ShareThis

12 September 2011

MENGATASI DUKACITA

Ayat : Matius 5:1-12


Seorang penyair pernah menulis, "Hal yang membuatmu tertawa kini, suatu saat nanti akan membuatmu menangis; dan apa yang membuatmu menangis saat ini adalah hal yang akan membuatmu tertawa kelak."

Dalam khotbah-Nya, Yesus memberi beberapa tanda dari orang-orang yang disebut berbahagia (dalam bahasa Yunani memakai kata makarioi, yang artinya terberkati). Salah satunya adalah orang yang berdukacita (Yunani: pentheo). Pentheo artinya bersedih, meratap. Melihat konteks hidup dari para pendengar khotbah Yesus waktu itu, sangat mungkin kesedihan dan ratapan itu terkait dengan kea-daan sosial mereka yang adalah orang kebanyakan, mantan orang berpenyakitan, orang kecil yang tak punya banyak akses pada sumber-sumber kesejahteraan. Namun secara lebih luas, objek kesedihan dan ratapan ini bisa beragam; misalnya kematian orang terkasih, kehilangan barang, kekecewaan, sirnanya pengharapan, matinya angan-angan, dan lain-lain.

Kepada mereka yang kecil dan dikucilkan, Yesus bersabda bahwa mereka bisa berbahagia, dan terberkati, sebab mereka sedang berjalan menuju Sang Sumber Terang. Dalam iman kepada Yesus, tidak ada kesedihan dan ratapan yang abadi. Memang kesedihan ada, tetapi penghiburan yang mengimbangi kesedihan itu, selalu tersedia. Di sinilah terbukti bahwa Yesus sangat mengerti bagaimana manusia menjalani hidup di dunia ini. Maka, bagi setiap pribadi yang sedang berdukacita, Dia berjanji pasti untuk menyediakan penghiburan yang sejati, agar dalam kesedihan pun bisa terbit pengharapan.

God Bless ^^

SESUDAH KECELAKAAN MAUT



Ashoke Ganguli, dalam film The Namesake (dari novel berjudul sama karya Jhumpa Lahiri), memberi nama anaknya Gogol. Ketika Gogol kuliah, nama yang diambil dari pengarang Rusia yang depresi itu membuatnya diolok-olok kawan sekelasnya. Gogol kecewa pada ayahnya, sampai suatu saat Ashoke menjelaskan asal-usul nama itu. Ketika mengalami kecelakaan kereta api yang nyaris merenggut nyawanya, ia sedang membaca buku Nikolai Gogol. "Baba, itukah yang kaupikirkan ketika memikirkan aku? Apakah aku mengingatkanmu pada malam mengerikan itu?" Ashoke menjawab, "Sama sekali ti-dak. Engkau mengingatkanku akan segala sesuatu sesudahnya. Setiap hari sesudah peristiwa itu adalah karunia, Gogol."

Tepat sekali: setiap hari adalah karunia. Bukan hanya bagi orang yang pernah mengalami kecelakaan maut seperti Ashoke, tetapi bagi kita semua. Dan, pemazmur mengajak kita untuk merayakannya. Kapan? Hari ini! Ia tidak berkata, "Kemarin hari yang dijadikan Tuhan, hari yang indah, bukan?" Ia juga tidak berkata, "Besok hari yang dijadikan Tuhan, mari kita bersukacita ketika hari itu datang!" Ya, karena hanya hari inilah hari yang sungguh-sungguh kita miliki, yang dapat kita nikmati.

Bagaimana bersukacita merayakan hari ini? Sukacita adalah buah Roh (Galatia 5:22), pemberian Tuhan, bukan hasil usaha kita. Karena itu, salah satu cara bersukacita ialah menyadari kasih Tuhan. Renungkan ayat tentang kasih Tuhan, misalnya Zefanya 3:17. Berdiam dirilah, biarkan ayat itu "berbicara" kepada Anda secara pribadi, sampai hati Anda dipenuhi kasih-Nya. Kalau sudah begitu, masakan Anda tidak bersukacita?

God Bless ^^

RAJAWALI MENANTI AJAL



Seorang rekan misionaris menceritakan pengenalannya akan burung rajawali, yang banyak dijumpai di daerah pegunungan di mana ia menghabiskan masa kecilnya. Menurutnya, jika rajawali sudah lanjut umur dan tahu ia akan mati, rajawali akan terbang dan mencari tempat persembunyian di ketinggian. Di situ ia bertengger di puncak bukit, lalu seolah-olah bersiap menghadapi kematian sambil menatap matahari. Seakan-akan ia mau berkata, "Sekarang saya siap ..."

Wajar bila manusia takut menghadapi kematian. Biasanya manusia melakukan apa saja untuk bertahan hidup. Paling tidak, awet muda. Sebab ketuaan menunjukkan semakin dekatnya kematian. Iman kristiani berbicara tegas tentang kematian. Ke mana kita pergi dan dengan siapa kita akan bertemu se-telah mati, sudah jelas. Kuasa maut telah dipatahkan oleh Yesus (1 Korintus 15:26, 54-55). Dialah kebangkitan dan hidup (Yohanes 11:25). Siapa yang percaya kepada Yesus, kematian adalah keuntung-an baginya, karena ia akan berjumpa Yesus (Filipi 1:21-23). Berjumpa di rumah-Nya yang kekal (Yohanes 14:1-3). Paulus bukan hanya mengajarkan hal ini, melainkan menghidupinya sampai ajal menjemput. Kala hukuman mati mengancam, ia melihatnya sebagai akhir yang baik dari pertandingan iman. Ia tahu Siapa dan apa yang menantinya di balik kematian. Maka, kapan pun, ia siap "pergi".

Bagaimana perasaan Anda tentang kematian? Gelisah? Takut? Menghindar? Pasti beragam. Tergantung usia dan situasi Anda. Yang terpenting, siapkan diri Anda sebab kematian bisa mengunjungi siapa saja, kapan saja. Dengan menjadikan Kristus tumpuan pengharapan, kita sanggup berkata kepada kematian, "Aku siap ...."

God Bless ^^

Popular Posts

 
Hope and Love Jesus Christ | HLJCC