ShareThis

07 January 2012

Kisah Hidup Philip Mantofa


Philip Mantofa lahir di Surabaya pada tanggal 27 September 1974, dia merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Semuanya laki-laki. Waktu kecil Philip sering step dan kejang-kejang. Dalam kekalutan ibunya berkata kepada Tuhan :"Tuhan, jangan diambil! Anak ini saya berikan kepadaMu! Jaga dia, Tuhan!" Setelah agak besar, Phlip masih mengalami kesulitan untuk berjalan. Oleh Dokter disarankan untuk memakai sepatu dari besi yang biasa digunakan untuk anak yang cacat karena polio. Hal ini membuatnya menjadi minder dan tidak mau keluar rumah.

Papa Philip walaupun bukan orang Kristen, tetapi mengijinkan Philip mengikuti sekolah minggu di gereja.Waktu Philip akan masuk SD, orang tuanya menyekolahkan ke Taiwan. Hal ini untuk sekalian perawatan kesehatannya. Bersama dengan kakaknya Maxixe, Philip sekolah di Ho Bu Guo Xiao, Taipei, Taiwan. Kenakalannya menjadi-jadi saat mulai sekolah di Taiwan. Philip gampang sekali emosi, marah dan berkelahi dengan teman-temannya.

Tak lama kemudian mereka pulang ke Indonesia dan bersekolah di SDK St. Aloysius, Kepanjen Surabaya. Tiap hari Philip berkelahi dan itu terus berulang sampai ia masuk SMP. Suatu saat pernah ada kakak kelasnya yang tidak terima dan mengajak seorang tentara untuk membunuh Philip. Dengan berbagai pertimbangan orang tuanya menyekolahkannya ke Singapura.

Di Singapura, ia terlibat dalam okultisme, dari mempelajari buku yang dibeli di Singapura. Saat sekolah ia mengalami pelecehan seks oleh pembimbing / guru lesnya. Hal itu menambah kepahitan dalam hidupnya. Selain itu Philip sering berkelahi dengan anak-anak di lingkungannya.

Kedua orang tua Philip kemudian menyekolahkannya ke Kanada bersama kedua saudaranya. Dibawah bimbingan Pdt Sonny, Gereja "Emmanuel Indonesian Christian Fellowship", semua roh-roh jahat dilepaskan. Hal itu tidak berlangsung secara mudah, tetapi membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Philip dibaptis di gereja itu dan mulai dibentuk karakternya oleh Tuhan.

Ketika memutuskan untuk kuliah di Sekolah Theologia, dia takut mengutarakan keinginannya itu kepada ayahnya. Karena ayahnya belum mengenal Tuhan. Selama 3 hari ia mengurung diri di kamar. Ia berdoa, stress! Saat ia mengatakan ke ayahnya, diluar dugaan ayahnya cuma menjawab pendek "Oke, bagus, Lip! Papa dukung!"

Philip menyelesaikan studinya di Columbia Bible College Canada, dan diwisuda pada 20 April 1996. Semua itu dilaluinya dengan tidak mudah. Ia sempat praktek di Ungaran Jawa Tengah pada tahun 1994. Philip harus adaptasi dengan lingkungan yang ada. Tetapi semuanya itu dijalani dengan suka cita.

Saat ia ulang tahun, papanya bermaksud membelikan mobil Mercedes. Tapi ia menolak, alasannya, anak-anak rohaninya banyak yang masih jalan kaki atau naik angkutan umum, mana mungkin dia sebagai bapak rohani naik Mercedes.

Philip menikah dengan Irine dan memiliki seorang anak perempuan bernama Vanessa. Irine menceritakan perkenalan dengan Philip. Sebagai istri hamba Tuhan, ia menyadari kalau harus berbagi dengan Tuhan.

Pelayanan Philip berhasil karena cintanya dengan Tuhan. Ia selalu membaca Firman dan berdoa setiap hari. Pada saat penyembahan dilakukan lawatan Tuhan hadir, sehingga membuat orang-orang disekelilingnya menangis. Padahal penyembahan yang dilakukan sama dengan yang orang lain lakukan.

Pada suatu retreat tahun 2003, ketika dalam suasana penyembahan, tiba-tiba Siane (penulis buku), dapat melihat adanya kabut tipis dua lapis turun dan naik secara teratur di sekeliling tubuhnya. Dan ketika acara tersebut berakhir, hampir seluruh area altar dipenuhi oleh kabut tipis itu. Bapak Ongky, bagian multimedia, mengisahkan saat akan mengarahkan gambar ke Philip, gambarnya menjadi kabur. Sedangkan bila kamera diarahkan ke peserta retreat, gambar yang dihasilkan tampak terang dan jelas.

Didalam acara Festival Kuasa Allah, banyak mujizat dan kesembuhan terjadi. Seorang bapak yang lumpuh berkata seperti dialiri air yang sejuk dan bapak itu bisa langsung melompat berdiri. Juga seorang ibu yang lumpuh kaki kanannya dan harus berjalan dengan tongkat. Ia merasa sesuatu yang panas menjamahnya dan ia bisa berjalan tanpa menggunakan tongkatnya. Halleluya.

Mengenai imannya, ada cerita yang mengesankan. Waktu KKR di Salatiga. Semua orang sudah siap di lapangan ketika hujan deras tiba-tiba membuyarkan acara. Semua orang semburat mencari tempat berteduh termasuk pemimpin pujiannya. Padahal KKR harus dimulai. Waktu itu Pak Philip maju dan mengambil mic. Ia menaikkan satu pujian dan menyanyikannya berulang-ulang. Melihat itu, semua orang mau tidak mau maju ke panggung. Kemudian apa yang terjadi setelah itu ? Hujan itu cuma bertahan sekitar 10 hingga 15 menit. Setelah itu berhenti.

Begitu berhenti Philip langsung memberikan mic nya kepada song leader sambil berbisik ditelinganya. "Lain kali kalau menghadapi situasi seperti ini gunakan imanmu."

Melalui Pdt Philip, banyak anak muda terpanggil, menjadi pekerja pelayanan full timer.

Sumber : Before 30

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC