagal dan para pelayan tersandung karena karakter buruk dan bukan karena kurangnya keterampilan?

Minat dan kesediaan untuk melayani bukanlah satu-satunya kriteria bagi seorang pelayan. Justru kerinduan yang kuat untuk melayani harus dibuktikan dengan keinginan untuk memberikan yang terbaik dalam pelayanan. Apakah kita serius mengurus ka­rakter atau cara hidup kita yang menghambat dan merusak pelayanan? Karakter dan perilaku yang manakah itu?

God Bless ^^

GEMA FIRMAN TUHAN


Gordon Maxwell, penginjil di India, meminta seorang pelajar Hindu untuk mengajarkan bahasa India kepadanya. Di luar dugaan si pelajar menjawab: "Tidak, Sahib (artinya Tuan), saya tak bersedia mengajarkan bahasa saya kepada Anda. Anda akan menjadikan saya Kristen. Tak seorangpun tahan tinggal bersama Anda dan tetap tidak menjadi Kristen." Begitu kuatnya kesaksian hidup Gordon hingga orang-orang yang berinteraksi dengannya tidak bisa tidak diubahkan hidupnya.

Kesaksian yang kuat juga ditunjukkan oleh jemaat di Tesalonika. Firman Tuhan bergema melalui hidup mereka, bukan hanya bagi saudara-saudara seiman di Makedonia dan Akhaya, melainkan juga di berbagai tempat lain (ayat 8). Gema itu memberitahukan tentang Allah yang benar, yang tak dapat disandingkan dengan berhala-berhala manusia (ayat 9), yang memberikan keselamatan dan pengharapan di dalam Yesus Kristus (ayat 10), yang mengubahkan hidup mereka melalui karya Roh Kudus (ayat 6). Allah yang hidup dan benar inilah yang kini mereka layani dengan segenap hati, bahkan di tengah-tengah situasi sulit.

Jika kita bertanya kepada orang di sekitar kita, apa yang kira-kira akan mereka katakan tentang Allah yang kita sembah dan layani? Di hari Nyepi ini, kita mengingat masih ada banyak saha­bat yang belum mengenal Dia. Mari kita senantiasa berdoa untuk mereka dan biarlah Firman Allah terus bergema melalui perkataan dan perilaku kita.

God Bless ^^

PELAMAR PELAYANAN


Pernahkah Anda melihat atau setidaknya membayangkan kegembiraan seorang pelamar pekerjaan ketika ia dinyatakan diterima? Ia merasa sangat beruntung dan akan berterimakasih kepada mereka yang menetukan nasib baiknya tersebut. Ia pasti merasa berhutang budi kepada sang pemberi pekerjaan. Dalam pelayanan, pernahkah kita berpikir siapa bos dan siapa yang menjadi "pelamar pelayanan"?

Mengingat latar belakang hidup Paulus yang kelam, mendapatkan pengampunan atas segala dosanya saja sudah merupakan anugerah besar. Akan tetapi lebih dari itu, ia dipercaya menjadi rekan sekerja Allah untuk pekerjaan besar dan penting. Ia kemudian menjadi Rasul yang sangat giat dan militan karena ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia sadar, sebagai bekas seteru Allah, untuk melamar memohon pelayanan dan minta untuk dipercayai, ia sebenarnya tidak pantas. Kalau ia memperoleh lebih dari itu, bukankah itu sungguh karena belas kasihan dan kemurahan dari Allah Sang Pemilik pelayanan?

Sadarkah kita, seringkali kita bersikap seperti bos dan memperlakukan Allah seperti "pelamar pekerjaan"? Seringkali kita merasa "membantu" Allah dan menanam jasa ketika kita memutuskan untuk melayani. Mungkin kita merasa kalau kita berkata "ya" maka Allah akan sangat berterima kasih atas keputusan tersebut. Ini sebuah konsep yang tidak pantas terhadap Allah. Sadarlah, kalau kita diberi kesempatan melayani dalam bentuk apa pun, itu karena belas kasihan dan kemurahan Allah. Syukurilah dan manfaat kesempatan istimewa tersebut dengan bertanggung jawab atas anugerah-Nya. Hormatilah kepercayaan Allah!

God Bless ^^

JANGAN BIARKAN BERKUASA

Ayat : Roma 6:1-14

Orang-orang yang sudah pulih dari kecanduan alkohol atau obat-obatan terlarang biasanya akan memandang hal-hal itu dengan lebih waspada. Mereka tahu bahayanya. Berani mencoba adalah hal yang bodoh. Itu sama saja menyerahkan diri untuk dikuasai zat-zat yang merusak.

Paulus juga memperingatkan orang-orang percaya di Roma untuk tidak bertindak bodoh, memberi kesempatan pada dosa untuk memegang kendali hidup mereka. Dosa sudah kalah oleh kematian dan kebangkitan Kristus (ayat 6-11). Dosa sesungguhnya tidak punya kuasa lagi atas orang yang percaya pada Kristus, kecuali orang itu menyerahkan diri, membiarkan anggota-anggota tubuhnya melayani keinginan-keinginan yang tidak benar (ayat 12-13). Keinginan bisa tampak tidak berbahaya, bukankah kita selalu menginginkan hal yang baik bagi diri sendiri? Itulah tipuan dosa. Tampaknya baik dan menyenangkan, tetapi sebenarnya menyesatkan (bandingkan Efesus 4:17-22).

Mari waspada! Dosa bisa mulai bergerilya dari hal-hal yang tampak sepele. Dari kebutuhan istirahat yang bisa menjadi kemalasan ketika dikuasai dosa. Dari kebutuhan makan dan minum yang bisa menjadi kerakusan atau kecanduan. Dari kebutuhan finansial, seksual, hiburan, pendidikan, dan banyak lagi. Mari memeriksa diri: apakah kita sedang menyerahkan anggota-anggota tubuh kita otak, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, suara, organ seksual, dan lain-lain untuk melayani dosa? Dengan kekuatan sendiri, tidak ada manusia yang dapat bebas dari kuasa dosa. Namun, tiap orang percaya dapat memandang apa yang telah Tuhan perbuat melalui Kristus dan berkata "tidak" saat menghadapi dosa.

God Bless ^^

HOBI MENYALAHKAN


Seorang pecandu narkoba ditanya mengapa ia bisa kecanduan. Ia pun bercerita panjang lebar tentang orangtua yang sering memarahinya, saudaranya yang tidak mengasihinya, pacar yang memutuskan hubungan cinta dengannya, juga guru dan teman-teman yang sering merendahkannya. Sang pecandu menyalahkan semua orang kecuali dirinya sendiri.

Awalnya raja Daud juga menyalahkan orang kaya yang dilaporkan nabi Natan (ayat 5). Tak disangkanya, si orang kaya itu adalah cerminan dirinya. Ia sendii yang sudah merampas milik orang lain. Saya membayangkan Daud tercengang-cengang karena dosa yang dilakukannya secara sembunyi-sembunyi dibeberkan panjang lebar oleh nabi Natan (ayat 7-12). Sebagai raja, Daud bisa saja berdalih dan mencari alasan-alasan pembenaran, bahkan memecat Natan karena berani menegurnya. Namun ia sadar, ini adalah teguran dari Tuhan yang Mahatahu. Ia berdosa, bukan hanya pada sesama, tapi juga di hadapan Tuhan! Kesadaran ini membuat ia tak menuding orang lain atau situasi. Meski ia seorang raja besar, dengan jujur dan penuh sesal ia mengaku di hadapan Natan, "Aku sudah berdosa ...."

Sebagai keturunan Adam, kita semua cenderung memiliki hobi menyalahkan orang lain. Kita ingin dianggap benar dan terhindar dari hukuman. Kita ingin tetap dianggap baik dan dihormati orang. Kita ingin terhindar dari rasa malu dan tuntutan Tuhan Yang Mahatahu. Patutlah kita belajar untuk mengakui dosa sebagaimana yang Daud lakukan. Pengakuan dan penyesalan yang sungguh-sungguh merupakan bagian dari pertobatan dan perubahan hidup. Tuhan yang setia dan adil menghargai pengakuan yang jujur di hadapan-Nya (lihat 1 Yohanes 1:9).

God Bless ^^

OBAJA DAN EDOM

Ayat : Obaja 1:1-7

Tahukah Anda siapa Obaja? Setidaknya ada sebelas orang lain bernama sama yang disebutkan di Alkitab, tetapi satu pun tidak ada hubungannya dengan penulis kitab terpendek Perjanjian Lama ini. Tak ada catatan tentang asal usulnya. Satu-satunya yang kita tahu, Tuhan berkenan menyampaikan Firman-Nya melalui Obaja. Kontras dengan latar belakang si penulis, isi tulisannya berbicara tentang Edom, suatu bangsa yang besar dan terkenal, keturunan Esau. Ada banyak orang pintar di Edom, juga para pahlawan yang kuat (ayat 8-9). Namun, Tuhan tidak terkesan dan justru menghakimi mereka. Mengapa?

Ayat 3 menyebutkan sebabnya. Angkuh. Ya, Edom merasa diri hebat dibanding Israel dan bangsa-bangsa lain. Seperti elang yang terbang tinggi, aman dari jangkauan manusia, ia merasa aman karena kehebatannya (ayat 4). Keangkuhan mengaburkan akal sehatnya, membuatnya tak dapat melihat keterbatasan dan kebutuhannya akan Tuhan. Melihat Edom, Tuhan muak. "Aku akan menurunkan engkau, " firman-Nya. Bukan hanya diturunkan, tetapi dihinakan sangat dan dihancurkan sampai tak bersisa (ayat 2, 5-6).

Ketika kita merasa diri cukup baik, tidak seperti orang lain yang punya kekurangan ini dan itu, ketika hanya bisa melihat kesalahan sesama dan kebaikan diri sendiri, ketika kita merasa Tuhan tidak perlu campur tangan karena kita bisa mengatasi sendiri, waspadalah! Seperti Edom, kita sedang diperdaya keangkuhan dan Tuhan tidak suka melihatnya. Ketika merasa karya kita tak berarti dan tak banyak orang menghargai, meski bersungguh hati mengikut Tuhan, ingatlah Obaja yang tidak dikenal dan bagaimana Tuhan mengenal dan berkenan memakainya.

God Bless ^^

KEMASAN VS ISI


Komunitas gereja mula-mula itu suka berbagi satu sama lain (4:32-35). Ini salah satu dampak pemberitaan para rasul tentang Kristus yang bangkit. Dengan sukacita mereka mempersembahkan hartanya untuk gereja, bukan berdasarkan hukum agama melainkan berdasar kasih. Saat itu gereja sedang memuji Allah atas pem­berian besar dari Barnabas (4:36-37). Rupanya Iblis tidak suka dengan situasi gereja semacam itu.

Ananias dan Safira melakukan hal yang sama seperti Barnabas (5:1-2). Teguran Petrus mengindikasikan motif iri dalam aksi pasangan ini menjual tanah dan memberi persembahan (ayat 3). Mereka bukan hanya "menahan sebagian dari hasil penjualan tanah" tetapi juga berlagak seperti Barnabas, seolah mempersembahkan seluruhnya. Pemberian mereka tidak tulus dan didasari kasih. Mereka ingin kelihatan saleh seperti Barnabas, dipuji dan dihormati jemaat, tetapi dengan cara yang licik. Tentu saja dengan mudah kemunafikan mereka dibongkar habis oleh Roh Kudus, dan mereka harus menerima ganjarannya. Peristiwa ini membuat jemaat gentar dan belajar bahwa mencobai Tuhan itu hukumannya maut! (ayat 5b dan 11).

Terlihat saleh tidak salah. Kesalehan adalah sarana kesaksian. Namun, apakah kesalehan yang dilihat orang mewakili kesalehan kita yang sesungguhnya di hadapan Allah? Apakah reputasi kita dibangun dengan cara-cara yang benar? Hari ini kita hidup dan melayani di tengah masyarakat yang memuja kemasan dan kurang menghargai isi. Namun, sebagai orang-orang yang sudah ditebus dari dosa, kita harus memiliki kemasan dan isi hidup yang selaras. Karena Tuhan tahu apa yang tersembunyi di dasar hati. Tidak ada yang dapat mengelabui-Nya.

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC